“Kedatangan-Nya telah semakin dekat!” itu yang sering kita dengar tetapi pertanyaannya, TELAH SIAPKAH KITA MENGHADAPINYA? Telah siapkah kita menyambut-Nya sebagai MEMPELAI PRIA KITA?
Di saat penantian, seorang calon mempelai wanita mempersiapkan dirinya untuk memasuki hari bahagia bersanding dengan suami dan hidup seumur hidup bersamanya. Bagi hampir semua orang (kecuali mereka yang menjalani “kawin paksa”), hari itu adalah hari yang paling membahagiakan dan tidak akan terlupakan. Di saat itu mereka membuktikan kasih mereka yang utuh dengan meninggalkan semua dan memberikan diri kepada seorang yaitu pasangannya.
Alkitab mengatakan, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging." Yesus telah melakukannya sebagai bukti kasih-Nya kepada calon mempelai- Nya. Ia telah meninggalkan Bapa-Nya, Kerajaan-Nya, kemuliaan dan keilahian-Nya untuk hidup di tengah-tengah kita.
“Meninggalkan ayah dan ibunya…..” bukankah ini berarti meninggalkan keluarga dan kehidupan lamanya ketika masih lajang, meninggalkan rumah beserta adat istiadatnya? Meninggalkan hal-hal yang dahulu dimiliki untuk menjadi milik pasangannya. Apakah ini juga berarti bagi seorang wanita? Tentu saja! Seorang wanita yang menikah menjadi milik suami sepenuhnya, menyandang nama suaminya seperti seorang Rut mengatakan, “….Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi….. bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku……. Tidak ada yang dapat memisahkan aku dari engkau selain daripada maut!” Walau kita semua mengetahui bahwa kata-kata itu ditujukan kepada Naomi, mertuanya, karena suaminya sudah meninggal ayat ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan pernikahan yang telah melebur dan menyatu dalam diri Rut. Kita tentu ingat saat pria-wanita masuk dalam pernikahan, ketika mengucapkan akad nikah mereka berkata, “dalam suka dan dalam duka, dalam sehat atau sakit, saat berkelimpahan atau berkekurangan kita tetap bersama dan hanya maut yang memisahkan kita…”
Sudahkah kita siap menyambut Mempelai Surga kita? Penyatuan dengan Mempelai kita berarti pemisahan dari semua yang dahulu melatarbelakangi hidup kita. Ada perpisahan antara Nuh dengan sahabat dan tetangga juga keluarga jauhnya saat banjir tiba. Ada perpisahan antara keluarga Lot dengan calon menantu dan calon suami juga harta dan rumah mereka. Kita pun diminta untuk tidak menyayangkan “hidup” kita yang fana ini demi kehidupan kekal di Surga. (Red.)