Seseorang telah melukai Anda dan Anda tidak dapat membuang perasaan dukacita yang meliputi hati Anda. Tidak percaya dan terguncang mungkin merupakan tanggapan pertama Anda. Kemudian keinginan untuk membalas dendam dan menjadikan keadaan menjadi seri dapat saja meledak. Kenyataannya, beberapa orang memuaskan emosi ini sampai akhirnya akar kepahitan mulai tumbuh dalam diri mereka.
Kesediaan untuk mengampuni atau menolak untuk mengampuni merupakan perjuangan paling melelahkan yang kita hadapi karena peperangan terjadi dalam pikiran dan emosi kita. Pikiran mengulang kembali peristiwa yang telah terjadi dan reaksi emosi terhadap peristiwa itu timbul selama berhari-hari, berbulan-bulan dan dalam beberapa kasus bahkan sampai seumur hidup. Selama Anda menolak untuk mengampuni siapa pun yang melukai Anda, Anda akan tetap terikat kepadanya melalui kemarahan dan keinginan untuk balas dendam. Anda tidak bebas tetapi terikat secara emosi dan rohani terhadap dosa yang mematikan ini.
Ketika kita mengizinkan sikap tidak mau mengampuni ini mengendalikan kehidupan kita, kita tidak dapat menjadi umat Allah seperti yang Dia rancangkan bagi kita. Demikian pula ketika kita menolak untuk mengampuni diri sendiri, kita mendapatkan risiko menderita sakit hati mendalam dan depresi. Rasul Paulus mengingatkan kita, “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus…..Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef. 4:30-32)
Sebelum Anda memulai proses pemulihan untuk mengampuni, Anda harus mengakui bahwa Allah peduli akan setiap pergumulan yang Anda hadapi. Dia juga mengerti bahwa Anda perlu bersedih hati, disembuhkan dan dipulihkan. Memang butuh waktu untuk pemulihan akan berbagai masalah yang menyentuh emosi-emosi Anda secara mendalam, akan tetapi Anda tidak dapat melangkah maju jika Anda hanya melihat ke belakang.
Adapun cara melucuti sikap tidak mau mengampuni ialah:
1. Memilih untuk melepaskan setiap perasaan ingin balas dendam.
Tidak peduli apa pun yang dilakukan orang lain, mengampuni berarti tidak menyembunyikan perasaan-perasaan marah melawan mereka yang telah melukai kita. Ingat, orang yang tidak mau mengampuni akan jauh lebih terluka daripada seseorang yang telah memahami prinsip pengampunan dan menerapkannya dalam kehidupannya.
2. Meninggalkan keinginan untuk membuat keadaan menjadi seri.
Kita tidak boleh melupakan bahwa kita tidak mempunyai hak sehubungan dengan pengampunan dan ketaatan kepada Allah. Kita mengampuni karena Dia memerintahkan kita untuk melakukannya. Di kayu salib Yesus yang tidak bersalah berdoa kepada Bapa di Surga untuk mengampuni orang yang menyalibkan-Nya. Dia menjadi gambaran sempurna akan kasih Allah yang tidak bersyarat kepada kita semua.
3. Mengizinkan Allah untuk berhadapan dengan orang yang telah menyakiti atau menganiaya Anda.
Ampunilah orang yang melukai Anda karena inilah kehendak Allah bagi hidup Anda kemudian serahkanlah orang tersebut hanya kepada Dia. Tentu tidak seorang pun ingin terluka, tetapi sering setiap kali kita terluka, Allah mengubah dukacita kita menjadi berkat-berkat. Oleh karena itu, percayakan pembalasan hanya kepada Allah. Mengampuni berarti kita menyerahkan beban kita kepada Tuhan dan mengizinkan Dia membawa beban tersebut untuk kita. Hal lain yang perlu dipertimbangkan, jika Anda tidak pernah terluka, Anda tidak akan mengerti konsep pengampunan. Allah menginginkan kita untuk melepaskan keinginan balas dendam dan membungkus hati kita dengan kasih-Nya. Jika kita tertawan oleh kasih-Nya, kita akan hidup dalam sukacita, damai sejahtera dan kepuasan.
Sesungguhnya, pengampunan kekal telah dilakukan Yesus yang mana Dia datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari dosa dan mengampuni serta memulihkan kita sehingga kita dapat menikmati kasih Allah dan persekutuan dengan-Nya dalam setiap putaran hidup kita.
Karena kasih Allah, kita tidak akan pernah sendirian, terlupakan, ditinggalkan atau dikhianati. Namun roh tidak mau mengampuni menyimpangkan pandangan kita dari keintiman dan perhatian-Nya.
Gelap dan terang tidak dapat bersatu di tempat yang sama. Tindakan-tindakan kejahatan antara lain kemarahan, keinginan untuk balas dendam, tidak mau mengampuni tidak dapat tinggal di tempat di mana Allah berdiam melalui kehadiran Roh Kudus-Nya. Tak dapat dipungkiri, banyaknya permasalahan fisik dan emosional timbul akibat dari tidak mau mengampuni, seperti: penyakit yang diderita sekian lama akibat dari kepahitan, tidak mau mengampuni dan emosi yang stres; perasaan permusuhan, kemarahan, kekecewaan, dan kepahitan menghasilkan depresi serta sikap suka mengkritik, tajam dan penuh curiga. Ingat, seseorang tidak dapat menyembunyikan kepahitan, hal ini akan muncul satu kali dengan satu cara atau cara lainnya. Juga orang yang kepahitan tidak dapat mengasihi orang lain dengan tulus atau tidak dapat menerima kasih. Itu sebabnya penulis Ibrani meminta kita, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan….jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah agar jangan tumbuh akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.” (Ibr.12:14-15)
Saduran dari: Charles F. Stanley.