“Sungguh amat baik”, itulah mestinya pernyataan jujur jika seseorang melihat alam semesta karena alam semesta dapat diulas dari sudut pandang astronomi, geologi, biologi, fisika, psikologi, dan sebagainya. Kalimat ini awalnya dari Allah, di mana “titik awal” alam semesta dan isinya, termasuk kita, manusia, dipandang dari sudut pandang Allah. Titik awal yang “sungguh amat baik” menuntun kita ke dalam perenungan kebenaran-kebenaran Kitab Kejadian, memulai “Kisah Allah dan Kita”.
“Kisah Allah dan Kita” sejatinya adalah kisah romantis Allah dan kita yang dimulai di Kitab Kejadian. Pasal-pasal kitab ini amat berharga karena memberi tuntunan dalam memahami awal kisah romantis tersebut sepanjang Alkitab hingga akhir sebab Allah kita adalah Awal (Alfa) dan Akhir (Omega). Kita akan menjelajahi pasal-pasalnya pada ulasan-ulasan mendatang.
Aslinya kitab ini diberi nama Ibrani, “Bereshit” atau “Pada Awal”, dan ketika Alkitab Ibrani diterjemahkan ke bahasa Yunani (± 250 SM), kitab ini diberi nama senada, “Kejadian” yang berarti “Awal” atau “Asal”. Membaca apa yang tertulis di kitab ini, terutama mengenai kisah penciptaan, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan logis yang menuntut penjelasan bahwa segala sesuatu memiliki asal-usul yang dapat dilacak. Di sinilah keunikan kitab ini, sebab asal-usul segala sesuatu bermula dari Allah di mana bukti-buktinya tidak dapat dilacak, kecuali dari tulisan-tulisan di Alkitab.
Dalam ranah ilmu pengetahuan, para ilmuwan berpendapat bahwa penemuan sesuatu yang baru, memerlukan “keyakinan” berupa “teori” berdasarkan dugaan (hipotesis) bahwa yang diteliti akan menemukan sesuatu yang baru tersebut. Tanpa keyakinan teguh maka keputusasaan atau ketiadaan semangat saat dalam proses penemuan tersebut menemui tantangan, kesalahan, dan jalan buntu. Namun adakalanya proses penemuan tersebut, sekalipun disertai keyakinan, ternyata tidak berhasil menemukan sesuai “teori” berdasarkan dugaan (hipotesis) yang diyakini tersebut.
Penemuan teori evolusi juga berdasarkan “keyakinan” bahwa organisme hidup dapat muncul secara spontan, namun penemuan-penemuan yang ada dari abad ke abad belum juga mendukung “keyakinan” tersebut; semua temuan selalu berasal dari apa yang ada apalagi suatu temuan zat hidup. Louis Pasteur (1822-1895), penemu proses pasteurisasi, yaitu teknik sterilisasi makanan dan minuman dengan cara dipanaskan pada suhu tertentu untuk membunuh mikroorganisme berbahaya, yang kemudian membuka jalan terbentuknya cabang mikrobiologi, membuktikan bahwa mikro organisme yang ukurannya sangat kecil, sehingga tidak terlihat kecuali dengan mikroskop, berasal dari suatu kehidupan bukan dari benda mati.
Di masa mendatang, jikalau penelitian akhirnya dapat membuktikan bahwa benda mati tertentu dapat memunculkan zat hidup, tetap harus diyakini bahwa benda mati tertentu tersebut juga tidak muncul dengan sendirinya di bumi ini. Gregor (Johann) Mendel (1822-1884), bapak ilmu genetika, membuktikan bahwa teori percampuran keturunan yang mendukung teori bahwa suatu spesies dapat berubah menjadi spesies yang berbeda seperti harapan teori evolusi, adalah tidak mungkin, karena genetika tidaklah berubah, sebab ternyata terdapat stabilitas dalam berbagai tumbuhan dan hewan. Penemuan Mendel ini mendukung keyakinan bahwa setiap yang hidup telah diciptakan menurut kelompok jenisnya masing-masing.
Maka memahami kitab Kejadian, asal-usul kita, kita juga memerlukan “keyakinan”, apalagi kita sebagai manusia adalah bagian dari ciptaan “yang hidup” dari alam semesta dan isinya yang telah diciptakan. Dan dalam menyikapi “teori-teori” atau dugaan-dugaan (hipotesis-hipotesis) tentang penciptaan atau asal-usul kita, manusia, yang bermunculan dan diajarkan di bangku sekolah/kuliah, atau di buku-buku, di artikel-artikel, kita dapat berpikir seperti pengalaman para ilmuwan, ada “teori” yang salah bahkan “teori” yang menemui jalan buntu, “teori” yang tidak menghasilkan penemuan apa-apa. Keyakinan apa yang kita butuhkan untuk memahami asal-usul segala yang ada? Yakni keyakinan adanya “teori” benar yang pernah ada, yang berbeda bahkan dapat bertolak belakang dengan pelbagai “teori” yang pernah diusulkan hingga di abad ini.
“Teori-teori” yang pernah diusulkan tersebut muncul seiring perkembangan ilmu pengetahuan (sains). Apakah ada teori sebelum adanya “teori-teori” yang berkembang berdasarkan ilmu pengetahuan (sains) tersebut? Ada! “Teori-teori” berupa kisah dari abad-abad purbakala, walaupun teori tersebut dianggap sebuah mitos, hasil imajinasi tokoh/sesepuh masyarakat di zaman itu, namun di masanya kisah tersebut diyakini sebab terkait keagamaan suatu bangsa di abad tersebut.
Dari “kisah-kisah” abad-abad purbakala yang ada, ada satu “kisah” yang juga menyangkut keagamaan, yakni keagamaan bangsa yang keberadaannya tidak punah hingga abad modern ini itulah bangsa Israel. Kisah tersebut ada di dalam kitab Kejadian, kitab “titik awal” benda mati dan zat hidup, asal usul kita, manusia. Seperti keberadaan kita, manusia, yang juga dari abad ke abad maka layak kisah kitab Kejadian yang diyakini bangsa Israel patut kita yakini daripada kisah-kisah purbakala lainnya, atau “teori-teori” yang muncul karena sains yang sama-sama belum dapat dibuktikan kebenarannya.
Kisah kitab Kejadian bukan saja diyakini bangsa Israel, tetapi juga diyakini umat Kristen, yang keberadaan keyakinan ini (agama Kristen) tidak punah sejak abad 1 Masehi. Semua penguasa kerajaan besar bahkan Romawi di masa awal Kekristenan telah berupaya melenyapkan keyakinan Kristen tetapi gagal. Peperangan yang dibungkus agama dengan tujuan melenyapkan Kekristenan juga gagal, termasuk gagalnya upaya-upaya melenyapkan keutuhan 66 kitab dari Alkitab, Kitab Suci Kristen, yang di dalamnya terdapt kitab Kejadian yang akan kita bahas.
Alkitab, menjadi kitab paling banyak dicetak hingga abad ini, dan paling banyak diterjemahkan ke bahasa-bahasa bahkan bahasa-bahasa suku. Maka kisah penciptaan di kitab ini, terutama kitab Kejadian, sangat layak kita yakini. Banyak teori tentang siapa penulisnya, namun jelas penulisnya mendapat kekhususan nalar dan imajinasi dari Sang Pencipta, Allah, yang Ada dan selalu Ada, seperti keberadaan umat-Nya Israel, umat-Nya Kristen, dan keberadaan alam semesta, dan manusia itu sendiri. Dialah nabi pertama Israel, Musa, dan seperti penciptaan adalah awal segalanya maka kitab Kejadian layak diyakini telah ditulis pada masa-masa Musa memimpin bangsa Israel.
“Sungguh amat baik” karena berasal dari Allah yang menyatakan kisah-Nya yang sangat erat berhubungan dengan kita, jadi memercayai Allah dan kisah-Nya yang adalah juga kisah kita, yang telah ditulis, di mana Allah tidak merahasiakan diri-Nya walaupun IA adalah Allah yang tidak nampak (1Tim.1:17), namun IA menyatakan diri sebagai yang ada melalui berbagai ciptaan-Nya, terutama melalui Alkitab-Nya. Dan percayalah kepada Alkitab sebagai kebenaran untuk mengenal dengan benar Allah juga mengenal diri kita yang IA ciptakan karena kita adalah keturunan Allah sebab IA yang menjadikan kita (Kis.17:28).