Makin parah penyakit yang diderita seseorang, makin sulit pula mencari seorang dokter yang dapat menolong. Seperti itulah keadaan Israel saat itu yang sedang terpuruk dan dalam keadaan sangat menderita. Sepertinya mereka sudah tidak lagi mengenal Tuhan dan Pencipta mereka.
Sejak keluar dari Mesir dan dikejar Firaun bersama pasukannya, bangsa Israel harus menghadapi Laut Teberau yang terbentang luas lalu mereka memberontak. Setelah di seberang dan tidak ada minum, mereka bersungut-sungut dan dalam perjalanan melewati padang gurun, mereka tetap memberontak bahkan menyembah berhala. Tiba di tanah Kanaan pun mereka terus memberontak kepada Tuhan. Secepat Yosua mati, mereka menyembah berhala. Di zaman Hakim-hakim, Raja-raja, mereka menyembah berhala. Perjalanan bangsa Israel di padang gurun sering digambarkan sebagai perjalanan hidup kita di dunia ini.
Berulang-ulang bangsa Israel berbuat dosa dan berulang-ulang pula Tuhan mengirim pesan melalui utusan- utusan-Nya karena Ia sayang pada umat-Nya agar mereka kembali kepada-Nya. Namun mereka mengolok- olok utusan itu dan menghina Firman-Nya hingga tidak memungkinkan lagi adanya pemulihan…Di zaman Zedekia, terpaksa Tuhan membuang mereka. Mereka dibiarkan tertawan dan menjadi orang buangan….Mereka bagaikan domba-domba yang tidak mengikuti tuntunan Gembalanya, bagaikan umat yang tidak mengenal Penciptanya, ya……bagaikan pokok anggur menghasilkan buah masam yang rusak dan hancur digerogoti binatang buas dan terbakar habis.
Jika kita pun mengalami keterpurukan, hanya ada satu jawaban yang menjadi harapan kita untuk diselamatkan. Asaf menuliskan Maxmur 80 untuk menyatakan bahwa hanya SATU yang dapat memulihkan keadaan Israel (kita) dari keterpurukan itulah TUHAN, Allah Semesta Alam. Tiga kali dia berseru agar Tuhan membiarkan mereka hidup, “Ya Allah…Ya Allah semesta alam… Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkan kami, buatlah wajah-Mu bersinar maka kami akan selamat!”
Maukah Anda merespons pesan-Nya hari ini?