“Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.” (Mzm. 54:4)
Ketika Mazmur 54 ini dibacakan, apa kesan yang menancap di hati kita? Saat Daud menuliskan Mazmur ini, ada bagian yang penuh dengan rasa sorak sorai namun di balik hal tersebut terdapat situasi yang mengancam kemerdekaannya.
Awal perikop memperlihatkan Daud yang sedang diburu oleh Saul dan bersembunyi di antara kaum Zifi namun mereka mengadu tentang keberadaannya. “Daud bersembunyi kepada kami,” ujar orang Zifli pada Saul (Mzm. 54:1). Kaum Zifi, adalah keturunan Yehuda. Daud sendiri juga keturunan Yehuda.
Dapatkah kita membayangkan penghayatan yang membayangi kehidupan Daud saat menulis mazmur ini? Bagaimana perasaan Daud saat diburu oleh Saul dan diadu oleh kaumnya sendiri? “Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku;” (Mzm. 54:3) ungkap curahan hati Daud di tengah-tengah pelarian.
Terlihat walau Daud berada dalam ketakutan besar terhadap Saul, cinta Daud terhadap Saul tidak padam tetapi tetap mengasihinya. Dan walaupun Saul sangat ingin membasmi Daud, Daud tidak membenci Saul atau mau membalas mekipun dia mempunyai kesempatan untuk itu.
Sebagai manusia biasa ego Daud mungkin juga memiliki rasa iri hati, dengki, kemarahan, namun Roh Kudus menguasai dirinya sehingga dia menang atas rasa sakit tersebut.
1 Petrus 3:8-9 mengajarkan kita untuk saling mengasihi sesama dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. “…tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (ay. 9)
“Ajari kami ya Tuhan untuk mengasihi musuh kami. Kendati rasa takut menguasai ego kami, izinkanlah kami mengikuti teladan Daud yang tidak membunuh sesama karena hati yang penuh cinta.”