• Editorial 863, 22 Mei 2022

“BERSIAP MENGHADAPI MASA SENGSARA,” itulah tema kebaktian Raya Hari Minggu lalu setelah beberapa kali kita mendapatkan tema “Masihkah Beriman Saat Yesus Ditolak”. Aura kedatangan Yesus kedua kalinya telah begitu terasa saat-saat mendengar berita-berita tersebut. Adanya pandemi Covid 19, rumor tentang hubungan antara vaksinasi dan tanda binatang yang dituliskan dalam kitab Wahyu membuat banyak orang makin bergidik, cemas dan kehilangan arah….

Ketika Yesus datang pertama kali ke dunia, Ia ditolak, ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Peristiwa ini membuat iman dari banyak murid-Nya goyah kemudian mereka meninggalkan Dia. Petrus pun menyangkali-Nya. Namun setelah kebangkitan Yesus dan Penuangan Roh Kudus, iman Petrus menjadi begitu kokoh bagaikan “batu karang” seperti pernah dikatakan Yesus kepadanya dan di atas imannya gereja pertama dibangun. Sejak itulah masa sengsara orang Kristen dimulai.

Dari tahun ke tahun banyak orang Kristen mengalami sengsara karena pengikutan mereka kepada Yesus. Namun dapat kita lihat dan buktikan bahwa justru karena kesengsaraan itu kekristenan makin bertumbuh pesat dan menyebar. Jiwa-jiwa martir yang telah dibunuh merupakan benih-benih yang jatuh dan tertanam di tanah. Pengikut Kristus makin banyak bagaikan tanaman baru yang tumbuh bermunculan dan berkembang luas.

Menjelang kedatangan Kristus yang kedua, Alkitab menyatakan bahwa akan terjadi lagi penderitaan yang hebat di seluruh bumi. Apakah kita telah siap menghadapinya? Firman Tuhan Minggu lalu telah dengan indahnya dikupas dan dijelaskan bagaimana kita harus menghadapinya agar kita tetap bertahan   untuk   menjadi   milik   Kristus   hingga   akhirnya   dikatakan, "Sebab    jika   kita hidup, kita hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Rm. 14:7-9)

Sebuah nyanyian dari Paduan Suara yang begitu indah berjudul “Thine Alone” kiranya menjadi kerinduan kita semua:

Tuhan kuingin menjadi milik-Mu, ya milik-Mu selama-lamanya

Segenap hidupku keserahkan pada-Mu, biar hatiku tempat Kau bertakhta S’panjang jalanku ku ikut Engkau, ku mau bersandar

Dan ku mau dituntun oleh-Mu Tuhan……..

Tuhan ku mau menjadi milik-Mu dan hatiku tempat Kau bertakhta! (Red.)