• Editorial 892, 11 Desember 2022

"Lepaskanlah aku dari pedang dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkanlah aku dari mulut singa dan dari tanduk banteng.” (Mzm. 22:21-22)

Kitab Mazmur memang merupakan kitab paling digemari terutama oleh para penggubah lagu. Martin Luther mengatakan bahwa di dalam kitab Mazmur kita melihat “hati orang-orang kudus”. John Calvin mengatakan bahwa Kitab Mazmur merupakan “cermin di mana kita dapat melihat hati kita sendiri”, sedangkan seorang komentator masa kini mengatakan bahwa setiap nyanyian dalam kitab Mazmur sepertinya “mengandung nama dan alamat kita” (Unlocking the Bible).

Ketika membaca dan mempelajari Mazmur 22, kita melihat Daud mewakili semua manusia di dunia ini (termasuk kita) yang mengeluhkan penderitaan hidup sangat menyiksa, keluhan tentang penderitaan yang tidak ada habis- habisnya juga keluhan yang melantunkan kecemasan dan keputus asaan yang tak terucapkan.

Daud pernah merasakan Tuhan berpaling darinya, katanya, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolongku…aku berseru tetapi Engkau tidak menjawab….. aku diolok, dihina banyak orang, kesusahan mendekat namun tidak ada yang menolong…tulangku terlepas dari sendinya dan hatiku hancur luluh ….dalam debu maut Kauletakkan aku….mereka menusuk tangan kakiku….mereka membagi-bagi pakaianku dan membuang undi atas jubahku…lepaskanlah aku dari pedang dan nyawaku dari cengkeraman anjing….”

Dua ribu tahun kemudian, kata-kata yang sama diucapkan kembali oleh Yesus di atas bukit Golgota saat Ia dijatuhi hukuman mati dengan sangat mengerikan. Bagi banyak orang, ucapan Daud merupakan nubuat tentang penyaliban Yesus. Kita setuju bahwa saat Daud meneriakkan kata-kata tersebut, dia benar-benar sedang mengalami penderitaan luar biasa dan merasa tidak lagi mempunyai pengharapan. Bagi kita, biarlah kata-kata Yesus merupakan jawaban seruan doa kita untuk kelepasan dari penderitaan karena dosa. Bukankah sepertinya Ia mengatakan, “penderitaan berat apa pun yang kau alami telah Kutanggung di Golgota bagimu agar kau tinggal di dalam-Ku dan tidak lagi perlu merasakan sengsara seperti itu karena Aku telah mati, bangkit dan menang atas dosa. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu tetapi menyertaimu selalu sampai selamanya!“ (Red.)