• Editorial 942, 10 Desember 2023

“Tetapi aku ini sengsara dan miskin – ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya TUHAN, janganlah lambat datang!” Mazmur 70:6

Doa adalah napas hidup orang Kristen. Pernahkah kita mendengar istilah itu? Istilah tersebut mungkin kita dengar di banyak tempat – di komunitas G-To, sosial media, di persekutuan-persekutuan dan sebagian besar orang Kristen sepakat bahwa doa adalah napas hidup orang Kristen. Namun apa yang dimaksud?

Dalam keadaan apa pun kita tidak berhenti bernapas. Kalau kita menganggap doa adalah napas kita, ini berarti dalam kondisi senang, susah, sehat, sakit, dst. doa tetap dipanjatkan tidak boleh berhenti dan terputus. Ini yang dilakukan oleh Daud. Tak henti-hentinya dia berdoa seperti yang tertulis di Mazmur 70.

Mazmur 70 bertajuk “Doa minta pertolongan.” Lagi-lagi Daud berdoa meminta pertolongan namun uniknya di ayat 1, tertulis, “…Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan.” Saat mempersembahkan kurban peringatan pun, Daud terus memohonkan kelepasan.

Hal ini menjadi doa yang berkualitas dari Daud. Setiap saat tanpa mengenal waktu dan apa pun aktivitas yang dilakukan, Daud terus berdoa. Dan hebatnya lagi, Daud mengaku bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Ia merendahkan diri di hadapan Allah.

“Tetapi aku ini sengsara dan miskin - ya Allah, segeralah datang!” (Mzm. 70:6a)

Inilah yang kita teladani dari Daud. Berdoa dengan rendah hati dan menyadari bahwa kita juga tidak layak dan memohon pertolongan Tuhan untuk hadir dalam kehidupan kita. “Tolonglah kami ya Tuhan!”