• Editorial 967, 23 Juni 2024

“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.” Mazmur 95:6

Manusia memiliki kesulitan untuk taat kepada TUHAN sebab bagi manusia, TUHAN adalah sosok yang tidak terselami, jauh, dan tidak mudah dipahami. Hal ini tampak seperti pada masa bangsa Israel yang baru keluar dari Mesir menuju Kanaan.

Saat Mazmur ini ditulis, penulis merefleksikan masa-masa tersebut. Banyak dari mereka tidak taat kepada TUHAN dan mereka lebih menuruti kehendak hati sendiri. Sayang, kehendak hati manusia sering memiliki pandangan sendiri tentang apa yang baik dan benar.

Kebenaran yang relatif membuat kita tersesat kepada allah-allah lain padahal Alkitab sudah jelas menyatakan bahwa TUHAN adalah Allah besar yang mengatasi allah-allah lain (ay. 3). TUHAN Allah itu luar biasa!

“Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya.” (ay. 4-5)

Namun saat itu bangsa Israel tidak mengerti kehendak dan rencana TUHAN. Mereka telah dibebaskan dari penindasan Firaun yang terkena 10 tulah dan siang malam TUHAN menyertai mereka dalam tiang awan dan tiang api namun mereka sangat ketakutan ketika dikejar Firaun bersama tentara-tentaranya yang berkuda. Mereka juga menyaksikan TUHAN menguakkan air laut Teberau tetapi tak lama kemudian mengomel karena air di Mara pahit rasanya. Dan banyak lagi! Bangsa Israel mencobai TUHAN!

“Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.” (ay. 7b-9)

Sikap dan tindakan bangsa Israel membuat TUHAN mengatakan mereka adalah bangsa yang sesat hati dan tidak mengenal jalan TUHAN (ay. 10). Itulah penyembah yang tidak benar. Ironis, menyembah namun tidak mengenal Tuhan. Menyembah namun mempunyai motivasi untuk memuaskan hati sendiri dengan cara mencobai TUHAN.

Lalu bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi penyembah yang benar?