• Editorial 975, 18 Agustus 2024

“Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.” Mazmur 103:17-18

Mazmur 103 ditulis oleh Daud yang menekankan kebaikan, kesetiaan dan kasih Tuhan. Diawali dengan pujian yang tinggi bagi Tuhan, memuji nama-Nya yang kudus dan ajakan Daud untuk tidak melupakan segala kebaikan-Nya (ay. 1-2) di saat-saat sulit dan menyusahkan (ay. 3-5).

Ayat-ayat awal ini adalah perenungan dari Daud mengenai masa-masa sulit yang dia pernah alami juga ragam gejolak yang ada pada bangsa Israel. Melalui Mazmur ini, Daud menekankan pentingnya bersyukur atas semua kebaikan dan kesetiaan Tuhan sebab Ia adalah Tuhan yang penyayang! “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (ay. 8)

Daud kemudian menekankan bahwa Tuhan adalah sosok yang penuh kasih pengampunan dan tidak mendendam atas semua kesalahan manusia (ay. 9). Ia juga tidak membalas setimpal dengan kesalahan kita (ayat 10). Dengan hikmat, Daud pun menekankan bahwa Tuhan menjauhkan kesalahan kita setinggi langit di atas bumi (ay. 11) juga sejauh Timur dari Barat (ay. 12) sebab kita adalah anak-anak-Nya (ay. 13).

Kurang apa lagi? Kasih seperti apa lagi yang dapat menyamai kasih TUHAN? Kasih yang dimiliki manusia sangatlah terbatas. Kita masih perhitungan, menaruh dendam, memaafkan namun tidak ikhlas dalam melupakan. Kasih karunia TUHAN yang tidak terbatas seharuslah terpancar dari diri kita sebagai gambar dan rupa-Nya. Dalam keseharian hidup, seberapa besar kita sudah ‘mencerminkan’ kasih karunia Allah? Terhadap mereka yang mengasihi kita dan khususnya terhadap mereka yang membenci kita.

Marilah terus memuji TUHAN hai jiwaku! Bersyukur atas kasih karunia-Nya yang tidak terbatas untuk kita semua!

“…sejauh langit dari bumi, begitu besarnya kasih-Mu. Penuhi hati kami yang rindu menyembah-Mu, Yesus...”