“Apakah Kebenaran itu?” tanya Pilatus kepada Yesus saat Ia berdiri di depannya untuk diadili. Pertanyaan Pilatus memang diajukan pada Pribadi yang tepat. Ia bertanya kepada Dia yang adalah jalan, kebenaran dan hidup. Namun sayang, dia tetap tidak menyadarinya. Maklumlah karena Pilatus memang tidak mengenal Yesus dengan dekat.
Apabila pertanyaan yang sama diajukan kepada Anda dan saya, apakah kita akan menyadarinya? Apakah kita mengerti dampak kebenaran itu dalam hidup kita? Apakah kita telah memilikinya atau belum? Sering kali kita mengklaim mengetahui kebenaran karena kita telah “mengenal” Kristus yang adalah kebenaran sejati. Tak jarang pula kita menganggap telah tahu banyak tentang kebenaran karena kita orang Kristen, pengikut kebenaran itu. Namun faktanya kita tidak mengakui dan menerima-Nya! Ini berarti kita memberi suara kita bersama sebagian besar umat yang terkenal berohani tinggi, orang Yahudi, para pemimpin agama dan orang Farisi yang berteriak-teriak, “Salibkan Dia…! Bebaskan Barabas…!” Mereka menghendaki kebenaran dimatikan dan kejahatan dibiarkan hidup.
Umat Allah ternyata lebih memilih Barabas daripada Yesus; mereka telah memilih kejahatan dosa daripada kebenaran. Ini merupakan fakta yang terjadi di dunia ini yang penuh dengan ketidakbenaran. Tidak ada keadilan di pengadilan, orang cenderung merasa diri benar sementara orang lain yang salah. Pendapat itu kemudian dipertahankan dengan mati-matian.
Bila kita masih mempertahankan kebenaran diri sendiri, masih suka berbuat dosa karena menurut kita bukan hal yang serius (walau nurani kita tahu hal itu dibenci Tuhan), masih terikat dengan kebiasaan buruk, merasa tidak berdosa, menutupi dosa dengan banyak alasan maka kita menipu diri sendiri karena sesungguhnya kita masih terikat oleh dosa tersebut. Hanya kebenaran yang dapat memerdekakan kita.
KEBENARAN itu akhirnya disalibkan. Ia tergantung seorang diri dan mati tanpa seorang pun menopang-Nya. Namun adakah kebenaran lain yang lebih tinggi dari kebenaran Kristus? Mampukah mereka menguburkan KEBENARAN SEJATI ITU? TENTU TIDAK! Yesus bangkit sebagai Raja yang menyatakan kebenaran itu. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa tak seorang pun dapat memusnahkan kebenaran absolut dari-Nya. Jika kita sudah mengenal Dia dan dimerdekakan oleh-Nya, marilah kita tetap mempertahankan kebenaran sejati itu bukan kebenaran diri sendiri!