• PARA PEMBACA TULISAN DOKTER LUKAS (2)
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/artikel/813-para-pembaca-tulisan-dokter-lukas-2

Telah beberapa minggu ini kita mempelajari Injil Lukas dan Kisah Para Rasul yang sangat memberkati dan kita mengenal lebih dekat siapa Dokter Lukas, pengarang kedua kitab tersebut. Kali ini redaksi WM akan membawa Anda pada seorang figur yang disebut oleh dokter Lukas “Yang Mulia Teofilus” dalam dua kitabnya. Artikel ini diambil dari buku UN- LOCKING THE BIBLE karangan David Paw- son,M.A.,BSc. bersama Andy Peck dari pe- nerbit William Collins, British. Tulisan ini tentu merupakan pertimbangan, pendapat dan ke- simpulan dari para penulis sesuai dengan data yang mereka dapatkan. Semoga tulisan di bawah ini dapat juga dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mempelajari kedua buku dokter Lukas tersebut. (Red.)

FOKUS PADA PAULUS

Teori ini menjelaskan juga bentuk-bentuk yang tidak umum dalam buku Lukas kedua yang dinamakan sebagai “Kegiatan (Kisah) Para Rasul”. Namun kenyataannya, penulis hanya fokus pada dua rasul dan sedikit saja menceritakan para rasul yang lain. Dalam 12 pasal bagian pertama dari Kisah Para Rasul, Rasul Petrus merupakan peran utama yang paling sering dibicarakan lalu “menghilang” segera setelah Saulus (kemudian disebut Rasul Paulus) bertobat. Buku Kisah Para Rasul kemudian berfokus secara eksklusif pada Paulus yang menghabiskan ± 2/3 dari buku tersebut. Ini tampaknya proporsi yang tidak lazim kecuali jika tulisan ini dimaksudkan untuk mengajukan pembelaan bagi Rasul Paulus dengan menerangkan kepada para penguasa di Roma bahwa tidak ada sedikitpun unsur kedurhakaan atau niat pemberontakan di dalam agama baru tersebut. Paulus yang ternyata warga negara Romawi dinyatakan “tidak bersalah” oleh hukum di Roma dan dibebaskan.

Ada juga perbedaan yang menarik untuk diperhatikan pada sidang Yesus di Yerusalem. Hukum Romawi menyatakan Ia tidak bersalah tetapi tetap disalibkan oleh sebab tekanandari orang Yahudi. Beda dengan perkara Paulus, ketika disidang di hadapan kaisar, orang Yahudi tidak dapat memengaruhi jalannya sidang dan mencampuri keputusannya.

Hal ini menjelaskan mengapa kesaksian Rasul Paulus diceritakan tiga kali dalam buku Kisah para Rasul. Tampak agak berkelebihan karena tidak ada satu pun kesaksian tertulis tentang rasul-rasul yang lain kecuali untuk kepentingan Paulus yang sedang disidang. Tentu sangat penting bagi pengacara untuk mendengar apa saja yang dikatakan dalam sidang-sidang sebelumnya supaya semua dapat mendengar dan menjadi bukti yang kuat bagi dia dan bagi penentangnya.

Tambahan pula, melihat Kisah Para Rasul sebagai materi pembelaan bagi Rasul Paulus dapat membantu kita mengerti mengapa Kisah Para Rasul diakhiri dengan tiba-tiba (mendadak). Kitab ini dihentikan saat Paulus menunggu keputusan sidang. Apabila Kisah Para Rasul hanya menceritakan tentang riwayat hidup Rasul Paulus, penutupan dari kitab ini seharusnya mengenai akhir hidup Rasul Paulus. Penutupan kitab Kisah Para Rasul tampak janggal karena Lukas (84 tahun) masih hidup saat Rasul Paulus mati.

Hal lain yang agak aneh ialah mengapa dokter Lukas menceritakan dengan sangat detail tentang kandasnya kapal di Malta jika dia hanya ingin mengisahkan perjalanan para rasul? Mengapa dia menggambarkan dengan terperinci musibah di Pulau Malta tersebut padahal Paulus sedikitnya mengalami tiga kali kecelakaan di laut selain karamnya kapal di Malta? Karena dia ingin menyoroti sikap terpuji dari Rasul Paulus yang tidak berniat melarikan diri dari kekacauan itu; sebaliknya, dia malah menyelamatkan nyawa semua orang yang berada di kapal termasuk para prajurit Roma yang bertanggung jawab mengirim Paulus kepada pengadilan di Roma. Setelah menjelaskan usaha kepahlawanan dari Rasul Paulus ini, pengacara akan menyimpulkan pembelaan dengan berkata, “Inilah pembelaan saya, Yang Mulia.”

APAKAH PEMBELAAN INI BERHASIL?

Dapatkah pembelaan ini dikatakan berhasil? Kenyataannya, di sidang pertama Rasul Paulus lolos namun tradisi mengatakan dia ditangkap lagi lalu dipenggal kepalanya. Tampaknya hasil akhir tidak sesuai dengan yang diharapkan. Namun jika kita melihat sepak terjang Paulus setelah dibebaskan dari sidang pertama, dia masih melakukan banyak lagi pelayanan. Jadi dapat dikatakan bahwa tulisan dokter Lukas berhasil dengan baik.

KESIMPULAN

Buku-buku tulisan Lukas dapat disebut sebagai Sejarah Kekristenan Bagian I dan II yang terisi dengan kejadian-kejadian mencakup jangka waktu ± 33 tahun dimulai dengan awal pelayanan Yesus hingga Paulus mengalami pemenjaraan rumah di Roma. Kedua buku tersebut dipenuhi dengan informasi-informasi unik sehingga pembaca asli (Teofilus) maupun kita semua yang membacanya saat ini akan mengetahui dengan pasti apa sebenarnya yang terjadi dan bagaimana meresponsnya.

Lukas sangat yakin karyanya akan menarik lebih banyak pembaca, selain Teofilus tentu masyarakat Roma pada umumnya agar mereka sadar bahwa agama Kristen menyebar luas dengan begitu cepat dan mengesankan. Tentu agama ini tidak lagi dikenal sebagai agama dari masyarakat tertentu dari Yudaisme tetapi menuju agama universal dan internasional. Oleh sebab itu karya Lukas tidak hanya materi hukum untuk membela Paulus tetapi juga merupakan deklarasi iman dan menjadi kontribusi amat penting bagi misi Injil untuk orang kafir.

Injil Lukas termasuk karya tulis yang sangat unik. Dalam pembukaannya, Lukas menjelaskan kepada Teofilus, “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi….”. Lukas tentu telah mengenal Markus mungkin juga Matius dan sumber-sumber lainnya. Namun yang jelas, tulisannya merupakan hasil riset dari sumber asli dan luas termasuk menginterview nara sumber yang menjadi saksi mata dan dapat dipercaya tentang hal-hal yang telah terjadi. Semuanya kemudian disusun sesuai dengan aturan di Romawi. Ia menjabarkan pandangan yang luas itu kemudian menyoroti masing-masing individualnya. Walau Lukas memiliki kekurangan seperti: bukan saksi mata dan tidak termasuk dalam dua belas rasul, tulisannya tidak pernah diragukan karena telah termasuk dalam buku yang telah dikanonkan dalam Perjanjian Baru. Ini bukti bagaimana gereja mula-mula menganggap karyanya sebagai karya yang apostolik.