“Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.” (Mzm. 57:8)
Mungkin sebagian dari kita merasa bosan mendengar keluhan-keluhan Daud yang tidak ada hentinya sepanjang kita mempelajari Mazmur. Demikian pula yang terjadi dengan kita, Daud mewakili kita semua. Bukankah memang demikian dengan hidup manusia di dunia ini yang pasti menghadapi ujian dan pencobaan dengan masalah-masalah yang sepertinya tak kunjung berhenti?
Keluhan-keluhan yang keluar dari hati Daud ketika dalam gua, “Kasihanilah aku ya Allah, kasihanilah….” mengandung arti: “Berikan aku anugerah-Mu ya Allah”, suatu keluhan yang sangat mendesak dari seseorang yang sedang dalam keadaan gawat menghadapi kehancuran yang mengancam dirinya. Seruan itu sepertinya mengatakan: “Jika Engkau tidak menolong aku, habislah riwayatku….” Ia menggambarkan dirinya terbaring di tengah-tengah singa dengan gigi laksana tombak dan lidahnya laksana pedang tajam yang segera akan memusnahkan nyawanya.
Namun di-tengah-tengah keadaan yang kritis itu tiba-tiba di ayat berikutnya dia mengubah keluhannya dengan kesiapan jiwa untuk menyanyi dan bermazmur bagi-Nya. Dia membangkitkan kembali jiwanya dengan bersyukur kepada Allah untuk kasih setia-Nya. Sikap Daud menggambarkan keyakinan bahwa jawaban doanya hanya ada di kaki Tuhan dan andalannya hanyalah Tuhan. Daud tidak lagi menitikberatkan akan APA yang mengancamnya tetapi kepada SIAPA dia berharap.
Seperti Daud, ketika hidup dalam kesulitan, marilah kita tetap berseru dan memuji Tuhan walau hidup penuh ancaman sebab kasih setia-Nya besar sampai ke langit dan kebenaran-Nya sampai ke awan-awan. Ia tinggi dan mulia juga sanggup mengatasi langit dan bumi. Kenalilah kepada SIAPA Anda berharap! (Red.)