• Editorial 878, 4 September 2022

“Ya Tuhan, Tuhanku, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi. Keagungan-Mu, kehebatan-MU, mengatasi langit. Kumau bersyukur pada Tuhan, kumenceritakan perbuatan-Mu ajaib, kubersukacita, kubersukaria, bermazmur bagi nama-Mu……”

Nyanyian di atas digubah oleh seorang pengarang lagu di zaman kita yang menyitir ayat-ayat awal dari Mazmur 9 yang ditulis oleh Daud, raja berjiwa pemazmur. Mazmur memiliki bab terbanyak; berarti jika hidup ini diisi dengan Alkitab (Firman Tuhan) maka sudah selayaknya bagian yang terbanyak seharusnya diisi dengan nyanyian dan pemujaan bagi Tuhan. Mazmur berada di tengah-tengah Alkitab, berarti pujian kepada Tuhan menjadi bagian yang paling inti dalam hidup kita.

Di Mazmur 9, setelah mengalami ketegangan jiwa karena peperangan tak henti-hentinya, Daud menyanyi menceritakan saat dia dikejar musuh, saat seperti tidak ada keadilan baginya, tetapi dia menyanyi dan terus menyanyi. Dia menyanyi saat menangis, saat akhirnya mendapat kemenangan, saat Tuhan membela perkaranya dan meluputkannya dari maut. Dia bernyanyi dan terus bernyanyi…… dan itu menyenangkan hati Tuhan!

Apakah hidup kita juga diisi dengan nyanyian dan pujian bagi-Nya? Ataukah hidup kita hanya dipenuhi dengan keluhan, penyesalan, sungutan dan ujar kebencian? Hari-hari ini ketika kita sedang mendalami Kitab Mazmur, marilah kita melatih diri mengisi hidup kita dengan pujian dan penyembahan kepada Dia apapun keadaan kita. Hendaknya pujian, ucapan syukur dan penyembahan menjadi hal penting yang mendatangkan sukacita di dalam kehidupan kita!

“Kumau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, Bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi!