• PERBUATAN KASIH KARENA MENGHARGAI PENGAMPUNAN YESUS
  • Lukas 7:36; 8:3
  • Lemah Putro
  • 2021-06-06
  • Pdm. Budy Avianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/889-perbuatan-kasih-karena-menghargai-pengampunan-yesus
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Bila kita boleh hidup hingga saat ini, semua ini karena kebaikan Tuhan semata. Hari ini merupakan ibadah off-line pertama bagi jemaat Johor-Lemah Putro dengan jumlah terbatas dan tetap menaati prokes yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sungguh ini merupakan kemurahan Tuhan sejak pandemi COVID-19 melanda hampir seluruh dunia mengakibatkan umat Tuhan tidak dapat berkumpul dengan bebas untuk beribadah. Walau dalam keterbatasan dan ketidaknyamanan, kita tetap patut bersyukur masih dapat beribadah agar iman kita bertumbuh. Ingat, Tuhan tidak pernah membiarkan/melepaskan kita yang telah diselamatkan oleh-Nya; kalaupun terpaksa harus ibadah online, ini juga cara Dia mendidik kita untuk beribadah mandiri dengan setia membaca Firman Tuhan di rumah.

Dampak dari pandemi selama lebih dari satu tahun sangat dirasakan oleh rakyat termasuk umat Tuhan sehingga pemerintah, kelompok masyarakat dan gereja melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menolong mereka yang terdampak (parah). Gereja kita (Tim DJKJ) juga menyalurkan berkat bagi jemaat yang membutuhkan dan Tim Misi GaTe peduli kasih terhadap warga NTT-Rote. Memang semua perbuatan baik yang dilakukan itu bagus tetapi Tuhan menghendaki lebih dari itu yaitu meningkatkan perbuatan baik/sosial menjadi perbuatan kasih karena kita menghargai pengampunan Yesus Kristus yang berlaku bagi kita.

Berbicara mengenai Yesus, siapakah Dia yang kita agungkan? Malaikat Gabriel memberitahu perawan Maria bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan anak laki-laki yang harus dinamai Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi (Luk. 1:30-32). Sementara itu malaikat Tuhan datang kepada Yusuf, tunangan Maria, dalam mimpi dan mengatakan bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan anak laki-laki yang harus dinamai Yesus karena Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:20-21). Ia juga dinamai Imanuel – Allah menyertai kita (ay. 23). Terbukti keselamatan hanya ada di dalam Yesus dan setelah diselamatkan kita tidak dibiarkan sendiri tetapi Ia beserta kita. Kita tahu bahwa pada mulanya adalah Firman dan Firman itu adalah Allah Yoh. 1:1). Firman itu berinkarnasi menjadi manusia (ay. 14), Yesus, yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan kuasa-Nya.

Alkitab juga memberikan bukti-bukti bagaimana Yesus – Sang Firman – mempunyai kuasa mengadakan mukjizat seperti dialami oleh hamba dari perwira di Kapernaum yang sakit hampir mati (Luk. 7:2-10) bahkan anak muda dari Nain yang mati dan diusung ke pekuburan dibangkitkan oleh-Nya (ay. 12-15). Kepada Yohanes Pembaptis yang bimbang di penjara, Yesus mengatakan kepada dua muridnya untuk memberitahu guru mereka, “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” (Luk. 7:22-23)

Dampak dari demonstrasi mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus membuat-Nya terkenal di seluruh Yudea dan daerah sekitarnya (ay. 17). Orang-orang ketakutan dan mengatakan seorang nabi besar muncul dan Allah melawat umat-Nya (ay. 16). Nabi adalah orang yang berbicara bagi Allah.

Introspeksi: sekarang Allah berbicara kepada kita melalui Firman Tuhan yang kita baca dan dengar, yakinkah kita bahwa tiap kali kita membaca Firman Tuhan sesungguhnya Ia sedang melawat kita? Bagaimana sikap kita terhadap Firman Tuhan?

Apa yang terjadi selanjutnya dengan Yesus seusai memberikan penjelasan tentang diri-Nya kepada dua murid Yohanes Pembaptis? Lukas 7:36-38 menuliskan, “Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang farisi itu lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.”

Perjamuan makan tersebut dihadiri oleh tiga orang yang terkenal, yaitu: Yesus yang terkenal di seluruh Yudea, orang Farisi sebagai pemimpin partai politik berbasis agama yang memiliki pengaruh di Bait Allah dan perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa.

Dapat dibayangkan bagaimana reaksi tuan rumah (orang terhormat) ketika tiba-tiba datang tamu tidak diundang di tengah-tengah suasana perjamuan makan yang anggun itu! Juga bagaimana respons Yesus terhadap perempuan berdosa yang menangis membasahi kaki-Nya dengan air matanya?

Masih ingatkah apa yang terjadi ketika Yesus dalam kondisi lelah, lapar dan haus duduk di pinggir sumur di Samaria sementara murid-murid-Nya pergi ke kota membeli makanan (Yoh. 4:6,8)? Datang seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Yesus memulai percakapan dengan meminta minum kepadanya tetapi perempuan ini ragu-ragu memberinya sebab dia tahu Yesus adalah orang Yahudi dan orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (ay. 3). Yesus langsung menawarkan air hidup kepadanya supaya dia tidak akan haus selama-lamanya sebab Yesus tahu persis perempuan tersebut tidak puas dengan kehidupan nikahnya. Yesus tidak menghiraukan kelelahan-Nya dan dengan tegas mengatakan bahwa makanan-Nya ialah melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (ay. 34). Perempuan ini akhirnya percaya bahwa Yesus adalah Mesias sebab Ia memberitakan segala sesuatu dan mengetahui segala yang diperbuatnya. Dia kemudian pergi ke kota dan bersaksi sehingga banyak orang percaya kepada Tuhan karena kesaksiannya (ay. 39). Sebagai Utusan Allah, Yesus dalam kondisi apa pun tidak lupa dengan misi-Nya datang ke dunia. Yesus menyelesaikan/menuntaskan pekerjaan-Nya dengan mati di kayu salib demi penebusan manusia berdosa. Dan sebelum naik ke Surga, Ia mendelegasikan para murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Aplikasi: setelah diselamatkan oleh kurban Yesus, kita mempunyai tugas/misi untuk menyaksikan Pribadi Yesus sebagai Penyelamat umat manusia juga perbuatan-perbuatan besar yang telah dilakukan-Nya. Kita harus berani bersaksi dalam kondisi apa pun – senang-susah, diterima-ditolak dst. Jangan puas diri lalu tidak peduli dengan keselamatan suami, istri, anak, saudara, famili dan teman-teman yang belum/tidak mengenal Tuhan!

Di rumah orang Farisi ini pun Yesus tidak lupa akan misi-Nya ketika melihat perempuan berdosa terus menangis. Ia tidak menolak tetapi memerhatikan perempuan ini. Beda dengan sikap orang Farisi yang meremehkan perempuan berdosa ini. Tanpa tedeng aling-aling Yesus membandingkan tindakan orang Farisi dengan perempuan berdosa itu yang mana orang Farisi tidak memberi air untuk membasuh kaki-Nya, tidak mencium-Nya, tidak meminyaki kepala- Nya dengan minyak. Di kesempatan lain Yesus mengecam orang Farisi sebagai orang munafik, suka menerima penghormatan dll. (Luk. 11:39-52; Mat. 23:2-36).

Perempuan berdosa ini tidak mau melepaskan kesempatan untuk bertemu Yesus walau dengan risiko dia akan diusir keluar. Hatinya remuk redam dan hanya bisa menangis, menyadari kondisi dirinya yang berdosa sebab upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Yesus tidak menghina perempuan ini tetapi melihat sikap baik darinya yaitu rendah hati (menundukkan badan hingga rambutnya dapat menyeka kaki Yesus). Bukankah Yesus – Sang Firman – bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama dengan orang yang remuk dan rendah hati (Yes. 57:15)?

Perempuan berdosa ini percaya kepada Yesus (yang sedang melawat umat-Nya; Luk. 7:16) dan datang kepada-Nya → Pintu Gerbang
Tidak ada manusia siapapun mampu melepaskan diri dari dosa kecuali datang kepada Tuhan.

Perempuan berdosa ini menangis dengan remuk hati, menandakan penyesalan/pertobatan karena dia tidak mampu melepaskan diri dari dosa → Mazbah Kurban Bakaran

Introspeksi: ketika Firman Tuhan datang berupa teguran, bagaimana kita meresponsnya? Apakah kita bersikap seperti orang Farisi yang menuding kesalahan orang lain atau seperti sikap perempuan berdosa yang menyesal dan bertobat? Bersikaplah seperti Raja Daud yang tidak mempertahankan gengsi ketika ditegur oleh Nabi Natan berkaitan dengan perzinaannya dengan Batsyeba (2 Sam. 12:9,13). Daud mengungkapkan penyesalan dan pengakuan dosa dengan hati yang remuk dan jiwa yang hancur (Mzm. 51:3-5, 9-12,19).

Melihat sikap perempuan berdosa ini, Yesus mengatakan, “Dosamu telah diampuni.” (Luk. 7:48).
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya dan dosanya ditutupi (Mzm. 32:1).

Lebih lanjut perempuan ini membasuh kaki Yesus dengan air mata dan menyeka dengan rambutnya → Bejana Pembasuhan

Pembasuhan kaki dan tangan merupakan persyaratan bagi imam yang mau melayani (Kel. 30:17-20). Bejana Pembasuhan berbicara mengenai baptisan/kelahiran baru yang mana semua dosa kesalahan dikubur bersama dengan kematian Yesus untuk bangkit bersama-Nya dalam hidup baru (Rm. 6:3-4) dan siap masuk dalam pelayanan.

Allah memberikan pengampunan saat melawat kita kemudian menguduskan kita dengan memandikannya dengan air (Roh Kudus) dan Firman (Ef. 5:26) untuk dapat melayani-Nya.

Apa tujuan dari Baptisan Air? Untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus (1 Ptr. 3:21). Selain disucikan dengan Firman Tuhan dan Roh Kudus, hati kita juga dibarui untuk dapat melayani Dia.

Perempuan berdosa ini mengeringkan kaki Yesus yang basah oleh air matanya dengan rambutnya. Untuk itu dia pasti menundukkan kepala sedemikian rupa agar rambutnya dapat menyeka kaki Yesus. Rambut merupakan tudung kehormatan bagi perempuan (1 Kor. 11:14-15). Tidak cukup disitu, dia juga mencium kaki Yesus. Semua perbuatan yang dilakukannya mengekspresikan kasihnya kepada Yesus. Tindakan mencium mempunyai dua pengertian: (1). menyatakan salam kudus satu sama lain (Rm. 16:16) untuk menunjukkan kehangatan dan keakraban dalam persekutuan atau (2) menyatakan perpisahan seperti dilakukan oleh Yudas Iskariot terhadap Gurunya, Yesus (Luk. 22:48).

Perempuan berdosa ini mencium kaki Yesus. Apa makna “kaki” bagi kita sekarang? Betapa indahnya kedatangan mereka (the feet of those who preach the gospel of peace = kaki dari mereka yang memberitakan Injil pendamaian) yang membawa kabar baik (Rm. 10:13-15).

Introspeksi: maukah kita menjadi utusan Tuhan untuk memberitakan kabar baik hingga ke ujung dunia terlebih dengan fasilitas transportasi yang jauh lebih baik sekarang? Atau kita malas melakukannya dan lupa dengan misi yang dipercayakan Tuhan kepada kita? Beritakan Firman Tuhan dan siap sedia baik atau tidak baik waktunya (2 Tim. 4:2)!

Perempuan berdosa ini begitu menyesali perbuatan dosanya dan memberikan salam hangat penuh kasih seakan-akan tidak mau pisah dari Yesus. Dia berbuat banyak kasih; dampaknya dosanya yang banyak diampuni. Tentu sebagai ucapan syukur tak terhingga dia pasti bersaksi tentang perbuatan Yesus terhadapnya. Jelas tindakan perempuan ini juga perempuan berzina yang telah diampuni akan melayani Tuhan dengan pelayanan kasih bukan sekadar perbuatan baik/sosial.

Introspeksi: pengampunan yang Tuhan berikan menggairahkan kita untuk berbuat pelayanan kasih. Bila kita sudah diampuni, sudahkah kita mempunyai kasih? Semakin banyak dosa kita diampuni, semakin besar kita mengasihi-Nya (bnd. Luk. 7:47-48). Sesungguhnya kasih berasal dari Allah yang adalah kasih (1 Yoh. 4:8,16) sehingga kita mampu melayani orang lain dengan kasih (1 Yoh. 4:7-11). Kita berutang untuk saling mengasihi sebab kita telah diampuni dan diselamatkan oleh karena kasih Allah. Ia tetap ada di dalam kita sehingga kita memiliki kasih.

Kita patut bersyukur kepada Allah oleh sebab kasih-Nya yang besar kita beroleh pengampunan dosa dan keselamatan dari-Nya. Juga Firman Tuhan dan Roh Kudus menyucikan kita untuk menjadi utusan-Nya memberitakan Yesus, Juru Selamat, dan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan-Nya. Dengan demikian kita dapat melayani mereka yang sedang menuju kebinasaan dengan kasih. Pelayanan semacam ini berbau harum di hadapan Allah dan manusia. Amin.