• RUMAH ALLAH DAN KITA – MENGAPA TABERNAKEL?
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/artikel/1733-rumah-allah-dan-kita-mengapa-tabernakel

Kelak ketika rubrik “Kisah Allah dan Kita” memasuki kisah Allah dan umat-Nya di Sinai maka Allah meminta umat-Nya untuk membangun rumah berupa kemah yang akan didiami-Nya di antara mereka. Rubrik “Rumah Allah dan Kita” ini akan membahas dengan detail mengenai Rumah Allah, kegiatan di dalamnya, serta hubungan antara Allah dan umat-Nya sementara rubrik “Kisah Allah dan Kita” hanya akan membahas poin-poin utama secara umum saja.

Sejak zaman purbakala, di kalangan bangsa-bangsa pada zaman itu telah ada suatu bangunan yang dikhususkan untuk ilah pujaan mereka dan bangunan ini menjadi pusat peribadahan/penyembahan kepada ilah mereka. Bangunan pemujaan ilah semacam ini diprakarsai oleh pemimpin agama, raja, atau penguasa yang memerintah atas mereka sehingga bentuk dan isinya tergantung pada ide-ide penguasa sesuai mitos-mitos yang diyakini sehingga tidak dapat tidak dituruti karena umumnya disertai ancaman mengerikan.

Mungkin bangunan Rumah Allah yang diperintahkan kepada umat-Nya Israel yang dalam bahasa Latin disebut Tabernaculum lalu diterjemahkan dalam bahasa Inggris Tabernacle, dan diindonesiakan, Tabernakel (LAI: Kemah Suci), adalah bangunan Rumah Allah yang dibangun paling belakangan dibandingkan bangunan pemujaan sejenisnya dari bangsa-bangsa di wilayah Timur Dekat Kuno (ANE : Ancient Near East) namun inilah satu-satunya bangunan pemujaan yang dihadiri Allah dalam kemuliaan-Nya sedangkan peristiwa ini tidak pernah diceritakan terjadi di bangunan pemujaan ilah-ilah lainnya kecuali kengerian model-model persembahan kurban yang dilakukan di sana.

Berbagai bentuk persembahan kurban di Tabernakel untuk menyenangkan Allah yang nyata hadir sebagai kurban pendamaian disebabkan karena sejak manusia jatuh berdosa melanggar perintah Allah, manusia terpisah dengan Allah maka Allah yang mengasihi manusia ciptaan- Nya menyediakan cara agar manusia dapat kembali bergaul dengan-Nya. Oleh inisiatif Allah, Tabernakel dibangun sebagai “tempat perjumpaan” dengan-Nya; karena itu Tabernakel juga disebut “Kemah Pertemuan” melalui berbagai kurban pendamaian.

Kitab Keluaran, kitab kedua setelah kitab Kejadian, menulis tentang Tabernakel dengan terperinci dari perintah pembuatan hingga pendirian-Nya yang sukses karena Allah menghadiri-Nya dengan cara dan wujud yang agung, mulia, yang dapat dipahami umat Allah pada masa itu. Wujud kehadiran Allah ini disebut teofani, gabungan kata theos (Allah) dan phanerô (menampakkan, mewujudkan).

Tabernakel dibangun di padang gurun Sinai (± 1400 – 1200 S.M.), yang berarti ± 3300-an tahun dari saat rubrik ini ditulis, berarti sangat kuno. Hingga rubrik ini ditulis, jejak peninggalan sejarahnya belum diketemukan, lalu mengapa umat Kristen perlu mempelajarinya? Yang pertama, karena tertulis rinci di Alkitab, khususnya di Kitab Keluaran, dilengkapi di Kitab Imamat, kemudian di Kitab Bilangan. Dan Perjanjian Baru menyatakan agar orang Kristen mempelajari segala yang telah ditulis di zaman dahulu, “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci ” (Rm.15:4 – TB1).

Nabi Yehezkiel mendapat penglihatan Bait Suci lalu TUHAN meminta agar menerangkan (LAI TB1) atau memberitahukan (LAI TB2) kepada kaum Israel tentang Bait Suci, bagaimana kelihatannya (LAI TB1) atau mengukur (LAI TB2) rancangan yang diperlihatkan. Tujuannya agar gambar rancangan dan bagian-bagian Bait Suci, menjadikan koreksi dan refleksi diri umat Tuhan (Yeh.43:10-13).

Yang kedua, karena Allah memberikan “janji tiga bagian”, ... “Aku akan hadir di tengah- tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku” (Im.26:11-12), yang diulangi lagi di masa Yehezkiel mendapat penglihatan Bait Suci sebagaimana di atas, “Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku ” (Yeh.37:26c-28).

Beralih ke P.B., “janji tiga bagian” ini tetap ditegaskan Allah melalui Paulus, “Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku ” (2Kor.6:16).

“Janji tiga bagian” ini dinyatakan kepada Yohanes di kitab akhir Alkitab, menyangkut Pengantin Perempuan Anak Domba, “Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama- sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka ” (Why.21:3).

“Janji tiga bagian” dari Allah kepada umat-Nya “menaungi” Perjanjian Lama, hingga Perjanjian Baru, menyiratkan mutlaknya kerinduan Allah kembali berelasi dengan umat-Nya. IA realisasikan itu melalui prinsip-prinsip ibadah di dalam Tabernakel, Rumah-Nya dan Kemah Pertemuan dengan umat-Nya.

“Janji tiga bagian” tersebut terutama karena menyangkut Nama-Nya, “TUHAN” / YHWH (Kel.3:14) yang berarti AKU YANG SELALU ADA atau HADIR (buku penjelasan singkat Alkitab TB2, hlm.32). Maka Tabernakel, Rumah Allah dan kita, di masa kini perlu dipelajari dengan sudut pandang rohani, untuk kepentingan koreksi dan refleksi diri, karena “Imanuel”, Allah hadir menyertai setiap orang percaya, dan menuntun hingga berada di langit-bumi baru bersama Anak Domba sebagai pengantin-Nya.

Yang ketiga, karena Tabernakel adalah “Tipe/model” Kristus. John Flipse Walvoord, seorang teolog (1910-2002), presiden Seminari Teologi Dallas (1952-1986), menyatakan bahwa kemah sembahyang (Tabernakel) dalam setiap bagiannya berbicara mengenai Kristus dan di masa kini lebih kaya artinya bagi kita dibandingkan bagi orang kudus Perjanjian Lama, yang hanya samar-samar mengerti semua gambaran/tipe ini.

Itu sebabnya rincian Tabernakel ditulis hampir di setiap bagian lima kitab awal Alkitab tulisan Musa (Pentateuk), dan Yesus menyatakan bahwa Musa telah menulis tentang diri-Nya (Yoh.5:46). Yohanes 1:14, Yohanes 2:19-22, dan Matius 12:5-6, adalah ayat-ayat yang menyiratkan bahwa Tabernakel adalah “tipe/model” Kristus sendiri.

Yang keempat, karena banyak buku/literatur tentang Tabernakel diterbitkan. Ketik saja di Google, “Tabernakel”, “Tabernacle” atau “Tabernacle Books”, maka muncul banyak artikel, buku tentang Tabernakel dari tulisan hamba-hamba Tuhan/teolog, berbagai aliran/denominasi gereja, membuktikan bahwa Topik Tabernakel penting bagi orang percaya dari masa ke masa untuk dipelajari.

Yang kelima, mengantisipasi gerakan Yudaisme yang gencar mempropagandakan pembangunan Bait Allah ketiga Yerusalem, mendorong agar atribut-atribut Yahudi digunakan dalam ibadah. Di Temple Institute, Yerusalem, telah dipersiapkan lengkap perabot Tabernakel, pakaian imam, dan segala peralatan ibadah sebagai persiapan pembangunan Bait Allah ketiga.

Bagi yang memahami makna rohani Tabernakel, akan memiliki kesadaran untuk tidak dipengaruhi gerakan ini, karena baginya Kristus adalah Tabernakel, dan dirinya sebagai orang percaya, oleh Roh yang mendiami tubuhnya, adalah Bait/Tabernakel Allah (1Kor.3:16; 6:19). Di masa-masa penantian akan kedatangan Kristus, di mana berbagai penyimpangan ajaran bermunculan, maka salah satu sikap berjaga-jaga adalah, setiap orang percaya denominasi gereja manapun, hendaknya memahami Tabernakel agar tidak dihanyutkan arus Yudaisme.