POHON YANG BAIK
“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik maka baik pula buahnya, jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Mat. 12:33)
Marilah kita melihat pohon yang baik dan beberapa buah yang baik pula. Kita menemukan buah-buah ini di dalam Galatia 5:22-23, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”
Semua buah ini dihasilkan di dalam kehidupan orang yang berakar/berdasar/beralaskan di dalam kasih Kristus. Sekalipun Anda pernah berakar di dalam rasa malu dan buah-buah pohon tidak baik, Anda dapat menarik garis darah Yesus Kristus melalui semua itu dan berakar di dalam kasih-Nya. Sejak saat itu Anda mulai bertumbuh dan berkembang menjadi normal, utuh, sehat menghasilkan semua jenis buah yang baik di dalam kehidupan Anda.
MENGASIHI DIRI SENDIRI
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat. 19:19)
Salah satu masalah besar yang dialami orang-orang zaman sekarang ini berkaitan dengan bagaimana perasaan mereka terhadap diri sendiri. Kenyataannya, banyak orang saat ini memiliki penilaian yang sangat buruk tentang diri mereka sendiri. Mereka membawa sikap dan potret diri negatif.
Bagaimana anggapan Anda terhadap diri sendiri? Hubungan seperti apa yang Anda miliki dengan diri sendiri? Tidak peduli ke mana Anda pergi atau apa pun yang Anda lakukan, Anda selalu harus berurusan dengan diri sendiri. Tidak ada cara untuk melarikan diri dari diri sendiri.
Jika Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, ini berarti mengasihi diri sendiri sama pentingnya seperti kita mengasihi orang lain. Namun tidak cukup mengasihi diri sendiri, kita juga harus menyukai diri sendiri.
MENYUKAI DIRI SENDIRI
Anda adalah pribadi yang tidak dapat Anda hindari. Jika Anda tidak menyukai diri sendiri, Anda menghadapi masalah serius.
Jika Anda tidak menyukai diri sendiri, Anda akan mengalami masa-masa sulit untuk menyukai orang lain. Mungkin Anda dapat berpura-pura tetapi kepura-puraan tdak mengubah fakta, cepat atau lambat kebenaran akan terungkap.
Kita diharapkan hidup dalam kesimbangan dan harmoni di dalam dan di luar. Agar harapan ini dapat terwujudkan, kita harus memiliki sikap benar terhadap sesama juga terhadap diri sendiri. Kita perlu berdamai dengan masa lalu, puas dengan keadaan kita saat ini, yakin akan masa depan kita dan sadar bahwa semua itu ada dalam tangan Allah.
Kita perlu stabil, berakar dan berdasar di dalam kasih Allah yang diungkapkan di dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus sehingga kita sadar bahwa penerimaan kita tidak didasarkan pada prestasi atau perilaku sempurna kita. Nilai dan harga diri kita tidak tergantung pada siapa diri kita atau apa yang kita pikirkan atau ucapkan tetapi berdasarkan siapa diri kita di dalam Yesus Kristus. Dengan demikian kita tidak perlu berpura-pura lagi; bahkan kita bebas menjadi diri sendiri – apa adanya. saat membuat kesalahan, kita dapat melakukan perubahan apa pun tanpa merasa kesal pada diri sendiri. Kita dapat relaks di dalam Tuhan dan yakin Ia melihat segala sesuatu berjalan baik tanpa mempertimbangkan kesalahan, kelemahan dan kekurangan kita.
Kata kunci dari semua ini adalah relaks. Biarkan dan izinkan Allah melakukan apa yang perlu untuk menggenapi rencana-Nya yang indah dan sempurna bagi Anda. Anda tidak perlu hidup dari hari ke hari dengan sesuatu yang menggerogoti diri Anda. Lupakan masa lalu yang memalukan dan belajarlah untuk hidup d dalam sukacita dan damai sejahtera yang Allah rencanakan bagi Anda sejak awal mula.
DEFINISI RASA MALU
“Janganlah takut sebab engkau tidak akan mendapat malu dan janganlah merasa malu sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan keremajaanmu dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu.” (Yes. 54:4)
Jika seseorang berakar di dalam rasa malu atau merasa malu terhadap dirinya sendiri maka ia tidak akan menyukai dirinya. Dia tidak hanya tidak menyukai apa yang diperbuatnya tetapi juga tidak menyukai siapa dirinya.
BELAJAR MENYUKAI DIRI SENDIRI
Kita harus belajar menangani tindakan kita terpisah dari siapa diri kita. Tidak selamanya kita melakukan hal yang benar tetapi itu tidak berarti kita bukan anak Tuhan atau Ia tidak mengasihi kita.
Jika Anda menyukai diri sendiri meskipun orang lain tidak, Anda akan berhasil. Saat Anda mulai menyukai diri sendiri, orang-orang akan mulai menyukai Anda juga.
Pandanglah diri Anda di cermin setiap pagi dan katakan, “Aku menyukaimu. Engkau adalah anak Allah. Engkau penuh dengan Roh Kudus. Engkau mampu. Engkau memiliki bakat dan talenta. Engkau seorang yang rapi dan aku menyukaimu.” Jika Anda berbuat demikian dan benar-benar memercayainya, tindakan itu sangat bagus untuk mengatasi sifat malu.
Menyukai diri sendiri tidak berarti kita penuh dengan kesombongan – itu berarti kita menerima diri sendiri sebagai ciptaan Allah. Kita semua membutuhkan perubahan dalam perilaku tetapi menerima diri sendiri sebagai pribadi mendasar yang telah Allah ciptakan saatlah vital bagi kemajuan kita.
SIFAT PEMALU
Banyak orang hidup di bawah kutukan jiwa yang gagal. Mereka tidak pernah melakukan semua yang mereka rencanakan. Mereka selalu gagal, mengacaukan keadaan, selalu merasa kecewa, patah semangat dan tertekan. Mereka tidak menyukai siapa diri mereka. Alasannya ialah mereka memiliki sifat pemalu.
Saat seseorang memiliki sifat pemalu, ini menjadi sumber atau akar dari banyak masalah batiniah kompleks seperti depresi, kesepian, isolasi, dan keterasingan. Semua bentuk gangguan kompulsif: narkoba, alkohol, kecanduan zat- zat kimia lainnya; gangguan pola makan seperti bumilia, anoreksia dan obesitas; berjudi; sumpah serapah dan bergosip tidak terkontrol; penyimpangan seksual dll. semua berakar dari rasa malu.
Salah satu kecanduan kompulsif ialah perfeksionisme yang dapat juga didasari oleh perasaan bersalah. Sebagian orang tersiksa oleh perfeksionisme karena penganiayaan atau situasi negatif lain di masa lalu. Mereka terus berusaha menjadi sempurna untuk mendapatkan perhatian yang menurut mereka tidak mereka dapatkan. Mereka menetapkan standar begitu tinggi bagi diri sendiri sehingga saat gagal mereka merasa sebal dengan diri sendiri. Mereka menjadi neurotis karena memikul tanggung jawab yang begitu besar sehingga saat gagal, mereka menganggap bahwa itu adalah kesalahannya karena mereka tidak dapat meraih tujuan yang telah ditetapkan sendiri olehnya.
Sering kali perfeksionisme dan neurotisme mengarah pada kebencian terhadap diri sendiri dan membuka jalan untuk semua bentuk bahaya secara fisik, mental, emosional dan spiritual. Semua hal mengerikan ini merupakan contoh-contoh buah yang buruk dari pohon buruk yang disebut rasa malu. Namun semua masalah ini ada jawabannya di dalam Firman Allah.
KOMPENSASI DUA KALI LIPAT
Jika Anda yakin bahwa Anda memiliki sifat pemalu atau Anda berakar dan berdasar pada rasa malu, kutukan dapat dpatahkan dengan kuasa Allah seperti tertulis di dalam Yesaya 61:7 bahwa Tuhan berjanji akan mengenyahkan rasa malu dan yang memalukan sehingga kita tidak lagi mengingatnya. Ia juga berjanji akan mencurahkan berkat dua kali lipat untuk menggantikannya sehingga kita memiliki dua kali lipat dari apa yang telah hilang dan sukacita abadi akan menjadi milik kita.
Berdirilah teguh di dalam Firman Allah. Jadilah berakar dan berdasar bukan di dalam rasa malu dan yang memalukan tetapi di dalam kasih Kristus. Mintalah kepada Tuhan untuk mendatangkan mukjizat penyembuhan terhadap pikiran, kehendak dan emosi Anda. Biarkan Ia memulihkan hati yang hancur, membalut luka-luka Anda, memberikan kehormatan dua kali lipat sebagai ganti rasa malu. Tolak dan buanglah akar kepahitan, rasa malu, negativisme dan perfeksionisme lalu peliharalah akar sukacita dan damai sejahtera. Teruslah memuji Tuhan, mengakui Firman-Nya atas diri Anda, berhentilah menyalahkan diri sendiri yang selalu merasa bersalah, merasa tidak layak dan merasa tidak dikasihi. Sebaliknya, mulailah mengatakan, “Jika Tuhan ada di pihak kita, siapa dapat melawan kita? Allah mengasihi aku, aku bebas di dalam Nama Yesus, amin!”
(bersambung)