PERSEMBAHAN HARUM BAGI YESUS

 

Lemah Putro, Minggu, 19 Juli, 2020

Pdt. Paulus Budiono

 

 

Shalom,

Memang kita tidak melihat Tuhan secara kasat mata karena Ia mahasuci dan mahamulia tetapi mata rohani kita dapat melihat-Nya melalui pembacaan Alkitab yang ada di tangan kita atau diperdengarkan kepada kita untuk diimani. Alkitab yang kita miliki boleh dalam pelbagai macam bahasa (Inggris, Indonesia, Mandarin dll.) tetapi mata kita yang membaca semua peristiwa yang tercantum di dalamnya meneguhkan bahwa Firman Tuhan yang disampaikan benar-benar tertulis untuk tidak diragukan kebenarannya.

Firman Tuhan kali ini bertemakan “Persembahan Harum Bagi Yesus”; sesuatu yang harum sering dikaitkan dengan wanita seperti: harumnya minyak wangi, harum/sedapnya masakan yang siap disajikan dll. Yesus juga mendapat persembahan harum dari seorang wanita. Apa yang dilakukan wanita ini? Dan apa respons kita setelah membaca dan mendengar peristiwa ini? Apakah cukup hanya sebagai pendengar yang setia beribadah walau untuk saat ini kita tidak dapat berjumpa satu sama lain?

Kita mempelajari lebih jauh tentang persembahan dari seorang wanita yang tertulis dalam Injil Yohanes 12:1-8, “Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu….Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Dalam keluarga ini (Lazarus, Marta, Maria), Maria menjadi fokus pembicaraan karena ia melakukan tindakan yang membuat seluruh rumah menjadi harum. Sayang, di tengah suasana harum tersebut timbul suasana “dagang” yang datang dari Yudas Iskariot, murid Yesus, yang langsung mengalkulasi harga minyak narwastu murni senilai 300 dinar (± Rp. 14 juta) dan menganjurkan lebih baik dijual dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin. Namun Yesus menegaskan agar membiarkan Maria melakukan hal itu untuk mengingat hari penguburan-Nya.

Peristiwa persembahan harum dari Maria tidak lagi dibicarakan setelah itu. Ketika Yesus bangkit, tidak ditulis Ia menemui Maria dan berterima kasih kepadanya juga tidak ditulis apakah Maria ada bersama rombongan waktu Yesus naik ke Surga. Apakah ini berarti persembahan Maria selesai dan tidak ada follow up-nya? Ternyata Injil Matius dan Injil Markus menuliskan bahwa perbuatan indah dari wanita ini tetap diingat di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia (Mat. 26:13; Mrk. 14:9). Tampak setelah Lazarus bangkit, Marta tidak lagi mengomel dalam pelayanan.

Introspeksi: sejauh mana gereja Tuhan telah memberitakan Injil dan mengingat persembahan harum dari Maria? Yesus menyuruh kita memberitakan Injil sampai ke seluruh bumi dan barangsiapa percaya akan selamat (Mrk. 16:15-16). Apa yang mengharumkan ibadah kita? Juga mengharumkan kehidupan nikah dan rumah tangga kita? Masihkah kita tekun membaca Injil dari pasal ke pasal terlebih saat-saat ini ketika ibadah dilakukan via online dan tidak semua jemaat dapat mengikutinya?

Mengapa kitab-kitab lain (Kitab para Rasul – Wahyu) tidak menyinggung perbuatan Maria? Apakah para rasul lupa dengan omongan Yesus? Maria sendiri tidak tahu Yesus (yang mengasihi keluarganya) akan mati disalib juga para murid Yesus menganggap tidak mungkin terjadi ketika Yesus memberitahu sengsara yang akan dihadapi-Nya.

Perhatikan, jangan mencampuradukkan Maria, saudara Lazarus, dengan wanita berdosa yang juga mengurapi kaki Yesus dan disuruh pergi karena imannya telah menyelamatkannya (Luk. 7:36-50).

Mengapa Yesus membela Maria dan tindakannya mengurapi Yesus supaya tidak diusik? Sebab Yesus mati untuk Maria, untuk para murid kecuali yang menolak itulah Yudas Iskariot yang memilih jalan hidup sendiri juga bagi semua yang percaya kepada-Nya untuk beroleh keselamatan kemudian bertugas memberitakan Injil.

Sikap apa yang dimiliki Maria sehingga Yesus mengasihi dia (juga keluarganya)? Tentu Yesus mengasihi Lazarus, Marta dan Maria sudah cukup lama; tidak mungkin tiba-tiba Ia mengatakan perbuatan Maria baik sebab Ia sudah mempunyai pengalaman dengan sikap Maria.

  • Maria sangat menghargai perkataan Yesus dan duduk dekat kaki-Nya untuk terus mendengarkan-Nya (Luk. 10:39). Beda dengan Marta sebagai wanita yang sibuk melayani (tamu) Yesus dan murid-murid-Nya dengan baik. Namun sayang, Marta mengomel melihat Maria cuma duduk sementara dia dibiarkan melayani sendirian (ay. 40).

Apa respons Yesus terhadap omelan Marta? Yesus justru membela Maria yang telah memilih yang terbaik dan tidak akan diambil darinya (ay. 42) serta menegur Marta yang khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara (ay. 41). Terbukti Maria mempunyai hubungan pribadi langsung dengan Firman yang hidup dan kekal.

Waspada, Tuhan tidak suka kita sibuk dalam pelayanan tetapi banyak mengomel oleh sebab tidak menghargai Firman-Nya. Kita harus memilih menghargai Firman Tuhan lebih daripada kesibukan-kesibukan gerejani apalagi disertai dengan banyak omelan.

Apakah hati kita penuh dengan Firman Tuhan yang tidak dapat direbut oleh si jahat atau hati kita menyimpan pelbagai ilustrasi dan filosofi dunia kemudian mengecilkan Yesus? Maria memiliki relasi penting dengan Yesus di tengah-tengah kesibukan pelayanan. Dengan kata lain Firman Tuhan harus berada di atas segala kesibukan pelayanan kita.

  • Mendengar Yesus datang ke Betania setelah Lazarus mati empat hari, Maria pergi mendapatkan Yesus dalam perjalanan dan tersungkur/sujud menyembah di depan kaki-Nya serta mengatakan perkataan yang sama seperti Marta, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (Yoh. 11:32, 21).

Dua sosok wanita berbeda – yang satu (Marta) penuh dengan kegiatan tetapi tidak menghargai Firman Tuhan sementara yang lain (Maria) tidak banyak omong tetapi langsung sujud menyembah. Sekalipun keduanya mengatakan perkataan sama, Marta menganggap Yesus hanyalah Seorang utusan dan dia sekadar berbicara tentang Firman Tuhan tentang kebangkitan pada akhir zaman yang telah didengarnya. Marta tidak percaya bahwa Yesus memiliki kuasa kehidupan. Sementara itu Maria langsung menyembah Yesus dan terjadilah penyahutan doa juga penghapusan kematian alias kebangkitan terjadi. Mukjizat kebangkitan yang dilakukan Yesus membuat orang-orang percaya kepada-Nya.

Introspeksi: iman macam apa yang kita miliki? Bagaimana dengan doa kita, apakah kita banyak menuntut agar Tuhan menuruti apa yang kita inginkan? Tuhan berdaulat sepenuhnya, jangan menuntut dan mendikte Dia; jika tidak dikabulkan kita kemudian marah. Jangan pula berdoa untuk kepentingan diri sendiri tetapi keperluan orang lain juga!

  • Tanpa banyak omong Maria mempersembahkan/berkurban minyak narwastu dan meminyaki kaki Yesus serta menyekanya dengan rambutnya; bau minyak itu semerbak mengharumkan seluruh rumah. Memang minyak narwastu mengeluarkan bau harum tetapi keharuman di sini dikaitkan dengan kaki Yesus. Ironis, Yudas Iskariot yang tidak berkurban malah banyak bicara bahkan ia adalah pencuri uang dari kas persembahan yang

Aplikasi: dalam berkurban hendaknya kita selalu mengaitkannya dengan kurban Kristus dan melakukannya tanpa gembar-gembor untuk diketahui orang karena sudah berkurban banyak karena tindakan semacam ini mencuri kemuliaan Tuhan. Terlebih parah, jangan banyak mengomel padahal tidak berkurban seperti dilakukan oleh Yudas Iskariot atau berkurban tetapi ada motivasi tersembunyi di baliknya.

Perhatikan, tindakan mendengarkan perkataan (Firman) Yesus, sujud menyembah yang dilakukan Maria masih bersifat personal/pribadi tetapi kebangkitan Lazarus dan aksi tindakan Maria mempersembahkan minyak narwastu berdampak lebih luas – perbuatannya diingat orang di mana pun Injil diberitakan.

Apa dampak perbuatan Maria bagi kita sekarang? Yesus mengatakan, “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yoh. 12:32) Ingat, segala kurban yang kita persembahkan harus dikaitkan dengan kurban Kristus bukan sekadar kegiatan amal dan pekerjaan sosial semata seperti dilakukan oleh dunia saat bencana alam menimpa. Bantuan pangan dan keperluan sehari-hari bagi masyarakat yang membutuhkan sudah melanda seluruh dunia dan dilakukan berdasarkan filosofi dan budayanya masing-masing tetapi Yesus mau semua kegiatan baik ini dikaitkan dengan penguburan-Nya.

Mengapa semua aktivitas dan kurban (pikiran, uang, tenaga, perasaan dll.) kita harus dikaitkan dengan kurban Kristus? Kalau lepas dari kurban Kristus, semua persembahan kita sama dengan pekerjaan sosial walau ini baik tetapi tidak mengandung keselamatan.

Bagaimanapun juga tidak semua persembahan kurban diperkenan Tuhan, contoh:

  • Saat Yudas Iskariot yang menjual Yesus seharga 30 perak melihat Gurunya dijatuhi hukuman mati, menyesallah Lalu ia mengembalikan uang tersebut kepada imam-imam kepala dan tua-tua sambil mengaku bahwa ia berdosa telah menyerahkan darah orang yang tak bersalah (Mat. 27:3-4). Terbukti uang tidak dapat memuaskan Yudas Iskariot, dia melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci lalu pergi menggantung diri (ay. 5).
  • Kurban dari Ananias dan Safaria hasil penjualan sebidang tanah tidak diterima oleh Rasul Petrus sebab mereka telah mendustai Roh Kudus. Akibatnya, mereka berdua mati saat itu juga (Kis. 5:1-10).
  • Simon, tukang sihir, berusaha membeli kuasa Roh Kudus dari Rasul Petrus dan Rasul Yohanes supaya ketika dia menumpangkan tangan di atas seseorang, orang itu boleh menerima Roh Kudus (Kis. 8:14-20). Namun Petrus menegur keras, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau karena engkau menyangka bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan ” (Kis. 8;14-20)

Perhatikan, Tuhan tidak dapat “disogok” dengan persepuluhan maupun persembahan tatangan yang berasal dari uang tidak halal/benar. Jangan pula bangga melayani Tuhan karena telah banyak berkurban!

Alkitab juga mencatat persembahan kurban yang diterima, antara lain:

  • Di era gereja mula-mula, 000 orang bertobat (Kis. 2:41) dan di dalamnya banyak jemaat yang kurang/tidak mampu. Mereka semua bersatu dan menganggap segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (ay. 44-45; 4:32). Para rasul selalu bersaksi tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia melimpah-limpah (Kis. 4:33). Dengan kata lain, berita tentang kurban Kristus menjadi landasan/dasar jemaat berkurban dan peduli satu sama lain.

Aplikasi: hendaknya kita mengingat Yesus mengurbankan nyawa-Nya untuk dosa dan pelanggaran kita; dengan demikian kita dapat berkurban dengan tulus dan rela.

  • Karena penganiayaan, orang-orang percaya menyebar dan memberitakan Injil sampai ke Fenisia, Siprus, dan Antiokhia. Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. Seorang dari mereka yang bernama Agabus bernubuat bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan besar. Lalu murid-murid memutuskan mengumpulkan sumbangan sesuai kemampuan mereka dan mengirimkannya kepada saudara- saudara yang diam di Yudea (Kis. 11:27-29).

Gereja harus berdiri di atas kurban Kristus bukan sekadar gereja sosial atau gereja agama! Jangan gereja menjadi harum karena hebatnya pendeta kemudian Yesusnya hilang!

  • Jemaat Makedonia yang miskin tetapi kaya dalam kemurahan ikut berkurban dalam pelayanan kasih kepada orang-orang kudus di Yerusalem (Kis. 8:1-5).
  • Jemaat Korintus yang dahulu miskin kemudian menjadi kaya tetapi sangat pelit dalam berkurban sementara jemaat Filipi berulang-ulang memberikan bantuan kepada Rasul Paulus sehingga Paulus mengatakan bahwa persembahan mereka harum yang disukai dan diperkenan Allah (Flp. 4:15-18).

Keharuman apa yang kita berikan? Rasul Paulus mengatakan bahwa kita menyebarkan bau keharuman bagi mereka yang diselamatkan tetapi bau kematian bagi mereka yang binasa (2 Kor. 2:14-17). Hati-hati, mimbar harus menyampaikan Firman Tuhan yang murni bukan untuk mencari keuntungan pribadi.

Lebih lanjut Rasul Paulus menasihati supaya kita menjadi penurut Allah, hidup dalam kasih sebagaimana Kristus mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah (Ef. 5:1-2). Jelas, kurban Kristus menjadi fondasi dalam seluruh kegiatan dan persembahan kita sebab di dalam kurban-Nya ada pengampunan sehingga kita terhindar dari konflik dan pertengkaran dengan sesama.

Marilah kita tekun mendengarkan Firman Allah tanpa banyak mengomel, berdoa tanpa banyak menuntut, berkurban tanpa motivasi keuntungan pribadi tetapi semua ini kita lakukan berlandaskan kurban Kristus maka kita akan menyebarkan bau harum yang diperkenan Allah dan disukai sesama. Amin.

 

Video: Ibadah Minggu Raya - 19 Juli 2020 - Pdt. Paulus Budiono.