• Editorial 911, 7 Mei 2023

“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm. 42:2-3)

Mazmur Jilid 2 dimulai dengan bab ke-42 dari Kitab Mazmur ditulis oleh Bani Korah. 

Pengharapan dalam Tekanan Hidupmerupakan tema perenungan Kitab Mazmur minggu ini.

Kita tentu mengenal bani Korah yang memberontak melawan Musa, pemimpin bangsa Israel, berakhir mereka menerima hukuman dengan ditelan bumi yang membuka mulutnya (Bil. 16). Namun anak-anak Korah tidak mati (Bil 26:11). Ternyata Tuhan masih memberi kesempatan bagi anak-anak Korah untuk kembali melayani di bait Allah sebagai penyanyi-penyanyi di Yerusalem. Mereka adalah keturunan Lewi.

Rusa yang haus sangat merindukan sungai yang berair dipakai oleh pemimpin biduan bani Korah untuk menggambarkan dirinya ketika jiwanya merasa tertekan dan gelisah karena hidup di bawah impitan musuh akibat raja-rajanya yang memberontak kepada Allah. Suatu pengajaran bagi kita juga untuk direnungkan tentang bagaimanapun beratnya tekanan hidup yang kita alami, Tuhan masih selalu memberikan kita pengharapan dan kesempatan untuk kembali dipakai oleh-Nya. Semua ini karena kasih setia-Nya.

Pemimpin biduan Korah meyakini Allah adalah Penolongnya, Gunung Batunya dan pengharapannya. Dia yakin bahwa suatu kali kelak dia tidak lagi berada di bawah impitan musuh. Karena itu kerinduannya ialah “aliran air” (itulah Firman-Nya yang hidup). Dalam keadaan yang tertekan ia masih terus menyegarkan jiwanya dengan pujian dan ucapan syukur serta menguatkan diri dengan berdoa kepada Tuhan.

Jika kita saat ini juga dalam keadaan tertekan, dapatkah kita mengatakan, “Aku tidak akan khawatir tentang apa pun tetapi menyatakan keinginanku kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Aku yakin damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranku dalam Kristus Yesus” (Red.)