• Editorial 907, 2 April 2023

“Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN Allahku, janganlah jauh dari padaku! Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!” (Mzm. 38:22-23)

Daud sedang mempersembahkan kurban peringatan saat dia menyanyikan Mazmur yang ditulisnya di waktu lalu. Tampaknya ia sedang mengingat-ingat kembali apa yang telah dialami dalam perjalanan hidupnya.

Jika Anda membaca seluruh ayat dalam bab ini, Anda akan melihat ada banyak kata yang mengungkapkan penderitaan dan kesengsaraan. Mungkin Anda juga pernah mengalami ini semua atau sedang mengalami saat ini karena hidup di dunia memang penuh sengsara dan penderitaan. Tak jarang penderitaan ini disebabkan oleh karena dosa kesalahan kita sendiri. Daud menyanyi dan berseru, “Jangan menghukum aku dalam geram-Mu, janganlah menghajar aku dalam kepanasan murka-Mu…… pinggangku penuh radang dan tidak ada yang sehat pada dagingku…luka-lukaku berbau busuk, aku kehabisan tenaga dan remuk redam…..” Dengan rendah hati, Daud mengakui bahwa semua itu disebabkan karena dosa-dosanya, karena kesalahan dan kebodohannya.

Daud tidak hanya menderita secara jasmani tetapi juga secara mental karena begitu banyak teman, sahabat dan sanak saudara telah menjauh bahkan ada orang-orang yang berikhtiar untuk mencelakai, menghancurkan dan membinasakannya.

Dari curahan isi hati Daud, kita dapat melihat betapa dia sangat mengenal kepada siapa dia mencurahkan isi hatinya yakni kepada TUHAN Allahnya yang penuh rahmat dan belas kasihan, kepada Elohim, Pencipta alam semesta. Ia tetap berpaut kepada Tuhan yang penyayang dan pengampun apa pun yang dialaminya. Ia bagaikan seorang anak yang menderita karena sedang dihajar tetapi tetap memeluk kaki bapanya dan tidak mau melepaskannya karena tahu bahwa hanya dari bapanya dia mendapatkan kelepasan dan keselamatan.

Dalam Mazmurnya Daud mengingatkan kita agar kita juga tidak meragukan kasih setia dari Tuhan pada saat apa pun. (Red.)