Shalom,
Ini merupakan minggu ke-3 kita mengikuti kebaktian secara live-streaming dan kita merasa kehilangan itulah pertemuan dan persekutuan bersama sesama anak Tuhan. Memang kita dapat saling mengirim WA untuk menghibur dan bersenda gurau tetapi kemudian kesunyian terasa lagi. Jalan-jalan juga sepi, banyak pedagang tidak lagi berjualan. Perekonomian terasa lumpuh juga suasana kota yang biasanya bising dan ramai kini terasa begitu lenggang.
Untuk sementara waktu, kita bersama keluarga mengikuti kebaktian via live streaming. Kita sempat terisak karena keadaan membuat kita berpisah satu dengan lain. Persekutuan yang awalnya tak terasa begitu penting kini menjadi begitu berharga saat kita tidak dapat menikmatinya.
Minggu lalu, Pembicara mengingatkan bahwa suatu saat manusia akan kelaparan bukan akan makanan dan kehausan bukan akan air melainkan akan mendengar Firman Tuhan. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari Firman Tuhan tetapi tidak mendapatkannya (Am. 8:11-12). “Biarlah selama kita masih mempunyai kesempatan walau saat ini beribadah lewat live streaming dan selama kita masih mempunyai Alkitab, marilah kita senantiasa memakai setiap kesempatan untuk membaca dan mendengar Firman Tuhan sebelum saat itu tiba.”, beliau mengingatkan.
………………………………………………………………………..
PERJUMPAAN DENGAN YESUS
Wanita Samaria itu sedang berkecimpung dalam ketidakpuasan hidup dan dalam pernikahannya ketika ia berjumpa dengan Yesus, Pemilik air hidup, yang dapat memberi kepuasan bagi jiwanya. Ia meminta kepada Yesus dan beroleh kemurahan mendapatkannya. Ia mengalami keubahan hidup.
Ketika dua orang murid Yesus dalam dukacita dan ketidakpastian berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan ke Emaus, mereka menyatakan keresahan dan keraguan yang dialaminya. Yesus menyatakan Firman dan kuasa kebangkitan-Nya. Keadaan mereka berubah dan semangat mereka berkobar kembali.
Aku bertanya pada diri sendiri apa yang akan kuutarakan kepada-Nya jika Dia berkenan menjumpaiku di saat-saat dukacita menyelimuti negeriku? Terlalu banyak air mata dikeluarkan bagi mereka yang terjangkiti virus COVID-19, yang meninggal, untuk para dokter yang telah berkurban nyawa demi menolong para penderita juga banyak lagi petaka yang datang. Pertolongan sepertinya lambat datang….keluhan-keluhan mendalam sepertinya tak lagi dapat diutarakan. Indonesia dibayang-bayangi dukacita, maut dan kematian. Saat berjumpa dengan Tuhan dalam doa penyembahan, aku hanya tersungkur di kaki-Nya, mohon belas kasihan-Nya dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, mereka pasti tidak akan mati……” (Yoh. 11:32)
SESUATU PASTI TERJADI SAAT TUHAN MELAWAT UMATNYA!