“Aku hendak menjaga diri supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku.” (Mzm. 39:2)
Refleksi diri di hadapan Tuhan…..
Daud merasa menderita dan susah serta ingin terlepas dari penderitaannya. Tak jarang ia mengaku dengan jujur bahwa penderitaan yang dialami adalah akibat dosa dan kesalahannya. Dia merasa dididik dan dihajar oleh Tuhan seperti seorang ayah mendidik anaknya dan dia menerimanya tanpa mau menjauhkan diri dari ayahnya. Di waktu lain ketika dia menderita bukan karena kesalahannya yaitu saat dia dikejar-kejar musuh yang menginginkan kematiannya, Daud masih juga berpaut pada Tuhan tanpa keinginan untuk membalas musuhnya. Pengharapannya hanya kepada Tuhan karena dia tahu bahwa hanya Tuhanlah yang dapat melepaskan dia dari penderitaan.
Pendisiplinan memang sering menyakitkan tetapi sesungguhnya berguna untuk memperbaiki karakter yang buruk karena pendisiplinan mengajar kita akan apa yang boleh/tidak boleh kita lakukan. Pendisiplinan Tuhan mengajar kita bagaimana hidup sebagai warga negara Kerajaan Surga yang harus beda dari mereka yang bukan warga negara Kerajaan Allah. Hampir semua ayat dalam Mazmur 39 merupakan refleksi diri dari peristiwa-peristiwa yang dialami dan mengevaluasi kegunaan pengalaman itu. Daud rupanya menemukan bahwa untuk menjaga hidupnya tidak berdosa dia harus menjaga lidah karena lidah sering membawa seseorang melakukan pelanggaran berakibat pada kehancuran diri sendiri. Itu sebabnya ia berkomitmen untuk menjaga hidup dengan menahan mulutnya dengan kekang untuk diam dan membisu.
Marilah kita juga menyisihkan waktu dengan merefleksi diri untuk mengevaluasi emosi, perilaku diri dalam merespons apa yang kita alami dan bagaimana menghadapinya. Apa sebenarnya tujuan hidup kita dan bagaimana kita berusaha meraihnya. Apakah kita telah melakukan seperti yang seharusnya dilakukan oleh warga negara Kerajaan Surga? (Red.)