Shalom,

Mendengar Firman Tuhan Minggu lalu, kita diingatkan kembali akan nyanyian Paduan Suara Kaum Muda beberapa tahun silam:

Ku ingin menjadi Kristen di hati, di hati, Ku ingin menjadi Kristen di hati….
Di hati….. di hati…. Ku ingin menjadi Kristen di hati…
Ku tak mau seperti Yudas di hati, di hati……
Ku ingin seperti Yesus di hati, di hati…….

Betapa tidak, seorang “Kristen di hati” atau Kristen sejati mendapatkan janji kehidupan kekal, kehidupan yang tidak binasa selama-lamanya. Kehidupan seorang Kristen sejati aman di dalam tangan Tuhan dan tak seorang pun dapat merebut dari-Nya!

Namun dapat dipastikan bahwa untuk mendapatkan janji yang begitu indah itu tak semudah dinyanyikan tetapi harus dilakukan. Apakah kita benar-benar mengenal suara Tuhan? Atau kita sangat berpengetahuan akan Firman Tuhan tetapi tidak mempraktikkannya? Apakah hati kita tulus atau munafik? Apakah hubungan kita baik dengan Tuhan sehingga kita dikenal dan mengenal Tuhan atau kita kurang mengenal-Nya? Apakah kita bersedia memikul salib dan mengikut Dia atau ibadah kita hanya mengharapkan pujian dan penghormatan manusia? Mungkin nyanyian di atas dapat ditambahkan: “Ku tak mau seperti imam-imam kepala dan Farisi… aku hanya mau seperti Yesus….di hati. Di hati…..”

Pada zaman rasul-rasul dalam Perjanjian Baru, mengikut Yesus mengandung risiko ancaman, penganiayaan bahkan kematian…Jika saat ini kita masih diberi kebebasan untuk beribadah, bukankah kita patut bersyukur dan memakai kesempatan semaksimal mungkin selama kita masih mendapatkannya?

“Ya Bapa, ajari aku setiap pagi untuk mencari wajah-Mu, mendengar suara-Mu dan menaatinya, tariklah aku untuk lebih dekat kepada-Mu dan mengenal-Mu lebih dalam lagi. Kiranya Roh Kudus menolong aku, membimbing dan menguatkan saat aku berjalan mengikuti-Mu walau aku harus menanggung salib yang telah ditentukan bagiku.

Ya Bapa, hidupku ada di tangan-Mu, janganlah kiranya melepaskan aku…..”