• BERAKAR PADA RASA MALU (2)
  • Disadur dari “Mengelola Emosi Anda” oleh Joyce Meyer
  • Redaksi
  • https://gkga-sby.org/mobile/artikel/1583-berakar-pada-rasa-malu-2

TANGKI KASIH 

Kita semua lahir dengan “tangki kasih” dan jika tangki itu kosong celakalah kita. Kita menerima kasih sejak kita dilahirkan dan terus menerima serta menyalurkannya sampai kita mati. Kadang Iblis mengatur agar bukannya menerima kasih tetapi malah menerima penganiayaan. Jika ini berlanjut terus, kita menjadi lapar akan kasih dan hancur sehingga kita tidak dapat memelihara hubungan yang sehat. Kalau kita tidak mendapatkan perasaan enak dalam diri kita, kita akan mencari-carinya di luar.

Salah satu hal yang harus dipahami ialah setiap orang harus memiliki perasaan yang enak. Kita semua diciptakan untuk merasa nyaman dengan diri sendiri. Kita tidak dapat ke sana kemari melukai orang lain dan merasa tidak enak sepanjang waktu. Kita tidak dirancang dan diperlengkapi untuk hidup dengan cara demikian. Untuk menemukan perasaan enak itu, banyak orang berpaling pada seks, narkoba, alkohol, makanan, uang, kekuasaan, judi, pekerjaan, olahraga dan banyak hal-hal adiktif lainnya. Mereka hanya berusaha mendapatkan perasaan enak yang hilang dari dalam diri mereka dan hubungan-hubungan mereka. Bahkan banyak orang Kristen tidak mendapatkan perasaan enak itu dari hubungan-hubungan mereka. Mereka bermain sandiwara, tidak benar-benar menikmati hidup ini karena apa yang terjadi pada diri mereka merampas mereka dari apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan inginkan – cinta.

Apa pun yang menimpa kita di masa lalu dan apa pun yang dirampas dari diri kita, kita dapat mendapatkannya dari Tuhan. Ia adalah gembala kita maka kita tidak akan kekurangan (Mzm. 23:1). Ia berjanji tidak akan menahan semua hal baik dari diri kita (Mzm. 84:11).

Jika kita tidak memperoleh kasih yang cukup saat kita tumbuh dewasa, kita tidak perlu terus hidup dengan “tangki kasih” yang kosong. Sekalipun tidak ada seorang pun mengasihi kita, kita tetap dikasihi oleh Allah. Kita berakar di dalam kasih-Nya bukan berakar di dalam akar pohon yang buahnya buruk.

BUAH YANG BURUK 

Akar yang pahit menghasilkan buah yang pahit dan beberapa buah dari pohon yang buruk ialah penolakan, pelecehan, rasa bersalah, pandangan negatif dan rasa malu.

Buah-buah lain dari pohon yang buruk berupa depresi, penghargaan dir yang rendah, kuranagnya percaya diri, aamarah, kebencian, rasa kasihan terhadap diri sendiri dan sikap bermusuhan.

JANGAN MARAH 

Jika Anda terluka, Anda kehilangan kendali atas emosi-emosi Anda. Jika Anda menuai buah buruk dari akar buruk masa lalu Anda, berhentilah marah dan belajarlah membiarkan semuanya berlalu. Serahkan jalan hidup Anda kepada Allah termasuk kekhawatiran Anda. Berimanlah dan andalkan Dia untuk mengambil semua luka hati dan penderitaan juga memulihkan kesehatan emosional Anda!

BERHENTI MARAH 

Terkadang sulit untuk tidak marah saat kita terluka atau diperlakukan buruk oleh seseorang yang tampak lebih berhasil daripada kita.

Mazmur 37:7-8 menasihati hingga tiga kali agar kita tidak marah, berhenti marah dan meninggalkan amarah karena marah hanya akan membawa pada kejahatan.

Jangan menyerah pada emosi dan menuntut balas atas mereka yang bersalah atau melukai hati kita. Sebaliknya, kita harus tenang dan diam di hadapan Tuhan, menantikan dengan setia agar Ia bertindak. Kita tidak perlu membalas dendam sendiri terhadap musuh-musuh kita karena Allah akan melakukannya bagi kita.

Kita tidak boleh marah atau berusaha membalas dendam. Sebaliknya, kita harus tetap lemah lembut dan tahu bahwa pada akhirnya kita akan menang.

ORANG RENDAH HATI AKAN MEWARISI BUMI 

Orang jahat akan dilenyapkan tetapi mereka yang menanti-nantikan Tuhan akan mewarisi bumi (Mzm. 37:9). Ketika Yesus khotbah di bukit, Ia mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan mewarisi bumi.” (Mat. 5:5)

Apakah Anda seorang pewaris? Apakah Anda menantikan Tuhan dan membiarkan Dia mengerjakan bagi kita? Apakah Anda pemarah atau lemah lembut?

KELEMAHLEMBUTAN ADALAH TITIK TENGAH

Dalam Matius 5:5 lemah lembut (bhs. Ibrani: praus = lemah lembut, rendah hati) sementara prautes (kt. benda) berarti kelemahlembutan atau kerendahan hati.

Menurut Aristoteles, prautes (kelemahlembutan) adalah titik tengah antara dua ekstrem emosional. Dalam kasus ini, kata itu menggambarkan keseimbangan yang harus dipertahankan.

Seperti telah kita lihat, sebagian orang berakar di dalam kepahitan karena hal-hal yang terjadi dalam hidup mereka pada masa lalu. Mereka mengizinkan kepahitan, amarah, dan sikap bermusuhan memanifestasikan diri dengan cara-cara abnormal.

Seseorang menjadi marah tetapi tidak tahu harus marah kepada siapa atau marah bukan kepada orang yang tepat bahkan tak jarang marah kepada diri sendiri. Hati yang penuh dengan kemarahan menumpuk dan sikap bermusuhan sangat dekat dengan “titik ledak”. Cukup seseorang menyinggungnya atau sesuatu berjalan tidak baik maka dia siap meledak.

Sebaliknya, ada sebagian orang begitu pemalu sehingga mereka berasumsi apa pun yang terjadi atas diri mereka dan seberapa buruk perlakuan yang mereka terima semua itu adalah kesalahan mereka dan mereka tidak menunjukkan perlawanan sama sekali. Karena gambaran diri yang parah dan penghargaan terhadap diri yang rendah, mereka berpikir pantas dianiaya atau dimanfaatkan. Akibatnya, mereka menjalani hidup ini dengan perasaan menyesal di mana seharusnya mereka marah. Mereka menjadi seperti keset untuk setiap orang. Bukan ini yang dimaksud Alkitab dengan kelemahlembutan.

KELEMAHLEMBUTAN SEJATI

Kelemahlembutan sejati adalah marah pada saat yang tepat dengan kadar tepat dan untuk alasan yang tepat. Allah mengatakan Musa adalah orang yang paling lemah lembut di muka bumi ini (Bil. 12:3). Dia sabar dan tahan menderita bersama bangsa Israel, sering doa syafaat bagi mereka dari murka Allah atas dosa dan pemberontakan mereka. Namun dia sangat marah ketika turun dari gunung melihat bangsa Israel menyembah anak lembu emas kemudian melempar dua loh batu bertuliskan sepuluh perintah Allah. Ada saatnya dia menekan amarah tetapi ada saatnya pula mengungkapkan kemarahan. Diperlukan hikmat untuk mengetahui bedanya.

Orang yang lemah lembut bukannya tidak pernah menunjukkan kemarahan melainkan tidak membiarkan amarahnya berada di luar kendali.

Kelemahlembutan tidak berarti tanpa emosi tetapi dapat mengendalikan emosi dan menyalurkannya ke arah yang benar untuk tujuan yang benar.

DIANGKAT SEBAGAI ANAK OLEH ALLAH

Sebagian orang mengalami masalah emosional karena mereka diadopsi. Karena alasan-alasan tertentu orang tua biologis memilih menyerahkan mereka sehingga mereka merasa tidak diinginkan atau tidak dicintai. Berbeda dengan orang tua angkat yang menginginkan dan mencintai mereka karena mereka memilih anak-anak itu dengan sengaja untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.

Allah melakukan hal itu kepada kita, Ia memilih kita sebelum dunia dijadikan untuk menjadi anak-anak-Nya yang terkasih. Ia menyucikan dan menempatkan kita tidak cacat di hadapan-Nya. Allah memanggil, menetapkan dan merencanakan kita di dalam kasih agar kita diangkat dan dinyatakan anak-anak-Nya sendiri melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu “tangki kasih” kita harus penuh melimpah.

Masalahnya, banyak orang lapar akan kasih. Bukannya menemukan kasih Bapa Surgawi, mereka berusaha mendapatkan cinta yang mereka dambakan dari sumber-sumber yang tidak akan pernah memenuhi kebutuhan mereka.

Apa kata Daud di Mazmur 27:10? “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku namun Tuhan menyambut aku.” Berita ini sangat menghibur mengetahui sekalipun kita ditinggalkan oleh orang tua jasmani karena alasan-alasan tertentu, Allah telah memilih dan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya bukan karena cinta kita yang besar kepada-Nya tetapi karena kasih-Nya yang besar kepada kita.

Setelah kita menjaid milik-Nya, Ia berjanji tidak akan meninggalkan atau membiarkan kita tetapi selalu mengasihi, memerhatikan dan memeliarakita sebagai anak-anak-Nya yang terkasih.

  • Video Youtube Ibadah: