Jaminan bagi orang yang percaya
Tidak dicantumkan siapa penulis Mazmur 91 yang berisi penghiburan bagi mereka yang menghadapi kesesakan dan marabahaya. Rangkaian kata-kata yang begitu puitis menggambarkan bahwa tempat perlindungan dan kubu pertahanan adalah Dia yang tepercaya….. dan ternyata perlindungan itu diberikan kepada mereka yang berdiam dalam lindungan yang mahatinggi dan yang bermalam dalam naungan yang mahakuasa.
Bahaya-bahaya yang dihadapi berupa peperangan (ay. 5), penyakit sampar (ay. 6) malapetaka dan tulah (ay. 10) yang sebenarnya ditujukan kepada orang fasik. Dari semua bahaya itu kepada orang yang menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan dan perteduhan dijanjikan, “Dia akan melepaskan engkau…..Dia akan melindungi engkau, malapetaka tidak akan menimpa kamu……malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu….mereka akan menatang engkau di atas tangannya……Menyimak kata- kata “akan” di atas, sepertinya janji perlindungan merupakan janji bersyarat yang hanya diberikan kepada mereka yang menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan perteduhan.
Lalu, siapakah mereka yang “menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan perteduhan?” Pemazmur menuliskannya di ayat 14 bagaimana TUHAN menggambarkan dia sebagai orang yang “Hatinya melekat pada-Ku” (ESV: He holds fast to Me in love; RSV: He cleaves to Me in love: ASV: He hath set his love upon me). Ungkapan lain yang menggambarkan keintiman tersebut adalah “Mengenal nama-Ku”. Kata kerja “mengenal” di bukan sekadar tahu tetapi menunjukkan relasi yang dekat. Istilah “nama” di sini pun bukan sekadar sebutan atau panggilan sebab nama berbicara tentang pribadi. Dengan kata lain, mengenal nama berarti mengenal secara pribadi dan dekat.….Sikap keintiman tersebut menyebabkan Allah membentengi, melindungi, menjawab seruannya, menyertai dia dalam kesesakan, meluputkannya dan memuliakan dia…bahkan memberinya panjang umur, mengenyangkan dan menyelamatkan dia.
Betapa amannya keadaan kita jika kita juga mau menjadikan TUHAN sebagai “tempat perlindungan dan perteduhan kita…” (Red.)