• Editorial 870, 10 Juli 2022

Sebelum menjelajahi Kitab Mazmur, kita lebih dahulu diperkenalkan adanya dua kepribadian manusia: orang benar dan orang fasik.

Orang benar disebut sebagai orang berbahagia yang selalu berhasil di dalam tindakannya. Kesukaannya adalah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Ia digambarkan sebagai pohon yang ditanam di tepi aliran air yang daunnya tidak pernah layu dan selalu menghasilkan buah pada musimnya. Bukan hanya itu, jalan orang benar dikenal Tuhan.

Sementara orang fasik digambarkan sebagai sekam tidak berbobot yang ditiup angin dan berakhir dalam kebinasaan. Sekam adalah kulit padi yang kering, paling tidak berguna dan lenyap diterbangkan angin.

Menarik sekali ketika kita membaca kata yang digunakan adalah “tertanam” bukan “ditanam” yang berarti “sengaja ditanam” di tepi aliran air bukan secara kebetulan tumbuh di sana. Jadi keberadaan pohon tersebut memang disengaja! Kita telah mempelajari bahwa air menggambarkan Firman Tuhan. Apabila kita selalu membawa hidup kita dekat dengan “Air Firman Tuhan”, diri kita akan menyatu dan penuh dengan Firman-Nya sehingga apa yang kita renungkan siang dan malam adalah Firman Tuhan. Hasilnya, kita pasti tumbuh seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air yang berdaun lebat dan berbuah banyak.

Ketika mempelajari Kitab Mazmur, kita akan sering membaca istilah dan melihat perbedaan antara orang fasik dan orang benar…. Jika keberhasilan dan kebahagiaan dapat terjadi dengan sengaja “menanamkan diri” dekat dengan aliran air-Nya, mengapa kita tidak berusaha untuk selalu hidup di dekat-Nya? Marilah kita memulainya sekarang! (Red.)