• Mengungkap Misteri (2)
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/artikel/934-mengungkap-misteri-2

Waktu Keubahan

Apakah ada yang lebih misterius daripada keubahan? Perubahan memengaruhi kita dengan cara yang tidak dapat kita antisipasi dan pahami. Realitas ini tidak dibatasi oleh teknologi, budaya atau politik. Tidak ada perubahan lebih besar daripada ketika seseorang menemukan pengharapan dan kedamaian dalam kasih karunia Yesus. Paulus mengalaminya dalam perjalanan ke Damsyik juga sepanjang perjalanan dengan Juru Selamat – perubahan yang begitu mendalam sehingga semua elemen warisan Yahudi yang sangat berarti baginya menjadi tak berarti. Katanya kepada jemaat Filipi, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah supaya aku memperoleh Kristus.” (Flp. 3:7-8)

Paul mengalami keubahan dramatis dalam tujuan hidupnya dan hal ini juga dapat terjadi pada kita. Tulisnya kepada jemaat Korintus, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17)

“Sesungguhnya yang baru sudah datang” adalah pernyataan bahwa Yesus datang ke dunia ini untuk mengubah manusia. Selama 2.000 tahun orang-orang telah menemukan bahwa perkataan itu menggambarkan keistimewaan hubungan dengan Kristus. Meskipun Paulus melihat dirinya orang paling berdosa (1 Tim. 1:15), dia tahu bahwa hidup dan tujuan dalam kekekalan telah diubah oleh Kristus.

Pertanyaan bagi kita: bagaimana kita merespons tentang keubahan ini? Apakah kita menolaknya seperti dilakukan oleh Saulus dari Tarsis di awal hidupnya (Kis. 9:5)? Atau kita sungguh-sungguh mencari Tuhan seperti diperbuat Rasul Paulus dalam pelayanan seumur hidup kepada Tuhan, Juru Selamat?

Pertemuan yang mengubah (Kis. 9:3-9)

“Dalam perjalanannya ke Damsyik ketika ia sudah dekat kota itu tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Katanya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu apa yang harus kauperbuat.”…

Kisah pertobatan Saulus menjadi begitu terkenal sehingga sering digambarkan sebagai “pengalaman dalam perjalanan ke Damsyik”. Deskripsi ini dianggap tepat karena adanya perubahan mendadak dan tiba-tiba ketika Saulus bertemu Kristus.

Kejadiannya begitu hidup, cahaya yang kuat menjatuhkan Saulus ke tanah, menggambarkan apa yang terjadi di hatinya. Saat terang Kristus menyelimutinya, hati Saulus diselamatkan dari kegelapan dan dipindahkan ke dalam terang. Penempatan ini merupakan inti dari pengalaman keselamatan di dalam Kristus.

Dalam salah satu suratnya, Paulus menggambarkan transformasi seperti ini, “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih.” (Kol. 1:13)

Inilah yang dialami Saulus dalam perjalanan ke Damsyik. Walau hidupnya ditandai dengan gairah spiritual, dia terselubung dalam kegelapan spiritual berakibat gairahnya salah arah. Sekarang, dalam terang Kristus, Saulus muda melihat dengan jelas. Sasaran penganiayaannya bukan kepada mereka yang dia pikir bertentangan dengan hukum Musa tetapi dia melawan Yesus sendiri. Dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus tiba di persimpangan yang menuntut pilihan – pilihan yang akan mengatur ulang dunia kehidupan pribadinya. Hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Ketika dia bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Saulus mendengar kata-kata yang tak terduga, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” Hidupnya segera dialihkan kepada penyerahan sepenuh kepada Kristus. Pertemuan Saulus dengan Yesus menghasilkan perubahan tujuan yang dramatis. Beberapa saat sebelumnya, dia telah menganiaya pengikut-pengikut Yesus. Sekarang dia terhitung di antara mereka.

Tujuan Saulus sekarang didasarkan pada hubungan baru dengan Yesus yang pernah dia lawan sebelumnya. Dia akan melanjutkan pergi ke Damsyik tetapi dengan alasan sangat berbeda.

Perubahan yang sungguh-sungguh (ay. 19-22)

“Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga (immediately = segera) ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: “Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?” Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.”

Kata kunci dalam perikop di atas ialah “ketika itu juga (segera)”. Walau ada perubahan tujuan, ini tidak mengurangi gairahnya Saulus. Dia segera menjadi utusan Kristus yang pernah dia takuti dan lawan. Dia menyampaikan pesan ini di sinagoge – tempat di mana dia telah berusaha “berlindung” dari Injil. Sulit membayangkan perubahan yang lebih besar. Saulus telah berpindah dari kegelapan rohani ke terang dari Mesias, Yesus Kristus.

Hidup Saulus berubah hingga tingkat dasar dan hasratnya meningkat, mempersiapkannya untuk menanggung jenis penganiayaan yang pernah dia lakukan kepada orang lain. Dia memulai perjalanannya ke Damsyik didorong oleh gairah akan hukum Taurat tetapi tujuan pengabdian yang lebih berharga menyusulnya.

TUJUAN YANG JAUH LEBIH BESAR

Kadang-kadang hikmat Allah tidak masuk akal atau membuat kita garuk-garuk kepala. Itu sebabnya Nabi Yesaya menuliskan, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes. 55:8-9)

Bukanlah berita baru bahwa Allah jauh lebih bijaksana daripada kita. Namun kita dapat dibuat frustrasi ketika Ia bekerja dengan cara yang tampak berlawanan dengan intuisi kita. Kehidupan Paulus menjadi contoh tentang kenyataan yang membuat garuk-garuk kepala. Pikirkan kembali awal cerita Paulus; latar belakang, pelatihan dan pengalaman membuatnya sempurna melayani gereja mula-mula sebagai utusan bagi orang-orang yahudi. Pemahamannya yang menyeluruh tentang Kitab suci memperlengkapinya melawan argumen dari saudara-saudara Yahudinya.

Selama tahun-tahun awal perjalanannya dengan Kristus, warisan Paulus sebagai “orang Ibrani dari Ibrani” sangat berguna baginya. Pada dua perjalanan penjangkauannya, Paulus terlibat dalam perintisan gereja dengan memasuki sinagoge-sinagoge menghadirkan Kristus dari Kitab Suci dan membentuk jemaat baru yang telah menerima beritanya. Namun ini akan berubah karena tujuan Tuhan yang dinyatakan melalui Ananias ketika Saulus bertobat di Damsyik, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain (Gentiles = bangsa kafir) serta raja-raja dan orang-orang Israel.” (Kis. 9:15)

Tuhan ingin Paulus yang diperlengkapi membawa berita Kristus kepada orang-orang Yahudi mengarahkan gairahnya kepada orang-orang bukan Yahudi (kafir) – semua orang non-Yahudi dalam ras dan agama. Tujuan ini membuahkan hasil (Kis. 13). Paulus dan mentornya, Barnabas, melibatkan orang-orang Yahudi di sinagoge-sinagoge di seluruh Asia Kecil (Turki modern) dan melihat orang-orang datang kepada Kristus. Mulailah mereka menghadapi pertentangan. Di Antiokhia Pisidia, pertentangan begitu kuat sehingga Paulus membuat perubahan yang akan mengguncang dunianya dan dunia kita: “Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kamu berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: “Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 13:46-47)

“Kami berpaling kepada orang-orang non-Yahudi” adalah pengumuman publik bahwa berita salib tidak dibatasi oleh etnis, kebangsaan atau budaya. Ini adalah pernyataan bahwa pengampunan yang diselesaikan dengan pengurbanan Anak Allah tersedia bagi semua orang di seluruh negara. Pergeseran Paulus dari jemaat Yahudi ke non-Yahudi menempatkan kekristenan akan terwujud sepenuhnya di hadapan Bapa, “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” (Why. 5:9)

Walau berita salib telah ditawarkan kepada orang-orang non-Yahudi oleh Filipus (Kis. 8:26-40) dan Simon Petrus (Kis. 10), Paulus mendapat tugas khusus untuk memberitakan Yesus kepada bangsa-bangsa dan dia melakukannya. Misi ini membawa Paulus keluar dari Asia Kecil ke Makedonia, Yunani dan akhirnya ke Roma.

Pelayanan menciptakan keluarga iman secara global dimulai dengan perubahan yang awalnya ditakuti dan ditolak oleh Paulus. Keubahan dan misi yang dimulai dari perjalanan di Damsyik membawanya melalui sukacita dan kerugian, perayaan dan penderitaan, kandasnya kapal dan penyelamatan, pemenjaraan dan akhirnya kematian. Namun Paulus menemukan misi ini layak dijalani bahkan sampai matipun. Misi ini berakar dalam hati yang telah diubah oleh Kristus (Gal. 2:20). Misi ini tetap menarik semangat, pengabdian dan kesetiaan dari pengikut-pengikut Kristus hari ini.

Bagaimanapun juga keubahan ini tidak datang dengan mudah. Kristus mengatasi ketakutan, keraguan, dan penolakan awal dari Paulus untuk mengubahnya dimulai dari perjalanan ke Damsyik.

  • (Raja) Saul ditandai dengan kebencian hebat terhadap Daud tetapi kebencian Saulus dari Tarsis terhadap gereja diubah menjadi kasih penuh Kristus mengubah hati kita.
  • Saul dan banyak pemimpin agama Yahudi menganggap Yesus melakukan kerusakan parah terhadap hukum mereka. Namun Paulus menemukan Yesus adalah sarana untuk dapat memahami dan menghormati hukum serta hidup dalam Roh. Kristus memperluas pemahaman kita.
  • Perubahan hati Saulus dari kehidupan dan agama yang bergantung pada usaha sendiri menjadi kehidupan yang bergantung pada rahmat Tuhan yang luar biasa adalah bukti bahwa Kristus lebih dari sekadar figur religius dalam sejarah. Kristus adalah hidup dan kekuatan kita.
  • Misi Paulus di luar Israel mengungkapkan bahwa Allah jauh lebih besar dari yang dapat ditampung oleh suatu Kristus mati untuk semua.
  • Transformasi Paulus dari pembawa rasa sakit dan penderitaan bagi orang lain menjadi orang yang setia pada pertumbuhan dan kemajuan orang lain untuk meniru Yesus. Kristus adalah hamba dari semua.

Dari Saulus ke Paulus, dari penganiaya ke orang percaya, dari pelindung Israel ke rasul bagi non-Yahudi adalah contoh yang dapat terjadi dalam kehidupan siapa pun ketika Kristus memerintah di dalam hati. Ini adalah penggenapan terutama dari pengampunan, pemilihan dan transformasi yang diselesaikan oleh salib.

Disadur dari: CHANGE Following God Through Life’s Crossroads by Bill Crowder