“Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar maka Aku akan membuatnya penuh.” – Mazmur 81:11
Asaf membuka nyanyian dengan puji-pujian yang semarak! TUHAN Allah menyertai bangsa Israel pada waktu mereka keluar dari Mesir. Ini adalah suatu keuntungan yang besar. Bayangkan saja jikalau kita adalah musuh bangsa Israel pada zaman itu, bagaimana kegentaran akan melanda kita?
Kita mendengar kisah TUHAN Allah orang Israel menimpakan tulah kepada bangsa Mesir. Kita mendengar kisah- kisah dan keberhasilan mereka di setiap peperangan dan perjalanan mereka. Tentu kita akan gentar. Bagi musuh- musuhnya, bangsa Israel tampak sebagai bangsa yang tidak akan kalah!
Namun bangsa Israel tidak setia. TUHAN Allah hanya memberi satu syarat: “Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing.” (Mzm. 81:10) Baru saja TUHAN membebaskan dan menurunkan perintah-Nya, mereka sudah membuat anak lembu emas di kaki Gunung Sinai. Lalu banyak cerita selanjutnya, bangsa Israel tidak memusnahkan orang Kanaan bahkan malah ikut menyembah allah mereka. Bangsa Israel saat itu tidak mengindahkan penyertaan Tuhan.
Sekarang kita melihat hal tersebut konyol. Bagaimana mungkin bangsa Israel tidak menyadari bahwa TUHAN beserta mereka? Mereka seharusnya menghargai penyertaan Tuhan! “Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku dan Israel tidak suka kepada-Ku.” (ay. 12) TUHAN kemudian membiarkan mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri (ay. 13).
Mungkin kita merasa bangsa Israel sudah keterlaluan. Namun tanpa disadari, bukankah kita juga berlaku sama seperti mereka? Seberapa sering TUHAN menyertai kita? Setiap saat! Kesehatan, keselamatan di jalan, makanan secukupnya, napas gratis yang diberikan oleh TUHAN. Namun kita malah menggantungkan diri pada berhala- berhala lain: uang kita, kepintaran kita, jabatan kita, usaha kita, dst. Mungkin di mata Tuhan, kita juga sama konyolnya dengan bangsa Israel.
Mari, kita belajar mengikuti jalan TUHAN bukan mengikuti jalan kita sendiri.
“Tuhan, kami minta ampun bilamana kami sering melenceng dari jalan-Mu. Ajarilah kami supaya kami bijaksana dan dapat melihat jalan-Mu! Kami tidak mau berpegang kepada pemikiran kami sendiri. Jangan tinggalkan kami!”