Tulang yang tidak dipatahkan.
Sebab hal itu terjadi supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci bahwa tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan. “Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat Ia telah mati, mereka tdak mematahkan kaki-Nya…. Sebab hal itu telah terjadi supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” (Yoh. 19:33-36)
Mengenai persyaratan bahwa tulang-tulang domba Paskah tidak boleh dipatahkan juga tertulis dalam keluaran 12:46 dan Bilangan 9:12.
Yohanes berdiri di bawah salib dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Sang Mesias disalibkan dan menuliskan dengan detail dari awal penyaliban Yesus hingga kematian-Nya. Ia menyebutkan secara khusus ketentuan Taurat yang mana tulang-tulang domba Paskah tidak boleh dipatahkan ketika domba itu dipersembahkan sebagai kurban. Rasul Yohanes juga menunjukkan bahwa kematian Kristus di kayu salib adalah penggenap dari semua tipologi pengampunan dosa dan pembebasan dari kematian yang ditulis di dalam Perjanjian Lama. Yesus adalah penggenapannya sebagai Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia dan tidak ada sebuah tulang pun dipatahkan. Itu sebabnya Yohanes menghimbau agar kita membaca Injil yang ditulisnya dan percaya kepada Anak Domba Allah, Sang Penebus dosa, serta yakin bahwa kesaksiannya benar (Yoh. 21:24) karena semua telah dinubuatkan dalam Alkitab.
Menarik untuk dipelajari bahwa Mazmur juga menuliskan mengenai tulang yang tidak dipatahkan, “Ia melindungi segala tulang-tulangnya, tidak satu pun yang patah.”(Mzm. 45 :21) Istilah “Ia melindungi” atau dalam terjemahan Bahasa Inggris (KJtf) dituliskan “He keepeth all his bones” menyiratkan bahwa tulang-tulang tersebut memang dengan sengaja dilindungi dan dijaga untuk tidak menjadi patah.
Bapak Gembala mengatakan bahwa tulang yang tidak dipatahkan menggambarkan Yesus dengan kuasa kebangkitan- Nya sedang mencari tulang rusuk-Nya ialah kita semua. Jika Adam pertama ditidurlelapkan untuk diambil tulang rusuknya dan dijadikan pengantinnya kini Adam terakhir, Yesus Kristus, juga mengalami “tidur lelap” dalam kematian-Nya untuk melahirkan pengantin wanita-Nya. Kalau pengantin pertama jatuh dalam dosa, maut dan kefanaan kini Yesus, pengantin Pria Surga bangkit dari dosa dan maut secara utuh dan sempurna untuk membawa kita pada hidup dan kekekalan! (Red.)