• Editorial 881, 25 September 2022

Orang Benar tidak pernah ditinggalkan”, itulah yang kita pelajari dari Firman Tuhan minggu lalu. Siapa orang benar itu? Dia yang dibenarkan oleh Tuhan melalui iman dan yang mencintai Firman-Nya. Dia selalu minta tolong dalam peperangan, menyerahkan penyelesaian kepada-Nya dan memercayai setiap janji-Nya pasti digenapi. Juga tindakannya yang haus akan keselamatan telah menggerakkan hati Tuhan untuk bangkit dan bertindak!

Ketika merenungkan Mazmur dengan pembahasannya, hatiku bertanya-tanya mengapa Daud mempunyai dua macam sikap yang sangat bertentangan menghadapi peperangan-peperangan?

Dalam melindungi beberapa domba yang digembalakannya, dia dengan berani melawan singa atau beruang yang mau memangsanya, menghajar dan membunuhnya. Dalam membela bangsa Israel dari ancaman Goliat, ia berhasil membunuh Goliat. Daud hampir selalu menang dalam peperangan. Dia terkenal sebagai pahlawan yang gagah perkasa, ahli perang yang tidak terkalahkan hingga para wanita menyanyikan, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh tetapi Daud mengalahkan berlaksa- laksa.” Namun di Mazmur 12 ini dia berseru dalam kegalauan hati, “tolonglah kiranya TUHAN sebab orang saleh telah habis, tak ada lagi yang setia, yang ada hanyalah pendusta, hati bercabang yang menindas orang lemah….Dia tampak begitu kehausan akan keselamatan nyawanya! Pada saat mempunyai peluang untuk membunuh musuh yang mau menghabisinya, dia malah tidak berani melakukannya! Keselamatan jiwanya sepenuhnya digantungkan pada Tuhannya.

Perasaan hatiku kemudian membawaku pada “Keturunan Daud” yang terlahir ribuan tahun kemudian yang juga mempunyai sikap serupa bahkan lebih indah lagi, itulah Yesus yang datang ke dunia. Dengan otoritas dari Bapa, Ia marah dan menghajar para pedagang yang mencemari Bait Kudus, dengan perkasanya Ia menguasai alam, menghardik badai, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan bahkan membangkitkan orang mati. Namun saat menghadapi kematian-Nya sendiri, Ia memohon kepada Bapa-Nya dengan ketakutan, “Kalau boleh lalukan cawan ini daripada-Ku, Bapa.…” Di atas kayu salib, tidak sedikit pun Ia membela diri walau sebenarnya Ia sanggup membinasakan mereka yang menyiksa dan menyalibkan-Nya. Ia hanya mengatakan, “Ampuni mereka….Allah-Ku mengapa Kau meninggalkan Aku…..Aku haus… ” kemudian Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa- Nya. Ia mati tetapi jutaan manusia yang percaya, termasuk kita yang berdosa, mendapatkan hidup kekal. Janji TUHAN yang tertulis dalam Yohanes 3:16 benar-benar dipenuhi, “Barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal!” (vs)