• Editorial 862, 15 Mei 2022

Ketika kita mengingat Yesus ditolak oleh sebagian besar masyarakat saat itu, Ia ditangkap dan digiring untuk diadili, masihkah kita beriman kepada-Nya? Bila saat itu kita merupakan salah satu dari pengikut-Nya, masihkah kita tetap beriman kepada-Nya? 

Orang banyak mengenal Yesus sebagai Pembuat mukjizat dan Sang Pemelihara saat Dia memberi makan 5000 orang laki-laki. Mereka mengharapkan Yesus sebagai seorang Pembebas – seorang pahlawan – yang membebaskan mereka dari penjajah. Namun ketika Dia tidak menjadi Orang yang mereka harapkan, Dia ditolak karena mereka lebih mementingkan perkara jasmani daripada yang rohani. Ketika Yesus menyatakan diri sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga, bahwa tubuh-Nya adalah makanan yang sesungguhnya dan darah-Nya adalah minuman yang sesungguhnya, banyak murid-Nya meninggalkan Dia karena mereka menganggap perkataan-Nya keras sehingga tidak sanggup mendengarkannya. 

Petrus telah tiga setengah tahun mengikut Yesus. Ia melihat semua mukjizat yang telah dilakukan-Nya. Dia mengakui Yesus adalah Sang Mesias, Anak Allah yang hidup (karena Allah Bapa yang menyatakannya). Saat banyak orang meninggalkan Yesus, Petrus malah mengatakan, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal….” Bahkan dalam perjamuan makan terakhir, Petrus menyatakan bahwa ia bersedia masuk penjara dan mati bersama Dia ….Ironis, mengapa dia kemudian begitu mudah menyangkal Yesus? Bahkan sampai tiga kali? Karena dia tidak begitu mengenal Yesus dengan baik. Setelah menyadari hal itu Petrus menyesal habis-habisan…. 

Paulus sangat membenci Yesus sebelum dia mengenal-Nya. Kebenciannya kepada kekristenan begitu besar sehingga dia memprovokasi banyak orang untuk menghancurkan kekristenan saat itu. Penolakan Paulus pada Pribadi Yesus kemudian dihampiri oleh kasih-Nya yang sangat besar. Bagaimana respons Paulus saat dia sudah mengenal Yesus? Kita semua tahu bagaimana sepak terjang Paulus setelah mengenal Yesus bukan? Ia mempertahankan imannya kepada Yesus hingga akhir hidupnya!

Sejauh mana pengenalan kita kepada-Nya? Iman kita pun sedang dipertaruhkan, masihkah kita beriman kepada-Nya saat orang banyak menolak-Nya? (Red.)