RESPONS YANG BENAR SEBAGAI MURID YESUS

Yohanes 18:15-27

Lemah Putro, Minggu, 25 Oktober 2020 Pdm. Jusuf Wibisono

 

 

Shalom,

Segala kepujian hanya kepada Tuhan di tempat mahatinggi dan mahakudus sebab Dia adalah Raja di atas segala raja tetapi juga berhadirat di tempat di mana pun kita berada. Kita yakin Ia akan memberikan berkat kepada kita, umat-Nya, melalui Firman yang kita dengar dan kita makin mengenal-Nya dari hari ke hari terlebih di zaman akhir ini.

Berkat Firman Tuhan apa yang kita terima hari ini? Yohanes 18:15-27 menuliskan, “.....Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: “Bukankah engkau juga murid orang itu?” Jawab Petrus: “Bukan!”. Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: “Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?” Ia menyangkalnya, katanya: “Bukan.” Kata seorang hamba imam besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?” Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.”

Firman Tuhan memberikan berkat nasihat kepada kita sebagai pengikut Tuhan untuk merespons Firman-Nya bukan menolak apalagi menyangkalnya seperti dilakukan oleh Petrus. Hendaknya kita setia mengiring Dia seperti ayam jantan berkokok dengan setianya setiap pagi membangunkan kita untuk berdoa dan makin dekat dengan-Nya.

Sebelum peristiwa penyangkalan terjadi, Yesus sudah mengingatkan Petrus, “Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Luk. 22:31-32)

Lebih lanjut Yesus memberikan teladan kepada Petrus (juga murid-murid lainnya) dengan berdoa di Taman Getsemani. Namun apa yang terjadi? Sementara Yesus berdoa sungguh-sungguh dan peluhnya seperti titik-titik darah bertetesan ke tanah, Petrus beserta Yohanes dan Yakobus (Mat. 26:32) malah tertidur (Luk. 22:45). Yesus kemudian mengingatkan mereka, “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.(ay. 46)

Sangat jelas, Yesus telah mengingatkan Petrus untuk berdoa supaya tidak jatuh ke dalam pencobaan bahkan gugur iman. Seharusnya Petrus melakukan perintah-Nya tetapi kenyataannya dia tidak merespons dengan baik. Memang tidak mudah untuk melakukan setiap perintah Firman Tuhan tetapi kita diberi kekuatan dari atas seperti (manusia) Yesus diberi kekuatan oleh malaikat dari langit saat Ia diliputi ketakutan dan makin serius berdoa (ay. 43).

Aplikasi: agar tidak gugur dari iman oleh sebab pencobaan, kita harus mendengarkan, merenungkan makna dan pesan Firman Tuhan untuk disimpan dan dilakukan. Di saat lemah waktu berdoa, kita diberi kekuatan oleh-Nya untuk menang menghadapi tantangan dan pencobaan agar kita tidak menyangkal, menolak dan meninggalkan Dia. Tahukah menjelang akhir hidup-Nya, Yesus menghadapi Yudas Iskariot yang mengkhianati dan menjual-Nya juga Petrus yang menyangkal-Nya. Bagaimana sikap dan tindakan kita terhadap-Nya di hari-hari akhir ini yang mana tantangan dan ujian berkaitan dengan kesehatan, ekonomi, sosial dll. makin gencar menyerang? Mampukah kita bertahan? Hendaknya kita tetap berjaga-jaga sambil berdoa supaya beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang terjadi dan kita tahan berdiri di hadapan-Nya (Luk. 21:36).

Apa yang harus kita lakukan dalam merespons Firman Tuhan? Kita harus memerhatikan perkataan-Nya, mendengarkan ucapan-Nya, tidak menjauhkan dari mata kita, menyimpan dalam hati dan menjaga hati dengan penuh kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:20-23). Ingat, hati dan mulut ada kaitannya– dengan hati kita percaya dan dibenarkan, dengan mulut kita mengaku dan diselamatkan (Rm. 10:10). Oleh sebab itu kita harus menjaga hati supaya tidak dipenuhi dengan perkara-perkara duniawi.

Ketika Petrus melihat Gurunya ditangkap, dia mengikut dari jauh kemudian berdiang di dekat api bersama dengan orang-orang yang datang berkumpul dan berakhir dengan penyangkalan (Luk. 22:54-62). Sayang, menjelang akhir hidup Yesus, Petrus malah menjauh dari-Nya; ia tidak menyimpan (dalam hati) perkataan Gurunya supaya berjaga dan berdoa; akibatnya ia gagal menghadapi ujian. Seharusnya dari tiga kali pertanyaan yang diajukan kepada Petrus, yang pertama boleh gagal, pertanyaan kedua bagaikan remedi supaya dijawab dengan benar tetapi disangkal pula bahkan diberi kesempatan ketiga kalinya namun Petrus tetap menyangkal. Untung Yesus berpaling kepada Petrus, menatap matanya dan saat itu baru ia teringat akan perkataan Gurunya. Ia lalu pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Aplikasi: kita harus mengingat dan menyimpan Firman Tuhan dalam hati bagaikan ‘senjata’ ketika menghadapi ujian dan supaya tidak gagal.

Sebelum tragedi penyangkalan ini, Yesus juga pernah berpaling kepada Petrus dan menghardik dengan keras karena dia tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia (Mat. 16:21-23). Saat itu Petrus “menggurui” Yesus dan merasa berjasa menjadi “pahlawan” untuk mencegah Yesus mengalami sengsara salib. Lebih lanjut Yesus mengatakan siapa mau mengikut Dia (menjadi murid-Nya) harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Dia (ay. 24). Ternyata Petrus takut kehilangan nyawa (ay. 25) maka ia menolak salib.

Aplikasi: pikiran dan perasaan kita harus sama seperti pikiran dan perasaan Yesus (Flp. 2:5) supaya kita menyatu dalam salib-Nya dan kita menjadi murid yang berbahagia.

Hati kita harus menyimpan Firman Tuhan dan dijaga dengan penuh kewaspadaan maka saat ujian kita akan mengalami kemenangan seperti telah dialami oleh Yosua. TUHAN menasihati Yosua supaya tidak kecut dan tawar hati menghadapi musuh-musuh tetapi senantiasa memperkatakan kitab Taurat dan merenungkan siang malam maka TUHAN menyertainya dan perjalanannya berhasil serta beruntung (Yos. 1:8-9). Begitu pula ketika Yesus dicobai Iblis tiga kali, Yesus menang karena selalu kembali pada Firman dan menjawab “Ada tertulis” bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4)

Hati kita harus menjadi wadah permanen dari Firman Tuhan sehingga kita memiliki “senjata” menghadapi penguasa-penguasa dan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini juga melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Allah menjadi tempat perlindungan kita sebab hanya dekat dengan-Nya kita tenang (Mzm. 62:2). Sebaliknya, jika kita menjauh dari salib Kristus untuk dekat dengan api (kehangatan dunia) bersama orang-orang duniawi dan hati kosong terhadap Firman Tuhan maka kita akan kalah saat ujian dan pencobaan datang padahal Tuhan menjanjikan Anak Domba akan mengalahkan musuh dan semua yang bersama-Nya juga akan menang (Why. 17:14).

Petrus merupakan murid Yesus yang menjauh dari Gurunya menjelang Yesus masuk dalam penderitaan dan mati disalib padahal awalnya dia spontan meninggalkan pekerjaannya demi Yesus (Mat. 4:18-20). Biarlah kita tetap bersemangat melayani Tuhan dan mengikut Dia dengan setia sampai akhir hayat. Bila kita masih hidup saat nafiri terakhir berbunyi, kita akan diubahkan dalam sekejab mata dan maut telah ditelan dalam kemenangan (1 Kor. 15:52-54).

Marilah kita merespons panggilan Tuhan dengan dengar-dengaran dan melakukan perintah-Nya. Kita menjadi murid-Nya yang setia dengan tolok ukur hati kita selalu dipenuhi Firman Tuhan, Roh Kudus dan kasih-Nya untuk menang menghadapi tantangan dan pencobaan yang dilontarkan oleh musuh. Bahkan kita lebih daripada orang- orang yang menang oleh sebab Dia mengasihi kita (Rm. 8:37). Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI