MENGENAL LUKAS, SANG PENULIS

 

Alkitab terdiri dari tulisan manusia dan Firman Allah. Banyak penulis (manusia) menulis buku- buku namun hanya SEORANG EDITOR ILAHI-NYA, yaitu Allah sendiri. Kebanyakan para penulis hanya merespons apa yang sedang dibutuhkan manusia saat itu tanpa menyadari bahwa suatu saat tulisannya akan menjadi salah satu bagian dari Alkitab yang kanon dan kini menjadi buku pegangan yang diperlukan oleh setiap orang Kristen di seluruh dunia.

Dalam mempelajari Alkitab dibutuhkan dua tingkatan: secara historikal dan secara eksistensial. Saat mempelajari Alkitab secara historikal, kita bertanya: Mengapa Alkitab itu ditulis? Apa maksud penulis menulis kitab? Sedangkan saat mempelajari Alkitab secara eksistensial, kita bertanya: Mengapa kitab ini termasuk dalam Alkitab kita? Mengapa Allah ingin kita mengetahui tentang kisah-kisah yang tertulis di dalamnya?

Tahun ini Bapak Gembala dan para Penatua telah sepakat mempelajari kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul yang mana dua-duanya ditulis oleh dokter Lukas bagi segenap sidang GKGA. Untuk menambah semangat dalam mempelajari kedua kitab tersebut, baiklah kita mengenal lebih dekat siapa Lukas itu sebenarnya. Untuk itu redaksi menyuguhkan tulisan di bawah ini yang diambil dari buku “Unlocking the Bible” karangan David Pawson dengan harapan semoga dapat membantu dan lebih melengkapi apa yang akan kita pelajari sepanjang tahun ini. (Red.)

SIAPAKAH LUKAS?

  • Dia adalah orang kafir.

Di antara para penulis kitab dalam Alkitab, keunikan Lukas adalah dia satu- satunya penulis non-Yahudi (kafir). Nama aslinya ialah Loukas. Ia merupakan penduduk asli Antiokia, di Siria yang merupakan Parisnya dunia kuno di ujung Timur Laut Mediterania, di sebelah Utara Negeri Perjanjian.

Di Antiokialah gereja kafir pertama didirikan dan untuk pertama kalinya pula para pengikut Kristus disebut orang Kristen – sebuah panggilan yang sebenarnya bersifat merendahkan dan mengandung penghinaan bagi para pengikut Kristus. Sebutan ini kemudian menjadi terkenal hingga saat ini nama tersebut memiliki arti yang sangat luas. Namun dalam Kisah Para Rasul pengikut Yesus sering juga menggunakan istilah ‘orang percaya’ atau ‘murid’.

Sebagai orang kafir, Lukas menggambarkan dengan indah dalam tulisannya bagaimana Injil tersebar dari Yerusalem hingga ke Roma. Ia dapat ‘melupakan’ bagaimana sebuah agama yang sebelumnya hanya milik sebuah bangsa tertentu kini melintasi batas-batas etnis ke bangsa lain terutama dari bangsa Yahudi menyebar ke bangsa-bangsa kafir.

  • Dia adalah seorang dokter.

Secara profesi, Lukas adalah seorang dokter dan Rasul Paulus menyebutnya sebagai “tabib Lukas yang kekasih” ketika menulis surat kepada jemaat di Kolose (Kol. 4:14). Saat itu pengobatan secara medis telah berkembang selama 400 tahun dan para tabib (dokter) mendapatkan pendidikan mereka secara saksama. Lukas memakai semua pengetahuan dan pelatihan yang didapatnya dalam menulis dua karya tulisnya yang besar berdasarkan pengamatan dan analisa orang terpelajar – dokter – yang kemudian disusun dengan rapi dan ditulis dengan cermat.

Ada beberapa kejadian yang bertentangan dengan pengetahuan kedokteran Lukas, misal: kelahiran Yesus yang didengarnya dari sisi Maria. Kita mendengar tentang penyunatan Yesus, popok yang membungkus bayi Yesus dan semua ini diceritakan dengan detail dalam Injil Lukas yang bagi seorang dokter merupakan hal-hal cukup menarik untuk diceritakan. Lukas kemudian menuliskan garis keturunan (manusia) Yesus dari pihak Maria, ibunya, sementara Matius menuliskan garis keturunan Yesus dari pihak Yusuf. Ketika Matius dan Markus menggambarkan mertua Petrus hanya menderita “demam”, Lukas menggambarkannya “demam keras” yang mengandung arti sakit parah. Bahkan satu dari enam mukjizat yang dilakukan Yesus dalam Injil Lukas adalah kesembuhan Ilahi yang supraalami.

Allah memakai seorang dokter yang sangat memahami keadaan alamiah seseorang untuk menuliskan hal-hal supraalami yang tidak masuk akal. Kelahiran Yesus dari seorang perawan, mukjizat-mukjizat kesembuhan yang dilakukan Yesus serta semua tanda ajaib yang ditulis dalam Kisah Para Rasul ditulis oleh pena Lukas. Beberapa dokter umumnya bersikap skeptis dalam menanggapi hal-hal supraalami yang secara fisik tidak masuk akal tetapi Lukas, penulis dan dokter, mampu merekam  kejadian-kejadian  tersebut dan  meyakinkan para pembacanya bahwa semuanya itu sungguh benar.

  • Dia adalah ahli sejarah.

Lukas sangat teliti dalam menuliskan karya tulisnya sehingga kita dapat merasakan nuansa dan sentuhan dari tradisi-tradisi yang digambarkannya. Ia sendiri bukanlah seorang rasul, pengetahuannya tentang Yesus didapatnya melalui orang-orang yang hidup dekat dengan Yesus. Beberapa sejarahwan mengkritisi tulisannya dan mengklaim bahwa tulisannya salah namun penemuan-penemuan para arkeolog selalu mendukung kebenaran tulisan Lukas. Untuk hal itu, hingga kini Lukas diakui dunia sebagai sejarahwan terbaik di zamannya. Dia juga dikenal sebagai satu-satunya penulis sejarah Kitab Perjanjian Baru. Tujuan utama dari tulisannya adalah untuk menyediakan/ menuliskan kisah-kisah yang  sungguh benar tentang apa yang telah dikatakan dan dilakukan oleh Yesus.

  • Dia adalah orang yang suka bepergian (perantau).

Lukas juga seorang perantau yang berpengalaman. Lukas lebih suka menyebut ‘Laut Galilea’ sebagai ‘danau Galilea’. Bagi Lukas, perantau yang berpengalaman, Laut Galilea yang panjangnya 13 kilometer dan lebarnya 8 kilometer hanyalah sebuah danau. Ia bepergian bersama Rasul Paulus dan ini digambarkan dengan kata ‘kami’ dalam tulisan-tulisannya. Lukas, seperti penulis-penulis Alkitab lainnya dalam Perjanjian Baru, lebih suka tidak dikenal. Ia hanya menuliskan kata ‘kami’ yang menyatakan dia berada di sana. Lukas adalah teman bepergian Rasul Paulus. Ia berada bersamanya dalam perjalanan dari Troas ke Filipi, Filipi ke Yerusalem dan dari Kaisarea ke Roma. Beberapa kisah terbaik yang ditulis Lukas adalah kisah pelayaran di akhir Kisah Para Rasul yang berakhir dengan kandasnya kapal di pantai Malta.

Kerelaan Lukas untuk selalu menyertai Rasul Paulus dalam perjalanan- perjalanannya merupakan faktor penting dalam menyimpulkan tentang kapan dan di mana Injil Lukas serta Kitab Para Rasul ditulis. Rasul Paulus sempat ditahan  dua kali di dua tempat – di Kaisarea dan Roma – diperkirakan pada saat itulah kedua buku itu ditulis. Injil Lukas ditulis di Kaisarea dan Kisah Para Rasul di Roma di mana banyak waktu digunakan untuk menginterview Rasul Paulus di saat-saat senggang.

  • Dia adalah seorang penulis.

Lukas menggunakan bahasa sastra indah yang biasa digunakan oleh para penulis sejarah di zaman Helenistik dalam tulisannya. Kita dapat merasakan ketika membaca tulisannya dengan teliti baik dalam Injil Lukas maupun dalam Kisah Para Rasul. Kisah terdamparnya kapal di Malta termasuk karya yang terbaik (master- piece) pada zamannya. Selain kosa kata yang kaya, gaya bahasa yang indah, alur ceritanya juga jelas sehingga memukau para pembaca untuk terus mengikuti dari satu kisah ke kisah berikutnya. Kemahirannya sebagai sejarahwan tak dapat diragukan, risetnya begitu lengkap dan dia tahu mana yang perlu ditulis dan mana yang tidak.

  • Dia adalah seorang pemberita Injil.

Lukas adalah pemberita Injil yang lebih memberitakan Injil melalui tulisan ketimbang suara. ‘Keselamatan’ adalah kata kunci dari kedua tulisannya. Kata tersebut bersama dengan maknanya disebut dan digunakan berulang-ulang dalam buku- bukunya. Sebagai penulis berbangsa kafir, dia sangat menekankan bahwa keselamatan adalah bagi semua manusia. Dalam Injilnya, dia mengutip nubuatan Nabi Yesaya tentang Yohanes Pembaptis: “…. Dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan…” (Luk. 3:6). Banyak orang melihat hal ini sebagai tema kunci dari Injil Lukas.

Kita melihat kemudian saat mempelajari Injil bagaimana Lukas memiliki ketertarikan dalam berbagai kelompok orang yang dapat dan mau melihat keselamatan dari Allah. Demikian pula tema dari Kisah Para Rasul yang mengisahkan bahwa Roh Kudus dicurahkan pada semua orang – orang Yahudi, orang Samaria hingga ke ujung bumi. Agama Yahudi adalah bagi semua – bagi seluruh dunia. Lukas menggambarkan Yesus sebagai Juru Selamat bagi seluruh dunia.

Sejarah menuliskan bahwa dokter Lukas meninggal di usia 84 tahun di Boeotia, Yunani, sebagai seorang yang tidak pernah menikah.