Shalom,

YESUS, TERANG YANG MENCELIKKAN! Seorang buta yang hanya mengenal kegelapan sejak lahir telah menemukan TERANG yang mencelikkan itu (Yoh. 9).

Murid-murid sempat bertanya apakah orang itu sendiri atau orang tuanya yang berdosa sehingga ia dilahirkan buta. Namun jawaban Yesus sungguh mempesonakan, “bukan dia dan bukan juga orang tuanya tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Di ayat selanjutnya Yesus berkata: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi supaya barangsiapa yang tidak melihat dapat melihat dan supaya barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta.”

Seperti biasanya orang Farisi dan ahli Taurat, karena kebenciannya, selalu mencari jalan untuk menentang dan membunuh Yesus. Mereka mencela Yesus karena menyembuhkan pada hari Sabat. Mereka penasaran dan menginterogasi orang buta yang dicelikkan yang kemudian menjawab: “Akulah orang buta sejak lahir itu. Seorang bernama Yesus mengoleskan sesuatu pada mataku, menyuruhku membasuh diri di kolam Siloam lalu aku dapat melihat.”

Pada akhir cerita, orang yang buta sejak lahir MELIHAT Yesus. Ia tahu tidak seorang pun dapat melakukannya dan percaya bahwa DIA adalah Anak Allah. Ia sujud menyembah-Nya. Melalui dirinya, pekerjaan Allah dinyatakan dan Nama Tuhan dipermuliakan!

Di sisi lain, orang-orang Farisi yang merasa banyak tahu dan “melek” terhadap ilmu agama yang seharusnya mengenal Dia karena kedatangan-Nya ke dunia telah banyak dinubuatkan dalam kitab-kitab yang telah dipelajarinya ternyata tidak mengenal bahkan menolak Dia karena buta rohani. Itu pula yang terjadi pada Rasul Paulus, yang awalnya sama seperti mereka, merasa “melihat” dan sangat mengerti hukum Taurat namun ketika bertemu dengan Yesus nyata-nyata ia merasakan kebutaan itu. Dia bertobat, sempat buta tiga hari kemudian kembali dapat melihat tetapi kini memiliki cara pandang berbeda. Yesus, Terang dunia, telah mencelikkan mata rohaninya. Dan melalui diri Paulus, Nama Tuhan sungguh dipermuliakan!

Sebagai orang kafir, kita semua ibarat orang buta sejak lahir yang tidak mengenal Allah. Jika saat ini kita mengenal dan dapat memandang Yesus dengan mata rohani kita, bukankah hidup kita patut juga memuliakan Dia?

“Sungguh besar anugerah-Mu yang telah menyelamatkan aku yang berdosa ini. Dahulu aku terhilang kini Kautemukan, dahulu aku buta kini kudicelikkan….”