YESUS TELADAN PELAYANAN DENGAN HATI HAMBA

 

Lemah Putro, Minggu, 15 Agustus 2020

Pdt. Paulus Budiono

 

 

Shalom,

Sudah sepatutnya kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan itulah hati seorang hamba. Untuk itu diperlukan penyerahan dan ketaatan sepenuhnya seperti terdapat di dalam Pribadi Yesus, teladan sempurna yang memiliki hati hamba.

Siapakah Tuhan Yesus Kristus itu? Umumnya orang Kristen mengenalnya sebagai Anak Allah (Mat. 14:33), Roti hidup (Yoh. 6:35,48), Gembala yang baik (Yoh. 10:11), Pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1), Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Why. 17:14; 19:16) dst. bahkan diperkirakan ada 250 julukan berkaitan dengan Yesus.

Kali ini kita mempelajari salah satu kepribadian Yesus waktu Ia tinggal di bumi ini yang ditulis dalam Injil Yohanes 13:1-30, “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai Yesus telah tahu bahwa saat-Nya untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya…..Yesus tahu bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu…..Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?....Aku berkata kepadamu: sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini maka berbahagialah kamu jika kamu melakukannya….”

Rasul Yohanes menulis berulang-ulang “Yesus telah tahu” bahwa Ia akan kembali kepada Bapa-Nya dan kasih-Nya tidak pernah berubah alias kekal terhadap para murid-Nya. Ia tahu bahwa Ia telah menerima kuasa dari Bapa-Nya maka mulailah Ia melepaskan jubah-Nya, mengambil kain lenan dan mengikatkan pada pinggang-Nya lalu membasuh kaki murid-murid-Nya. Seusai membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan bertanya apakah mereka mengerti apa yang telah dilakukan-Nya. Penting bagi kita untuk mengetahui hal ini. Jika belum/tidak mengerti akan diberitahu tetapi kalau sudah mengerti apa follow up-nya. Misal: kita tahu bahwa Yesus adalah utusan dari Allah tetapi sudahkah kita menerima Dia dan mendorong orang mengenal Allah melalui kesaksian hidup kita?

Ayat-ayat di atas mengungkapkan salah satu atribut yang disandang Yesus yaitu sebagai “Hamba”. Yesus mengingatkan 12 murid-Nya jika mereka mengerti seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya dan melakukan/mempraktikkannya, mereka akan berbahagia.

Introspeksi: kita sudah tahu/mendengar Yesus adalah Hamba tetapi apakah kita berbuat seperti yang Yesus teladankan yaitu membuka pakaian, mengikat pinggang dan berlutut membasuh dari kaki satu ke kaki lainnya termasuk kaki Petrus yang akan menyangkal-Nya dan kaki Yudas Iskariot yang akan mengkhianati-Nya? Jangan melakukan “pembasuhan kaki” dengan mengenakan jubah kependetaan resmi yang lebih bersifat seremonial seperti dilakukan oleh beberapa gereja sekarang ini.

Yesus sendiri mengatakan bila kita melakukannya kita akan berbahagia. Apa yang harus kita lakukan? Minimal mendengar, membaca dan menyimpan Firman di dalam hati (Why. 1:3). Dan ingat, Tuhan sedang mencari hati hamba yang tidak lagi mempunyai kebebasan pribadi (karena menjadi milik tuannya) untuk diisi oleh Firman-Nya.

Tahukah posisi seorang hamba/budak di zaman lampau? Sangat mengerikan, mereka tidak berpakaian kecuali pakaian dalam, diikat dan diperlakukan seperti hewan. Bukankah kita dahulu hamba/budak dosa yang tidak mempunyai kebebasan untuk berbuat baik sebab dosa merongrong kita untuk berbuat jahat? Namun sekarang kita telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah/kebenaran (Rm. 6:17-18,22). hamba Tuhan bukan hanya pendeta yang sering menuntut sesuatu bahkan minta disanjung karena merasa miliknya Tuhan.

Rasul Yohanes menyaksikan bagaimana Yesus melepaskan jubah-Nya kemudian membasuh kaki para murid-Nya, termasuk kakinya. Ia melepaskan jubah/atribut-Nya (bagian luar) sebagai Guru yang bebas/merdeka dan tanpa ragu-ragu langsung melayani para murid-Nya karena Ia berhati (bagian dalam) Hamba. Jelas, pelayanan yang dilakukan dari hati (hamba) akan terpancar keluar tanpa dapat dihalangi oleh atribut/kedudukan apa pun atau oleh kepura-puraan. Ilustrasi: ketika seorang seniman membuat suatu karya, ia akan mengerjakan lukisan atau patung dll. dengan hati seniman bukan hati tuan yang merasa lebih besar/penting lalu suka mendikte dan memerintah orang. Yesus adalah Tuan di atas segala tuan tetapi berhati Hamba yang suka melayani bukan menekan orang lain. Dan Ia mengingatkan semua pengikut-Nya agar mencontoh teladan-Nya sebab seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya.

Sangatlah wajar semua orang senang mempunyai figur teladan yang menjadi panutan, misal: seorang proklamator yang memberikan semangat juang sehingga kita menjadi bangsa merdeka tidak lagi diperbudak oleh bangsa lain. Namun Yesus berbicara tentang hati hamba/budak karena tahu Ia akan segera mati disalib untuk kembali kepada Bapa-Nya. Ia ingin memberikan teladan sempurna tidak hanya dalam tutur kata tetapi juga perbuatan. Jujur, bukankah kita fasih berbicara tentang Firman Tuhan tetapi tidak dilanjutkan dengan perbuatan?

Seorang hamba bertugas memberikan pelayanan maksimal yang membuat rencana dan cita-cita tuannya berhasil/beruntung; bukan mengerjakan sesuatu yang malah merugikan tuannya. Apa yang Yesus lakukan dalam kedudukannya sebagai Hamba yang melayani? Ia menyembuhkan banyak orang sakit tetapi melarang keras mereka memberitahukan siapa Dia. Sangat jelas, sebagai Hamba, Yesus bekerja dalam kesenyapan tidak ingin pamer untuk mendapat pujian sehingga genaplah nubuat dari Nabi Yesaya yang mengatakan Yesus adalah Hamba yang dipilih dan dikasihi Bapa-Nya; Ia tidak berbantah, tidak berteriak dan tidak didengar suara-nya di jalan-jalan sampai Ia menjadikan hukum itu menang (Mat. 12:15-23). Tanpa banyak gembar-gembor, Yesus yang melayani dengan hati Hamba telah mengagumkan orang-orang.

Dalam pelayanannya, Petrus, Yohanes dll. berkhotbah mengatakan bahwa Allah memuliakan Hamba-Nya yaitu Yesus yang telah ditolak dan disalibkan padahal Nama-Nya berkuasa menyembuhkan (Kis. 3:13-16). Selama berada di bumi, Yesus senantiasa melakukan perbuatan baik yang dikagumi oleh banyak orang tetapi dibenci oleh orang-orang Farisi, ahli Taurat karena iri hati.

Aplikasi: saat ini banyak orang terkena dampak pandemi COVID-19, kita digairahkan untuk berbuat baik dengan ikut donasi bagi mereka yang membutuhkan. Manfaatkan kesempatan ini dan lakukan tanpa motivasi ingin dipuji/disanjung!

Apa kaitan Yesus sebagai Hamba baik yang melayani tanpa banyak bicara (Mat 12:15-23) dengan pelayanan-Nya membasuh kaki para murid-Nya yang kotor (Yoh. 13:1-30)? Ia tetap membersihkan kaki (langkah/jejak perjalanan hidup) mereka tanpa membeda-bedakan kasih walau tahu akan ada yang menyangkal maupun menjual-Nya.

Bagaimana dengan kita saat menghadapi orang yang menyakiti kita, masihkah kita mau peduli kepadanya? Kenyataannya, kita bersedia melakukan pekerjaan sosial tetapi tidak mau melepaskan jubah/gelar kebesaran juga sulit mengasihi mereka yang menyakiti kita. Di negara-negara kaya nan makmur, banyak gereja ditutup karena mereka sudah merasa cukup mendapat jaminan kesehatan dan sosial dari pemerintah. Orang dunia banyak melakukan pekerjaan sosial untuk membahagiakan orang lain tetapi Yesus tidak berhenti pada penyembuhan jasmani.

Awalnya para rasul tidak begitu mengerti akan maksud perkataan Guru mereka namun setelah Yesus mati-bangkit- naik ke Surga, mereka dipenuhi Roh Kudus, melayani menurut teladan Yesus dan memosisikan diri sebagai hamba kecuali Yudas Iskariot yang tidak mau mengerti hingga akhir hayatnya. Apa buktinya? Dalam tulisannya, mereka selalu menuliskan “Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus (Yak. 1:1); Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus (2 Ptr. 1:1); Yudas (bukan Iskariot), hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus (Yud. 1:1); Yohanes juga hamba Kristus (Why. 1:1); Rasul Paulus, hamba Kristus Yesus (Rm. 1:1; Ef. 1;1; Flp. 1:1; Tit. 1:1).

Bagaimana dengan gereja Tuhan sekarang? Ingat, dahulu kita adalah hamba dosa tetapi oleh Kristus kita dialihkan menjadi hamba Allah dan melayani Dia di Yerusalem baru untuk selama-lamanya (Why. 22:3,5).

Apakah kita memiliki hati hamba atau hati ‘bisnis’ yang penuh gejolak memikirkan untung rugi ketika memberi donasi banyak? Rasul Paulus menasihati jemaat Filipi (juga kita) yang tidak satu hati agar memiliki hati dan perasaan Kristus (Flp. 2:1-8). Dalam hidup bersama, kita hendaknya satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Seorang hamba tidak mempunyai apa-apa (pakaian/atribut kebesaran), hidup- matinya tergantung sama majikan.

Selama 3½ tahun mengikut Yesus, para murid tidak pernah mencuci kaki orang lain sebab mereka bukan hamba tetapi tamu yang diundang ke tempat perkawinan dll. Namun Yesus merendahkan diri menjadi Hamba mencuci kaki para murid-Nya dengan maksud memberikan mereka pengertian untuk saling melayani sebab sangat sulit bagi orang yang sudah senior/berkedudukan tinggi untuk “turun” menghargai orang yang lebih rendah darinya.

Aplikasi: hendaknya kita belajar rendah hati dengan mau mendengar, menyimpan Firman Tuhan dan mensyukuri karena setiap dari kita mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Roh Kudus sanggup mengubah hati yang keras menjadi hati yang taat (Yeh. 11:19) dan menaruh Firman-Nya dalam batin kita (Yer. 31:33) sehingga kita dapat berpikiran dan berperasaan seperti Yesus. Gereja mula-mula dipenuhi Roh Kudus dan mereka bersatu hati dan menganggap segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama serta peduli dengan kebutuhan orang lain (Kis. 2:44-45). Sayang, dalam perkembangannya banyak gereja kehilangan tujuan dan menjadi ajang rebutan karena merasa milik pribadi. Sering pula karena mempertahankan hak asasi kita berkelahi dan demonstrasi lalu pindah gereja. Apakah gereja semacam ini cocok hidup di Yerusalem baru jika mereka tidak berhati hamba?

Yesus telah tahu dan berbuat apa yang diketahui-Nya dengan rela tanpa dipaksa. Ia mengambil rupa Hamba yang tidak punya hak sama sekali. Ia menjadi Hamba yang taat bahkan sampai mati disalib; itu sebabnya Bapa meninggikan Dia (Flp. 2:8-9). Hendaknya kita meneladani Yesus secara utuh bukan hanya sebagian yang menonjolkan kekaguman karena mukjizat yang diperbuat-Nya kemudian menghilangkan penderitaan kematian- Nya.

Filipi 2 menjadi titik akhir sekaligus titik tolak kita menjadi hamba yang benar. Untuk itu kita harus ada kontak dengan Roh Kudus yang senantiasa mempermuliakan tutur kata dan tindak tanduk Yesus.

Setiap dari kita akan mati dengan pelbagai macam cara (karena sakit, kecelakaan, bencana dll.) tetapi Yesus dengan sengaja mengambil cara lain yaitu menjadi Hamba yang taat hingga mati disalib.

Yesus telah memberikan contoh bagaimana menjadi hamba Allah yang benar, marilah kita mengikut teladan-Nya yang penuh dengan kerendahan hati. Hal ini dapat kita lakukan bila kita memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam Dia; dengan demikian kita akan dilayakkan menjadi hamba yang kelak melayani Dia selamanya di Yerusalem baru. Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Minggu Raya - 16 Agustus 2020 - Pdt. Paulus Budiono.