• BERTAHAN DALAM IMAN
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/artikel/867-bertahan-dalam-iman

ESTAFET IMAN

Rasul Paulus pernah menggambarkan kehidupan kekristenan bagaikan olahragawan di arena perlombaan. Di bawah ini kita kembali dibawa ke arena perlombaan……

Korintus pada masa lalu biasa mengadakan pertandingan olahraga yang disebut Isthmian. Pertandingan ini menjadi cikal bakal Olimpiade sekarang. Banyak acara yang digelar. Dan kala itu cabang olahraga yang mendapat perhatian adalah Atletik, salah satunya lari estafet. Peserta berjajar di garis awal, masing-masing memegang obor. Di kejauhan dengan jarak tertentu menunggu jajaran peserta berikutnya, dan berikutnya lagi.

Begitu aba-aba mulai dibunyikan, para atlet segera berlari sambil membawa obor yang menyala. Saat seorang pelari sampai di jajaran berikutnya, ia akan menyerahkan obor kepada mitranya. Begitu seterusnya, obor itu dialihkan dari satu peserta ke peserta lain sampai mencapai garis akhir. Berdasarkan perlombaan terkenal ini, orang Yunani membuat sebuah peribahasa “Biarlah mereka yang memiliki obor meneruskannya kepada orang berikutnya”.

Berbagai daftar silsilah dalam Alkitab tidak jarang menjadi bagian yang paling kita hindari. Perikop-perikop seperti itu kita anggap membosankan dan tidak memiliki maksud yang jelas. Padahal bukan tanpa alasan Allah mengilhamkan deretan nama itu kepada para penulis Alkitab untuk mencatatnya. Nama-nama itu mewakili orang- orang yang berdiri pada zamannya. Mereka telah mempertahankan iman mereka dalam suatu pertandingan. Lalu mereka berlari memegang obor iman masing-masing dan meneruskannya kepada generasi selanjutnya. Merekalah yang memastikan bahwa terang kebenaran tetap menyala dari zaman ke zaman sampai ke generasi kita saat ini.

Saat ini kitalah pelari yang berdiri di jajaran itu. Kita telah menerima obor iman dari orang tua kita atau dari pengikut Kristus sebelum kita yang memberi obor itu kepada kita. Kitalah yang bertanggung jawab untuk berlari sambil membawa obor iman dan meneruskannya kepada generasi sesudah kita – anak dan cucu kita. Pastikan bahwa generasi sesudah kita akan tetap berlari meneruskan estafet iman ini kepada generasi setelah mereka. Pastikan kebenaran tidak berhenti pada masa kita saja. Ajarkan terus dan pastikan tetap menyala dan bersinar demi generasi mendatang.

“Kamu adalah terang dunia………..hendaklah terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5:13,16)

 

ICTHUS

Paulus mengatakan bahwa kesatuan orang Kristen saat menghadapi penganiayaan akan menjadi tanda keselamatan bagi orang percaya (Flp. 1:28). Dalam aniaya di abad awal Masehi, orang Kristen memakai simbol ikan sebagai tanda satu dengan yang lain. Jika Anda pernah mengunjungi Yerusalem, simbol ikan ini masih dapat Anda saksikan di mana-mana. Ikan dianggap sebagai simbol Kristus dan panggilan-Nya kepada para pengikut-Nya untuk menjadi penjala manusia.

Tiap huruf dari kata IKAN dalam Bahasa Yunani (ICTHUS) merupakan suatu keyakinan iman Kristen: “I” adalah huruf Yunani untuk Yesus; “C” untuk Kristus; “TH” untuk Allah; “U” untuk Anak; dan “S” untuk Juru Selamat. Kata ICTHUS dapat dibaca “YESUS Kristus Anak Allah, Juru Selamat”.

Kenyataannya ketika orang percaya mula-mula mengahdapi aniaya, mereka tetap tegar dengan pengakuan akan Yesus Kristus, Anak Allah, Juru Selamat. Itulah keteguhan iman yang timbul dari Injil – iman yang tidak digentarkan sedikit pun oleh lawan, iman yang sejati.

Iman sejati tidak timbul tiba-tiba dan tidak dimiliki begitu saja. Agar kukuh dan kuat menghadapi apa pun, hidup kita harus berpadanan dengan Injil Kristus. Hidup kita harus sama dan selaras dengan pengakuan kita. Ketidakselarasan membuktikan bahwa iman kita bukanlah iman sejati dan iman semacam itu akan cepat kandas menghadapi kerasnya hantaman gelombang kehidupan dan tidak akan tahan lama menghadapi aniaya.

Dunia yang keras ini menuntut kita untuk memiliki iman yang kukuh. Pengakuan kita bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat perlu terus mewarnai sikap, pola pikir, tingkah laku, dan perbuatan sehari-hari kita. Hanya dengan cara itu kita dapat membangun iman yang tahan banting atas segala situasi. Bagaimana iman kita kepada Kristus dan apakah iman kita kepada Kristus memengaruhi sikap hidup sehari-hari kita?

“…. Hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injl Kristus supaya apabila aku datang aku melihat dan apabila aku tidak datang aku mendengar bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil.” (Flp. 1:27)

 

JANGAN MENYERAH

Matius 15:21-28 berkisah tentang iman yang besar dan ketekunan luar biasa yang belum tentu dimiliki semua orang percaya. Sering kali saat kita mendoakan sesuatu kemudian tidak terjadi apa pun kita percaya bahwa Allah sedang berkata tidak lalu kita mengalihkan perhatian kita kepada hal lainnya. Kita terlalu mudah menyerah. Kita mudah patah semangat. Kita mudah mundur. Padahal mungkin saja jawaban atas doa itu ada di depan pintu.

Firman Tuhan menunjukkan kepada kita betapa kelirunya sikap kita selama ini. Kita berpikir bahwa kita memiliki iman padahal sebenarnya tidak cukup besar. Iman yang benar harus didasarkan pada kebenaran. Perempuan Kanaan yang bukan orang Yahudi mengenali Yesus sebagai Mesias, Anak Daud. Itulah kebenaran. Ia bukan meminta kepada Yesus sebagai dukun atau orang pintar melainkan kepada Pribadi yang diurapi Allah. Lalu ia membangun ketekunan benar berdasarkan kebenaran yang ia yakini. Ia berseru kepada Yesus, memohon-mohon dan berbicara kepada-Nya, merendahkan hatinya serta menghormati-Nya. Karena iman dan ketekunan perempuan itu, Yesus mengusir setan yang merasuk tubuh putrinya.

Kristus mencari iman dan semangat seperti itu di dalam diri kita agar kita tetap berjalan maju dalam kehidupan rohani kita apa pun yang ada di hadapan kita. Ketekunan dan tekad merupakan kualitas yang muncul di dalam diri mereka yang berkomitmen terhadap sesuatu atau seseorang yang mereka percayai. Setiap hambatan dan rintangan menjadi tantangan untuk tetap melangkah. Tetaplah mengejar kebenaran dan hiduplah berdasarkan kebenaran itu. Percayalah bahwa Allah ingin menjawab doa-doa kita dan berharap agar kita datang dengan kesungguhan hati, iman bahkan dengan tekad seperti yang dimiliki perempuan Kanaan itu.

Iman yang menghasilkan ketekunan seperti inilah yang perlu kita miliki dan bangun. Jangan menyerah karena beratnya tekanan. Iman patut diperjuangkan dan hasilnya pun tidak akan mengecewakan.

“…. Hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injl Kristus supaya apabila aku datang aku melihat dan apabila aku tidak datang aku mendengar bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil” (Flp. 1:27)

 

PERISAI IMAN

Perjalanan hidup seorang Kristen merupakan peperangan rohani. Ibarat seorang prajurit yang hendak terjun ke medan perang, sebenarnya kita membutuhkan semua perlengkapan perang. Sama seperti perang jasmani, peperangan rohani juga memerlukan persiapan dan perlengkapan rohani. Menyadari kenyataan ini, Firman Tuhan mengajak kita hari ini untuk kuat di dalam kekuatan kuasa-Nya dengan mengenakan seluruh perlengkapan senjata rohani (Ef. 6:10-17).

Salah satu senjata rohani yang patut kita kenakan adalah perisai iman. Perisai iman dipakai sebagai senjata defensif dalam melawan serangan panah api dari si jahat. Hal ini dapat kita pahami lebih dalam dengan melihat fungsi perisai yang sebenarnya bagi seorang prajurit pada masa itu.

Perisai dari kata Yunani Thureos ada dua macam: perisai besar dan perisai kecil. Perisai besar berbentuk persegi panjang yang biasa digunakan untuk peperangan besar. Perisai kecil dipakai dalam peperangan kecil atau untuk berjaga-jaga dalam situasi damai. Perisai terdiri dari dua lapis kayu yang direkatkan satu dengan lainnya. Perisai berfungsi untuk menangkis setiap serangan anak-anak panah api yang tajam dari pihak musuh. Sebelum mengarahkan panah api ke arah musuh, anak panah terlebih dahulu dicelupkan ke dalam aspal panas kemudian dinyalakan dengan api lalu diarahkan ke lawan menggunakan busur.

Itu pula fungsi iman kepada Tuhan Yesus. Kita perlu memiliki iman yang teguh kepada-Nya. Iman tersebut berguna untuk menangkal serangan Iblis melalui pikiran kita seperti serangan kekhawatiran dan tekanan. Iman kita juga perlu kita bangun terus menerus guna menangkal semua panah api dari si jahat berupa ajaran-ajaran yang menyimpang.

“Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” ( Ef. 6:10-11)

Sumber: Bethany Church, Singapore.