• Editorial 983, 13 Oktober 2024

TAKUTLAH AKAN TUHAN (Mazmur 111)

Setelah mendengar uraian Firman, dia merenung. Lama direnungkan ayat-ayat yang baru didengarnya, “Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh orang yang menyukainya…. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya… Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan … Diberikan-Nya rezeki kepada orang yang takut akan Dia…..

Ia kemudian bertanya pada dirinya sendiri, dapatkah dia dikatakan sebagai seorang yang “takut akan Tuhan?” Apakah dia sudah menyukai, menyelidiki dan memperingati semua perbuatan tangan-Nya yang adalah kebenaran dan keadilan?

Ia kemudian membacanya lagi berulang-ulang ayat-ayat tersebut dan meresapinya. Huruf-huruf itu bagaikan benda hidup yang menari-nari di depannya… ia seperti melihat kejadian-kejadian itu…bagaimana dahsyatnya kuasa Allah ketika membebaskan bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau dengan membelahnya….Lahirnya bangsa Israel juga karena keajaiban kuasa-Nya. Bangsa yang berasal dari seorang bapa lanjut usia dan ibu mandul kemudian menjadi 70 orang yang pindah ke Mesir lalu berkembang menjadi jutaan seperti pasir di tepi laut… Ia menjadi begitu terkesima! Allah sendiri yang menuntun perjalanan itu…dari perbudakan di Mesir ke negeri yang dijanjikan-Nya. Setiap hari selama 40 tahun Allah memberi makan mereka yang berjumlah jutaan  ini tidak dapat dilakukan oleh manusia siapa pun!

Ia kemudian menoleh pada dirinya sendiri, mengingat bagaimana Tuhan telah membebaskannya dan menebus dia dari dosa-dosanya yang banyak…menghibur saat dia berdukacita, memberi kekuatan saat dia lemah…ia melihat bagaimana Tuhan telah memulihkannya dari kehancuran…  makin dia menyelidiki dan mengingat semua itu, makin hatinya bersukacita. Dalam hatinya ia berkata bahwa ia tidak akan lagi melupakan semua yang telah diperbuat Tuhan atas dirinya.

Ketika ia membaca Mazmur 111:9, sepertinya Tuhan sendiri berkata kepadanya, “Setelah Aku menebus engkau, Kuperintahkan supaya perjanjian-Ku padamu itu untuk selama-lamanya…” Hatinya begitu bergejolak! Penuh dengan pujian kepada-Nya, “HALELUYA! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar juga saat aku beribadah!”