“Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau” Mazmur 88:2
Mazmur 88 penuh dengan kesulitan dan kesusahan yang luar biasa. Seluruh ayat dalam Mazmur 88 ini memberikan nuansa kesesakan yang luar biasa. Penulis pun berkata, “…jiwaku kenyang karena malapetaka...” (ay. 3) Karena apa? Karena datang penyakit yang bertubi-tubi, kesusahan yang tiada henti dan datangnya berkelanjutan! Sama seperti kisah Ayub. Dalam sehari malapekaka datang bertubi- tubi dan seluruh kepunyaannya ludes.
Dalam pasal ini, penulis merasakan hidup ini penuh dengan penderitaan dan tidak ada waktu baginya untuk bernapas lega. Bahkan ia mengatakan bahwa Tuhan telah menaruhnya pada posisi di bawah karena murka-Nya (ay. 6-7) .
Mungkin kita pernah merasakan kondisi seperti itu atau melihat kondisi semaam itu di sekitar kita. Ada orang berkekurangan lalu Tuhan izinkan dia mendapat tambahan masalah. Masalah satu belum selesai sudah ada masalah lain. Belum juga masalah baru selesai sudah ada lagi masalah lain. Penderitaan memang akan selalu ada selagi kita hidup di dunia ini. Mengapa Tuhan mengizinkan Mazmur 88 ini tercantum di Alkitab? Pasti ada alasannya untuk kita.
Itulah yang penulis maknai sebagai sesuatu kondisi dalam diri manusia. Kita sering kali menyangka bahwa kondisi sulit terjadi karena hukuman dari Tuhan. Sebaliknya, kondisi tenang dan berkelimpahan merupakan berkat dari-Nya. Mungkin ada benarnya juga tetapi tidak selalu begitu.
Ada masanya Tuhan mengizinkan semua hal terjadi. Mengapa? Semua kembali pada kedaulatan Tuhan. Ingat cerita Ayub yang saleh, jujur dan takut akan Tuhan. Tuhan ingin kita memahami bahwa hal baik maupun buruk terjadi bukan karena perilaku dan usaha kita. Itu semerta-merta kedaulatan Tuhan.
Marilah bersikap sama seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Dalam kesulitan, mereka berdoa meminta tolong kepada Tuhan tetapi tetap beriman seandainya Tuhan tidak melepaskan mereka dari ancaman dilempar ke perapian yang menyala-nyala iman mereka tetap berpaut kepada TUHAN.
“Tuhan, kiranya kasih karunia-Mu menyertaiku. Jikalau Engkau berkenan, lepaskanlah kami dari masa-masa sulit. Jika tidak, Engkau tetap TUHAN yang baik.”