• Editorial 920, 9 Juli 2023

“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk, tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:19)

Daud merasa sangat bersalah. Kepada Batsyeba ia berdosa karena telah menodainya, kepada Uria karena ia telah mengambil istrinya dan membunuhnya terlebih lagi kepada Tuhan. Namun ia berusaha untuk menyembunyikan dosa-dosanya. “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa….” Ratapnya penuh penyesalan. Ia menyadari dan mengakui telah melakukan dosa dan hidupnya penuh dosa bahkan sejak dalam kandungan. Yang ia butuhkan adalah anugerah pengampunan dan pembebasan dari tindasan dosa. Ia tahu telah melakukan perbuatan dosa; mungkin saja jiwanya sempat bergumul saat melakukan dosa itu (ay.5) tetapi nyatanya ia kalah dan terjatuh. Hatinya tertekan dan tidak lagi memiliki sukacita.

Seperti Daud, kita pun sebagai manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Setiap hari kita bergumul untuk tidak berbuat dosa. Walau batin kita mengetahui mana yang baik untuk dilakukan atau mana yang salah untuk tidak dilakukan, faktanya kita sering kalah dan jatuh dalam pergumulan kita.

Apa yang harus kita lakukan? Apakah Daud berusaha membela diri atau menutupi kesalahannya? Berusaha menutupi dosa dan membela diri hanyalah perbuatan yang sia-sia. Tuhan yang mahatahu melihat semuanya. Jika kita sedang jatuh dalam dosa saat ini, apakah kita mengakuinya atau tidak, Ia melihat setiap celah hati kita bahkan batin kita yang terdalam sekalipun. Oleh karena itu yang dapat kita lakukan hanyalah memohon anugerah Tuhan dan kasih karunia-Nya agar dosa kita diampuni.

Seperti Daud, biarlah kita juga menaikkan permohonan, “kasihanilah aku ya Allah, menurut kasih setia- Mu, hapuskanlah pelanggaranku…. Bersihkan kesalahanku, tahirkanlah aku….. baruilah batinku dengan roh yang teguh….janganlah membuang aku dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dariku….”

Biarlah kita mengakui semua dosa yang telah kita lakukan dan bertobat. Kita menyerukannya dengan jiwa hancur dan hati yang patah serta remuk karena inilah yang berkenan di hadapan-Nya. Biarlah kita rela menanggung konsekuensi dari semua kesalahan yang telah kita perbuat. Tuhan yang mahakasih dan penuh pengampunan akan menerima kita kembali. Kita akan dibebaskan dan bangkit hingga kita dapat bersukacita kembali. (Red.)