Minggu-minggu ini Firman Tuhan banyak mengajar kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap ketika diperhadapkan dengan uang. Minggu lalu, ketika Firman Tuhan membahas tentang bagaimana kita menanggapi berita tentang Yesus yang menyelamatkan, kembali kisah pertemuan Zakheus dengan Yesus yang kemudian mengubah total jalan hidupnya menyinggung persoalan uang untuk tidak lagi terikat dengannya.
Seorang pemuda kaya yang walaupun telah mengikuti semua peraturan agama dan ibadah ternyata hatinya tetap tertambat oleh uang sehingga dengan kecewa Yesus mengatakan betapa sulitnya bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Uang ternyata dapat menjadi penghalang untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Alkitab juga memperingatkan bahwa tidak mungkin kita dapat bertuankan Tuhan dan Mamon. Kitalah yang harus memutuskan untuk memilih menjadi hamba Tuhan atau hamba uang. Benarlah apa yang dikatakan Alkitab bahwa keinginan akan uang adalah akar segala kejahatan.
Salahkah bila kita mempunyai banyak uang (kaya)? Tentu saja tidak, ada banyak tokoh Alkitab yang kaya dan dicintai Tuhan. Contoh: Abraham adalah “sahabat Allah”. Ayub berharta banyak dan menjadi “kebanggaan Allah” karena ia takut akan Allah dan tetap berpaut pada-Nya sekalipun harus menempuh ujian dan pencobaan yang sangat hebat. Daud, yang menjadi “kekasih Tuhan” adalah raja yang sangat kaya juga Salomo yang dipuji Tuhan karena keinginannya (saat itu) akan hikmat dan kepadanya diberi hikmat dan kekayaan yang luar biasa. Jika kita mempelajari kehidupan mereka, uang bukanlah andalan atau tujuan hidup mereka.
Kenyataannya cinta akan uang dapat membuat seseorang menjadi tinggi hati dan mementingkan diri sendiri juga membuatnya tidak begitu membutuhkan Tuhan.
Jangankan harta benda yang dimiliki, Abraham bahkan rela menyerahkan Ishak, anak yang telah dijanjikan padanya, ketika Tuhan memintanya….Ayub berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Dalam Daud ada kerendahan hati; saat dikejar-kejar Saul dan Absalom, anaknya yang menginginkan takhta, Daud lebih memilih menyingkir daripada berebut takhta. Ia hanya memerlukan TUHAN sebagai Gembalanya karena bersama-Nya dia tidak merasa kekurangan apa pun. Walau dihina, Daud menari-nari seperti anak kecil di depan Tabut Perjanjian. Dia menerima teguran tanpa berdalih. Kerinduannya ialah menggunakan hartanya untuk membangun Bait Allah. Betapa indahnya!
Uang bukanlah tujuan hidup kita! Uang hanyalah sarana yang kita pakai untuk mencapai tujuan hidup kita itulah keselamatan jiwa kita dan sesama! (Red.)