• Editorial 852, 27 Februari 2022

YERUSALEM adalah tempat yang dipilih Tuhan, “…Yerusalem, kota yang kupilih bagi-Ku supaya nama-Ku tinggal di sana….” Firman- Nya (1 Raja. 11:36). Di sanalah Dia melawat umat-Nya, di sana pula Dia meninggikan Daud yang dahulunya hanya seorang gembala sederhana yang kemudian dijadikan raja Israel. Jika kita membaca di Mazmur, Daud adalah seorang penyanyi yang sangat sering meninggikan dan memuliakan Nama-Nya, “Ya TUHAN,…betapa mulianya Nama-Mu di seluruh bumi! …Aku mau bermazmur bagi Nama-Mu, yang Maha tinggi… aku bermegah dalam Nama Tuhan… Marilah kita bersama-sama memasyhurkan Nama-Nya! ...bagi Nama-Mu kami mengucapkan syukur…dan banyak lagi. Mazmurnya dibanjiri dengan kata-kata pujian terhadap Nama-Nya! Itu sebabnya Tuhan sangat mencintai dan berelasi erat dengan Daud.

Zakharia menubuatkan dan dikutip di dalam Matius 21:5, “Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban muda.” Dan benar Sang Raja datang dan melawat umat-Nya dengan berkendaraan seekor keledai di sepanjang jalan di Yerusalem… para murid dan beberapa dari mereka memuji dan memuliakan Dia namun mereka yang mengerti Taurat justru mencela- Nya. Mereka yang dari luar tampak agamawi ternyata tidak peka akan lawatan-Nya dan tidak memuliakan Dia. Yesus menangisi Yerusalem… di sana Nama Allah tidak lagi diagungkan dan dimuliakan. Mereka malah membunuh nabi-nabi dan orang-orang yang diutus-Nya… dengan sedih Ia harus mengatakan Yerusalem akan dihancurkan rata sampai ke tanah…

BAIT ALLAH adalah rumah doa”, kata Yesus. Tempat pertemuan dan hubungan yang erat antara Tuhan dan manusia, tempat Allah melawat umat-Nya… namun apa yang didapati Yesus saat Ia tiba di Bait Allah? Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel bukannya berusaha untuk mendekatkan umat Tuhan dengan ALLAH mereka tetapi mereka justru berusaha membinasakan Dia.

Bait Allah telah dipenuhi dengan egosentrisme, para pedagang mencari keuntungan bagi diri sendiri bukan mencari Tuhan…mereka telah menjadikan Bait Allah sebagai “sarang penyamun”.

BAGAIMANA KITA MENANGGAPI LAWATAN ALLAH KEPADA KITA? (Red.)