“Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun temurun.” Mazmur 89:1
Mazmur 89 ini ditulis oleh Etan orang Ezrahi keturunan Yehuda (1 Taw. 2:3). Melihat nama penulis lagu ini, lirik lagu Mazmur tersebut sepertinya ditulis pada zaman sebelum lagu-lagu dalam Mazmur ditulis. Diperkirakan lirik ini ditulis oleh Etan dan disimpan oleh keturunannya kemudian dinyanyikan kembali di masa Kitab Mazmur disusun. Tepat sekali dengan tema yang telah ditentukan “Kasih Setia Tuhan Kekal Selamanya”, bahwa kasih setia-Nya dinyanyikan hingga turun temurun.
Yehuda yang berarti “aku bersyukur kepada Tuhan” ternyata menurunkan keturunan yang menaikkan ucapan syukur dalam segala masa saat mengalami kebaikan Tuhan maupun penderitaan hidup. Mazmur 89 mengajar kita untuk selalu bersyukur apa pun keadaan kita dan membimbing kita melewati hari-hari dengan “tiada hari tanpa bersyukur”. Mensyukuri kasih setia Tuhan turun temurun.
Kasih setia-Nya dibangun untuk selama-lamanya. Kasih setia-Nya tegak seperti langit (ay.2) sehingga di mana pun kita berada, kasih setia-Nya mengelilingi kita baik untuk umum maupun pribadi. Kasih setia dan perjanjian-Nya tidak dapat dipisahkan. Saat terpuruk, kasih setia-Nya tidak akan ditarik dari kehidupan kita; itu sebabnya sudah selayaknya kita bersyukur dalam kondisi apa pun. Bahkan dikatakan Ia berjanji dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaan-Nya (ay. 50). Tapi sayang, banyak dari keturunan Daud telah meninggalkan kasih setia itu hingga mengalami banyak sengsara dan penderitaan.
Lalu bagaimana kasih setia-Nya kepada kita, orang-orang kudus-Nya? Di segala tempat, kita yang berseru dalam Nama Yesus Kristus akan disertai kasih karunia, damai sejahtera dan anugerah-Nya. Kita yang bersorak sorai memuji Tuhan tergolong bangsa-bangsa yang menerima kasih sertia Tuhan selama-lamanya.
“ Ya Allahku, terpujilah Engkau untuk selama-lamanya, amin, ya amin!”