“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Mazmur 119:9
Saat Mazmur ini ditulis, banyak sekali panduan hidup lain bagi orang-orang di zaman itu. Mazmur diperkirakan ditulis antara 1410 SM – 400 SM dan tentu penuh dengan segala macam filosofi yang dimiliki oleh bangsa-bangsa yang hidup di zaman tersebut. Misal: bangsa Roma, Yunani, Asyur/Asiria dst.
Setiap dari bangsa tersebut memiliki panduan hidup, peraturan, adat istiadat, serta pola hidup yang dicetuskan oleh pendahulu-pendahulunya. Semua panduan dan peratuan tersebut disusun dengan harapan dapat menjaga masa depan bangsa – generasi muda – hingga akhir zaman.
Namun pendapat penulis Mazmur ini sangat berbeda, dia beriman bahwa Firman TUHAN adalah satu- satunya jalan untuk mendidik anak muda bukan peraturan buatan manusia siapa pun. Pandangan ini dituangkan di ayat 9-16 dan memang sejatinya demikian sebab tidak ada filosofi dunia dengan seluruh peraturan dan adat istiadatnya mampu membuat sebuah bangsa bertahan selamanya. Kondisi inilah yang dilihat pemazmur di zaman itu. Dia melihat bahwa Firman TUHANlah yang menjamin keberlangsungan hidup! Oleh sebab itu dia menetapkan segenap hatinya untuk mencari Firman TUHAN.
“Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah- Mu.” (ay. 10)
Pemazmur turut bersukacita terhadap janji-janji TUHAN! Ia menyimpan janji TUHAN di dalam hatinya (ay. 11-12) dan terus menceritakan kebaikan serta ketetapan-Nya (ay. 13-16). Mengapa? Karena ia tidak mau bergantung pada filosofi-filosofi bangsa yang datang dan pergi. Dia menjaminkan hidupnya pada Firman TUHAN yang tetap selamanya.
“TUHAN kami berterima kasih atas Firman-Mu! Perkenankanlah kami dan sanggupkanlah kami untuk terus merenungkan dan membaca Firman-Mu sebagai panduan bagi kami!”