YESUS ADALAH KEBANGKITAN DAN HIDUP


Lemah Putro, Minggu, 5 Juli 2020

Pdm. Jusak Pundiono

 

Shalom,

Ibadah online kita saat ini memasuki new normal; ada banyak penderitaan dan kedukaan telah kita dengar dan alami namun percayalah semua peristiwa yang terjadi ada di dalam kendali Tuhan, Sang Pencipta alam semesta termasuk manusia, dan yakinlah bahwa semua akan indah pada waktunya.

Tuhan tetap memberikan penghiburan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya melalui perenungan Firman- Nya pagi ini yang diambil dari Yohanes 11:1-44. Sebelumnya, Yesus menampilkan diri sebagai Gembala baik yang memberikan nyawa-Nya supaya kita hidup (Yoh. 10:11). Kepada orang yang digembalakan oleh-Nya, Yesus mengatakan,Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku tidak akan mati selama-lamanya..” (Yoh. 11:25-26).

Siapa yang memimpin kita menghadapi hari esok? Siapa yang menjadi subjek dan objeknya?

Yesus adalah satu- satunya subjek sebab Ia sudah mati-bangkit-hidup dan menyatakannya dengan jelas kepada kita (objek) bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup. Oleh sebab itu kita perlu memandang-Nya dari sudut iman yang tepat, benar dan normal dalam menghadapi masalah yang terjadi, yaitu:

• Percaya bahwa hak penyelesaian masalah ada pada Yesus (Yoh. 11:1-17).
Kita sering dengar dan bicara mengenai hak asasi manusia tetapi tahukah kita bahwa hak penyelesaian masalah bahkan hak hidup kita ada pada Yesus sebab Ia adalah kebangkitan dan hidup? Melalui masalah pandemi COVID-19, kita belajar/berlatih dan menyadari bahwa tidak ada satu pun kekuatan dan kemampuan di dunia ini dapat menyelesaikan permasalahan ini. Dalam suasana mencekam ini, ada yang Tuhan lindungi dan pelihara untuk tetap hidup bukan karena dia orang percaya atau orang baik. Biarlah kita serahkan hak hidup kita kepada Dia yang mengatur segala sesuatu. Kalaupun orang percaya yang kita kasihi dipanggil Tuhan melalui suatu penyakit atau COVID-19, hak hidup yang ada di tangan-Nya tidak dapat direnggut oleh kekuatan apa pun dan siapa pun tetapi supaya Nama Anak Allah dipermuliakan (Yoh 11:4).

Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah Firman yang menjadi manusia (Yoh. 1:14). Ia – Sang Firman – telah ada di dalam kekekalan dan tanpa-Nya tidak ada sesuatu pun tercipta. Ia menyatakan diri-Nya melalui segala benda dan makhluk ciptaan-Nya. Ia juga menciptakan manusia dan ketika mereka jatuh dalam dosa Ia menyatakan kasih-Nya secara khusus dengan mati disalib. Ia bertanggung jawab sepenuhnya dan tahu dengan detail manusia yang diciptakan-Nya. Ia juga tahu dengan persis segala masalah yang kita hadapi. Contoh: tanpa diberitahu oleh siapa pun, Yesus tahu kapan Lazarus yang sakit akan mati dan akan dibangkitkan oleh-Nya (ay. 11). Di hadapan Yesus yang ditandai kebangkitan dan hidup, Gembala yang memegang nyawa di tangan-Nya dan Firman yang menciptakan segala sesuatu, segala macam masalah bahkan kengerian akan kematian bagaikan “tidur”. Dan Ia menyelesaikan masalah menurut waktu-Nya; oleh sebab itu serahkan segala masalah bahkan hak hidup kita kepada-Nya, jangan kita pegang sendiri karena kita akan tetap dililit oleh masalah.

Perhatikan, Yesus mengasihi manusia tanpa tergantung/terikat oleh masalah kita seperti Ia mengasihi (v Agapao) Marta, Maria dan Lazarus (Yoh. 11:5-7). Beda dengan kasih yang diinfokan oleh Maria dan Marta kepada Yesus tentang Lazarus yang dikasihi-Nya (v phileo; ay. 3). Terbukti kasih sehebat apa pun yang dimiliki manusia hanyalah setingkat phileo sedangkan kasih Agape datang dari Sang Pencipta langit bumi kepada manusia berdosa yang tidak layak menerimanya. Contoh: ketika kita berdoa kepada Tuhan atau mengasihi keluarga dan teman hanyalah selevel phileo; jauh berbeda dengan Allah yang telah memilih kita sebelum dunia dijadikan dengan kasih agape. Itu sebabnya serahkan hak penyelesaian masalah kita kepada Yesus yang terus bekerja dengan agapao-Nya bukan kepada manusia yang hanya memiliki simpati dan penghiburan setingkat phileo (itupun untuk kepentingan diri sendiri). Contoh: Petrus mengasihi (phileo; Yoh. 21:17) Yesus dan berakhir dengan penyangkalan. Jangan pernah meragukan pekerjaan kasih (Agapao) Yesus dalam menghadapi masalah kecil atau besar sebab semua masalah yang diizinkan terjadi selalu dalam cakupan Agapao-Nya termasuk pertolongan-Nya kepada kita.

Apa bukti Yesus mengasihi (Agapao) keluarga Lazarus? Ia rela mengambil risiko dilempari batu, ditangkap bahkan dibunuh oleh orang-orang Yahudi jika kembali ke kota Betania (ay. 8). Agapao memiliki hak hidup manusia juga menyelesaikan masalah secara tuntas! Bukankah kasih Agape (n) telah dibuktikan Allah dengan mengutus Anaknya, Yesus, ke dunia untuk menderita sejak lahir hingga mati disalib?

Lebih lanjut Yesus mengajar para murid-Nya untuk belajar percaya bahwa Ia melakukan pekerjaan kasih Agapao di luar jangkauan manusia dengan pergi ke Betania apa pun risikonya (ay. 15).

Aplikasi: hendaknya kita memiliki iman yang mengarah pada kasih Agape, dibuktikan dengan hati yang tidak meragukan pekerjaan Agapao Yesus serta sabar menunggu waktu-Nya dalam menyelesaikan masalah.

Perlu diketahui, Yesus memiliki waktu-Nya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Ia tahu Lazarus sudah mati di dalam kubur empat hari lamanya (ay. 16-17). Para murid (juga kita) belajar memiliki hati taat dengan mengikuti cara Agapao Yesus walau terkesan lambat dan berisiko menghadapi ancaman kematian.

• Percaya bahwa progres/kemajuan penyelesaian masalah sedang dikerjakan oleh Yesus (ay. 18- 38a).
Dengan membandingkan ayat 17 dengan ayat 4, kita mengetahui adanya progres yang sedang terjadi. Sejak awal, Yesus sedang mengerjakan penyelesaian masalah walau sepertinya Ia “membiarkan” peristiwa tersebut dan tetap santai tidak segera bertindak cepat padahal situasinya gawat. Tahukah bahwa sejak Allah menciptakan manusia Ia bertanggung jawab penuh atas mereka dan terus bekerja di dalam kasih Agapao- Nya apa pun yang terjadi? Ia sangat tahu dan memahami segala macam masalah bahkan yang mengerikan yang dialami oleh manusia (kecelakaan maut, penyakit yang mematikan, mati syahid dll.). Agapao-Nya mengendalikan segala sesuatu dan tidak pernah salah dalam mengizinkan peristiwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita.

Bagaimanapun juga, dengan kasih phileo yang kita miliki (jauh berbeda dengan Agapao Allah), ada bagian- bagian yang harus kita kerjakan sementara Yesus mengerjakan bagian-Nya dalam menyelesaikan masalah, yaitu: Lazarus tinggal di Betania dekat Yerusalem (ay. 18) sebagai pusat ibadah maka ia pasti rajin dan setia beribadah, paling sedikit ikut merayakan tiga kali ibadah besar (Paskah, Pentakosta, Pondok Daun) juga mempersembahkan kurban sesuai Taurat di Bait Allah.

Aplikasi: dengan phileo yang kita miliki, kita melakukan kewajiban beribadah, pelayanan dan berkurban dengan sungguh-sungguh. Kita harus meningkatkan phileo kita bukan lagi bagi kepentingan diri sendiri tetapi bagi sesama dan bagi Allah. Namun jangan kemudian kesetiaan, ketekunan, kerajinan dalam beribadah dan pelayanan serta berkurban membuat kita seolah-olah mempunyai hak untuk meminta Yesus mempercepat penyelesaian masalah kita.

Kasih phileo yang dimiliki oleh sahabat-sahabat keluarga Lazarus hanya menghibur dan menolong sebatas kemampuan mereka (ay. 19). Perhatikan, kita tidak dapat mengandalkan kasih phileo dari keluarga, sanak saudara dan sahabat kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Lalu kepada siapa kita harus mengandalkan untuk beroleh pertolongan dan bagaimana caranya?

Ketika mendengar Yesus datang ke Betania, Marta pergi mendapatkan-Nya (ay. 20). Jelas, dengan keseriusan phileo (yang terbatas), kita pergi mendapatkan Yesus yang hadir dengan Agapao-Nya walau tampak sudah terlambat. Ingat, waktu ada di dalam tangan-Nya – kapan pun dan apa pun keadaannya.

Sepertinya Marta dan Maria mengandalkan Yesus tetapi patut diwaspadai karena dengan phileo yang mereka miliki mereka mau mengatur waktu penyelesaian masalah. Buktinya? Marta dan Maria mengatakan, “Sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay. 21, 32b).

Aplikasi: ketika datang sujud di hadapan Tuhan, jangan kita dengan pemikiran phileo yang serba terbatas mencoba mengatur Tuhan dengan mengemukakan banyak alasan “sekiranya/seandainya”.

Yesus menegaskan Lazarus akan bangkit dan Marta menjawab bahwa saudaranya akan bangkit pada akhir zaman (ay. 24). Marta mempunyai pengetahuan tentang kebangkitan pada akhir zaman tetapi bukan iman seperti ini yang Yesus inginkan. Kemudian Yesus melanjutkan, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati…Percayakah engkau akan hal ini?” (ay. 25-26) Yesus ingin iman Marta dibuktikan dengan hati yang yakin bahwa pada saat masalah datang, pada saat itu pula kuasa pertolongan-Nya sedang bekerja (bnd. 1 Kor. 10:13).

Introspeksi: percayakah bahwa Tuhan pemegang hak penyelesaian masalah kita? Dan Ia berkuasa menolong kita sejak masalah itu datang hingga selesai dengan tuntas? Jangan pengetahuan akan masa depan, kebangkitan orang mati, doktrin-doktrin dan hari kedatangan Tuhan hanya sebatas teori tidak keluar dari hati yang percaya sepenuhnya kepada Yesus; akibatnya, “iman” kita sama dengan “iman” yang dimiliki oleh Marta saat menghadapi masalah.

Yesus mengetahui dengan persis karakter kita: tidak sabaran, lamban, cengeng, cekatan dan merasa mampu mengatasi dengan kekuatan sendiri dst. Bagaimana dengan karakter Marta dan Maria? Ternyata personality mereka berbeda juga body language/ gesturnya. Begitu mendapatkan Yesus, Marta spontan membicarakan masalahnya (ay. 21) sementara Maria langsung tersungkur di depan kaki Yesus ketika bertemu dengan-Nya (ay. 32) tetapi Yesus memerhatikan hati mereka yaitu pergi mendapatkan Dia (ay. 20,29).

Implikasi: setiap dari kita memiliki kepribadian dan gestur/aksi tubuh beda-beda; untuk itu kita tidak perlu meniru (copy-paste) gestur orang lain seperti: meniru gaya angkat tangan, gaya berdoa dan menyanyi dsb. Hendaknya gestur kita merupakan ekspresi dari hati yang jujur dan rindu mendapatkan Yesus bukan melakukan liturgi secara Taurat atau show kepada manusia. Tahukah gestur orang yang gelisah terlilit masalah akan beda dengan gestur orang yang percaya masalahnya ditolong oleh Tuhan?

Muncul komentar dari orang Yahudi tentang kasih (phileo) Yesus kepada Lazarus juga komentar bernadakan hoaks yang melemahkan iman (ay. 35-37). Jangan mudah termakan dengan kesaksian-kesaksian spektakuler tetapi mengandung hoaks rohani! Kesaksian yang dialami oleh seseorang itu bersifat pribadi dan tidak berlaku sama pada semua orang. Ekspresikan dari hati, iman disertai gestur yang baik melalui perkataan dan perilaku kita serta buang semua hoaks rohani yang tidak berguna!

• Percaya bahwa Firman Yesus yang keras mampu menyelesaikan masalah (ay. 38b-44).
“Yesus adalah kebangkitan dan hidup” bukan sekadar moto tetapi Yesus mau meyakinkan Marta agar percaya akan perkataan-Nya untuk melihat kemuliaan Allah (ay. 40).

Secara tradisi, kuburan orang Yahudi berbentuk gua dan mayat dimasukkan ke dalamnya lalu ditutup dengan batu (ay. 38). Ini menggambarkan cara duniawi (bukan dengan kuasa kebangkitan dan hidup) dalam menguburkan masalah-masalah yang tak terselesaikan. Misal: dalam menyelesaikan masalah keuangan timbul istilah “gali lubang tutup lubang”. Akibatnya, kalau dibongkar “baunya sangat busuk menyengat” tidak memuliakan Allah.

Apa yang dilakukan Yesus dalam membongkar tradisi-tradisi duniawi?
Setelah mengucap syukur kepada Bapa (dengan nada biasa), Yesus berseru dengan keras (menghadapi batu tradisi) menyuruh Lazarus keluar dari kuburan (ay. 41-43).
Diperlukan (teguran) Firman Tuhan yang keras (tetap dalam Agapao-Nya) untuk membongkar praktik-praktik duniawi dalam menyelesaikan suatu masalah.

Aplikasi: hendaknya kita selalu mengucap syukur dalam menghadapi masalah apa pun karena percaya kita berada di dalam tangan-Nya sebab tergembala oleh-Nya (Yoh. 10:26,29). Kita juga harus rela membuka telinga untuk mendengarkan Firman Tuhan yang keras dan tindakan tegas dalam membongkar cara menguburkan masalah menurut tradisi duniawi. Baca Alkitab secara utuh (Kitab Kejadian – Wahyu) dan introspeksi apa yang telah kita perbuat juga mengantisipasi dengan kuasa kebangkitan oleh Firman yang hidup sebelum masalah datang.

Heran, Yesus tetap memanggil nama Lazarus yang sudah mati empat hari dan berbau busuk. Ia ingat nama Lazarus sebelum sakit – saat sakit – sudah mati sebab Ia mengenal domba-Nya apapun masalah yang dihadapinya (bnd. Yoh. 10:3,27-28).

Introspeksi: apakah Tuhan mengenal nama kita karena kita adalah domba yang tergembala oleh-Nya? Yesus dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30), tidak ada seorang pun dapat merebut kita dari tangan Bapa dan Yesus (ay. 28-29).

Yesus melibatkan orang-orang untuk membuka kain kafan yang mengikat kaki dan tangan Lazarus juga kain peluh yang menutup mukanya (ay. 44). Ada saatnya kita membutuhkan bantuan dari manusia dan Tuhan sendiri yang menggerakkan seseorang untuk menolong kita sehingga kita terbebas dan makin percaya kepada- Nya. Jangan kita mencari manusia dahulu dan bukan Tuhan, ini terbalik.

Percayakah kita bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup? Datanglah kepada-Nya, katakan dengan jujur segala masalah kita, serahkan kepada-Nya dan percayalah bahwa Ia sanggup menyelesaikan masalah kita menurut waktu-Nya. Terimalah teguran keras Firman-Nya yang sanggup merobohkan (batu) tradisi duniawi dalam menyelesaikan masalah dan belajarlah senantiasa mengucap syukur dalam kondisi apa pun. Dengan demikian Nama Anak Allah dipermuliakan. Amin.

 

Video Ibadah selengkapnya di Ibadah Minggu Raya - 05 Juli 2020 - Pdm. Jusak Pundiono.