MENGAPA TERJADI KEKERASAN DI DUNIA? (3)
Kekerasan akan terus menjadi parasit yang menumpang di balik kebenaran. Kejahatan yang menciptakan kekerasan bergantung pada kebenaran sebagai kekuatannya. Kejahatan tidak mempunyai kekuatan di luar dari distorsi/pemutarbalikan dan penyalahgunaan kebenaran.
Adam dan Hawa tidak pernah mengenal kebohongan. Dengan menyamar sebagai pembawa pesan kebenaran, roh jahat berbicara melalui si ular memberitahu mereka kebenaran yang setengah-setengah. Mereka termakan dengan ucapan si ular itu (Kej. 3:4-5). Mereka dengan segera mengetahui bahwa tanpa hubungan yang benar dengan Allah, kebebasan dan pengetahuan akan menjadi sebuah kutukan dan alat yang dapat menghancurkan diri sendiri. Itu sebabnya Paulus merasa takut kalau-kalau pikiran jemaat Korintus disesatkan dari kesetiaan sejati kepada Kristus sama seperti Hawa diperdaya oleh ular dengan kelicikannya (2 Kor. 11:3). Ia juga mengingatkan mereka bahwa rasul-rasul palsu menyamar sebagai rasul-rasul Kristus bahkan Iblis menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:13-14). Yesus menggunakan perumpamaan tentang ilalang yang mana orang-orang jahat menyamar sebagai anak-anak Allah sehingga mereka tidak diketahui dengan jelas hingga waktunya penghakiman (Mat. 13:24- 30).
Kejahatan selalu bersembunyi di balik kebenaran yang setengah-setengah dengan membelokkan, memperumit dan memutarbalikkan kebenaran.
Yesus sebagai kebenaran (Yoh. 14:6) mengajarkan Firman kebenaran kepada para pengikut-Nya (Yoh. 17:17) dan Roh kebenaran (Yoh. 15:26) memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) serta melindungi kita dari serangan Iblis (Ef. 6:13-18).
Kekerasan akan terus berakar dalam penolakan terhadap kebenaran. Kekerasan tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan gejala dari penolakan terhadap kebenaran. Kekerasan mengikuti jejak-jejak kejahatan yang menolak pengetahuan dan kekuasaan Allah.
Bangsa Israel telah diberi kesempatan untuk memiliki hubungan istimewa dengan Allah. Akan tetapi mereka mengabaikan peringatan Allah mengenai akibat-akibat yang pasti terjadi dari pemberontakan (Ul. 29:14-20; Yes. 3:8-26). Terbukti mereka berulang kali mengalami penderitaan karena kekerasan yaitu penyerangan, penawanan dan penindasan oleh kekuatan asing.
Bukankah kita juga mempunyai kecenderungan menolak Allah? Ketika Allah mengutus Anak-Nya sendiri, para pemimpin Yahudi bergabung dengan pasukan Romawi mengantar-Nya menuju kematian disalib. Karena penolakan mereka, kesempatan untuk memulihkan hubungan dengan Allah diberikan kepada bangsa lain di luar bangsa Yahudi (Kis. 28:25-28).
Bangsa-bangsa di dunia telah diberkati oleh dampak dari Injil. Jutaan orang merasakan manfaat yang diperoleh karena mengalami pembaruan kembali hubungan dengan Allah. Namun sama seperti bangsa Israel melupakan kedamaian, kesatuan dan kesejahteraan berasal dari Allah, penolakan dunia modern terhadap Sang Raja Damai juga menciptakan kedurhakaan yang lebih besar dan lebih berbahaya dibandingkan dengan apa yang pernah ada sebelumnya.
Kekerasan akan tumbuh subur di perkotaan. Di era Perjanjian Lama, kerajaan Babilonia kuno menjadi simbol kejahatan penyembahan berhala. Di dalam Perjanjian Baru, Babilonia melambangkan suatu sistem politik, ekonomi, keagamaan yang jahat dan pada hari-hari terakhir menjadi musuh Kristus serta Kerajaan-Nya (Why. 17:1-7).
Nama “Babilonia” berasal dari Babel, sebuah kota yang didirikan setelah peristiwa air bah sebagai tantangan atas kekuasaan Allah (Kej. 11:4). Dimulai dari kota pertama yang didirikan oleh Kain si pembunuh kemudian Babel sampai kota-kota besar dalam masyarakat modern dari waktu ke waktu cenderung memiliki kekuasaan, sikap tak terkalahkan dan kebebasan semu (Ul. 8:11-17).
Pada masa kini Iblis terus menggoda umat manusia zaman modern dengan menggunakan tawaran sama yang ia berikan kepada Yesus di padang gurun (Mat. 4:8-9). Ia berusaha menggeser kesetiaan kita kepada Raja yang sejati. Ia mencoba menipu kita seperti ia memperdaya Nebukadnezar (Dan. 4:30) dan Raja Tirus (Yeh. 28:2) untuk membuat kita berpikir bahwa diri kita bagaikan dewa yang mengendalikan nasib kita sendiri.
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa seluruh kebenaran datangnya dari Allah (Ul. 8:3; 32:4; Yak. 1:17). Namun karunia pengetahuan dapat didistorsi oleh khayalan bahwa kita dengan kekuatan sendiri mampu menciptakan kembali shalom yang ada di Taman Eden.
Saat ini banyak orang merasa asing terhadap kenyataan hidup yang kejam oleh karena adanya beragam kenyamanan yang diberikan oleh harta dan teknologi sehingga mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk tidak abadi yang tergantung kepada Allah. Mereka cenderung berpikir bahwa diri mereka adalah pemelihara dan pelindung bagi dirinya sendiri.
Kekerasan akan menjelma dalam wujud seorang pemimpin dunia. Alkitab mengatakan bahwa rahasia kuasa kedurhakaan akan mengantar kita kepada Antikristus yang dikenal pula sebagai si Binatang. Penolakan dunia terhadap Kristus akan menciptakan gelombang kejahatan rohani yang kuat dan pada akhirnya membawa dunia ke dalam genggaman si pendurhaka (2 Tes. 2:8). Ia akan menjadi penjelmaan dan penggenapan dari rahasia kuasa kedurhakaan. Ia akan menjadi seorang yang benar-benar jahat, membenci Kristus dan membenci setiap orang yang menjadi milik-Nya (2 Tes. 2;1-12; Why. 13:1,4,7,15).
Taktik yang mungkin digunakan oleh si Binatang. Binatang itu akan menjadikan umat Allah sebagai kambing hitam karena menolak untuk tunduk kepada dirinya. Ia mungkin menggambarkan para pengikut Kristus sebagai orang-orang yang antisosial, fanatik, pelaku kebencian yang jahat karena ketidaksediaan mereka untuk tunduk pada perubahan-perubahan moral dan toleransi yang dituntutnya.
Kekerasan dari Si Binatang. Orang banyak akan mengikutinya. Orang-orang biasa secara mengejutkan bersedia melakukan tindakan-tindakan kekerasan terhadap orang asing jika diminta untuk melakukannya oleh pihak yang dianggap berwenang. Pihak berwenang begitu berkuasa atas orang-orang bermoral rendah, yang karena tidak memiliki hubungan dengan Allah, tidak mempunyai pegangan dalam kebenaran kemudian ditawari suatu kesempatan untuk meluapkan kemarahan mereka kepada orang-orang yang dianggap pantas menjadi kambing hitam.
HARAPAN DI DUNIA YANG PENUH KEKERASAN
Alkitab telah menyatakan dengan jelas bahwa roh Antikristus telah ada di dunia ini (1 Yoh. 4:1-3). Jadi, di manakah kita dapat menemukan harapan?
Harapan dapat ditemukan dalam Kerajaan Kristus. Kristus sanggup memutus rantai kekerasan diri di dalam kehidupan orang-orang yang berserah kepada-Nya. Dia membantu kita mengerti bahwa nilai diri kita ditentukan oleh nilai-nilai dari Kerajaan-Nya. Dia telah memulihkan kembali hubungan kita dengan Allah dan menegaskan nilai diri setiap orang yang tak terhingga melalui darah-Nya yang mulia (Rm. 5:1-2). Dia telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut serta memberi kita Roh kehidupan (Rm. 8:2).
Yesus adalah Pengantara Perjanjian Baru (Ibr. 12:24) dan darah-Nya berbicara lebih kuat daripada darah Habel. Darah Habel membawa kutukan kepada mereka yang telah menumpahkannya tetapi darah Kristus membawa penebusan dan pengampunan kepada orang-orang berdosa yang terhilang dengan harapan mereka yang diampuni juga akan mengampuni orang yang bersalah kepada mereka (Mat. 6:14; 18:21-35).
Kekerasan penuh nafsu dan dendam tidak memiliki tempat di dalam Kerajaan Kristus. Ia mengharuskan kita untuk memeriksa hati kita sendiri dan mengenali benih-benih kedurhakaan yang ada. Kita semua memiliki kekerasan di dalam hati kita.
Harapan dari Kerajaan Kristus harus diwartakan. Yesus Kristus datang sebagai pembawa harapan kepada orang-orang miskin, terhina dan tertindas (Yes. 11:3-5; Luk. 4:18). Menghadapi perempuan zina yang dibawa oleh musuh-musuh-Nya untuk menjebak Dia, Yesus dengan lemah lembut mengatakan siapa di antara mereka yang tidak berdosa hendaknya yang pertama melempar batu kepada perempuan itu. Para penghukum menyadari mereka sendiri berdosa dan pergi. Setelah semua pergi, Yesus mengatakan kepada perempuan itu bahwa Ia juga tidak menghukum dan menyuruhnya pergi serta tidak berbuat dosa lagi (Yoh. 8:3-11).
Kesadaran akan adanya kekerasan di dalam hati sendiri membantu kita untuk melawan kejahatan dan kekerasan tanpa harus merasa sombong dan benar sendiri. Semangat lemah lembut ini sangat penting untuk melawan semangat Antikristus yang selalu berusaha menyalahartikan motif tindakan orang Kristen. Semangat Antikristus meyakinkan kita bahwa para pengikut Kristus akan disalahpahami, dibenci dan akhirnya dijadikan sasaran tindak kekerasan. Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya. Mereka akan mengalami penganiayaan seperti telah dialami oleh-Nya (Yoh. 15:20). Pengampunan adalah satu- satunya jalan keluar dari siklus kekerasan.
Harapan akan Kerajaan Kristus adalah obat bagi keputusasaan. Tampaknya dunia yang keras ini sudah tidak mempunyai harapan lagi seperti anak perempuan Yairus yang telah mati (Luk. 8:49-50). Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi penonton atas kehancuran dunia akibat perbuatannya sendiri. Ia memberi kita tugas untuk meneruskan karya-Nya karena kita adalah pewaris Kerajaan-Nya. Semakin gelap dunia ini, semakin kuat dan berpengaruhnya cahaya Kerajaan Allah.
Harapan akan Kerajaan Kristus membawa janji tegaknya kembali Surga. Tidak lama setelah kebangkitan Yesus, Rasul Petrus mengatakan bahwa Yesus akan kembali sampai waktu pemulihan segala sesuatu seperti difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu (Kis. 3:21). Rasul Paulus berbicara mengenai pembaruan seluruh dunia (Rm. 8:21). Nabi Yesaya melukiskan harapan dari mereka yang menantikan kedatangan Mesias (Yes. 11:2-4,6,9).
Inilah jawaban Alkitab bagi dunia yang penuh kekerasan, sebuah harapan yang diwartakan oleh para malaikat di padang rumput di dekat kota Betlehem ± 2.000 tahun lalu, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk. 2:14)
Disadur dari: Mengapa Terjadi Kekerasan di Dunia? (Seri Terang Ilahi)