PENINGKATAN IMAN OLEH FIRMAN


Lemah Putro, Minggu, 5 April, 2020
Pdt. Paulus Budiono

 

Shalom,

Ketika bersekolah, kita mendapatkan pembelajaran dari tingkat pendidikan paling rendah meningkat ke jenjang lebih tinggi dari tahun ke tahun dengan materi makin berbobot hingga kita lulus. Demikian pula dalam beribadah, Firman Tuhan yang kita dengar dan renungkan dari hari ke hari seharusnya membuat kita makin percaya kepada Tuhan dan iman kita makin bertumbuh. Dengan demikian, kita tidak akan meragukan bahwa setiap ayat yang tercantum dalam Alkitab adalah Firman Tuhan. Sayangnya, kita sering tidak membaca ayat secara keseluruhan tetapi mencomot ayat tertentu dan menggabungkan dengan ayat lain (terkesan dipaksakan) dipakai untuk menguatkan iman terutama saat-saat ini dalam menghadapi keganasan corona juga penanganan medis yang bersinggungan dengan kematian tragis. Ilustrasi: banyak sekali info di medsos menawarkan cara terbaik untuk mencegah terinfeksi COVIC-19 dengan mengonsumsi obat dan vitamin, melakukan pola hidup sehat dengan olah raga dan berjemur yang malah membuat kita tambah bingung karena terlalu banyak pilihan yang disodorkan.

Introspeksi: kita telah mempelajari Injil Yohanes sekitar empat bulan dimulai dari Yohanes pasal 1, sejauh mana iman kita meningkat? Sama seperti murid sekolah, setelah mempelajari beberapa bab mereka diberi tes untuk mengetahui seberapa jauh mereka menguasai materi yang sudah diberikan. Harus diakui, anak, orang muda, orang tua berbeda dalam menangkap pemberitaan Firman Tuhan dan memercayainya.

Bagaimana cara kita beroleh peningkatan iman yang memberikan pengharapan kepada kita? Yohanes 4:46-54 menuliskan, “Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan, hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.”

Kota Kana di mana Yesus mengadakan mukjizat pertama yaitu air menjadi anggur (Yoh. 2:11) disinggung kembali dan dikatakan di sini Ia membuat mukjizat kedua kalinya. Benarkah Yesus hanya membuat mukjizat dua kali selama itu? Sesungguhnya Ia telah membuat banyak mukjizat, buktinya ketika Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea menyambut-Nya karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem selama hari raya Paskah (Yoh. 2:23-25).

Firman Tuhan yang dirunut dari pasal ke pasal layak kita ikuti dan percayai untuk meningkatkan iman; jangan cepat berpindah mencari ayat-ayat lain yang dianggap lebih ‘manjur’. Contoh: kita mengklaim janji Tuhan melalui ayat dari seorang hamba Tuhan, ketika tidak segera terbukti kita mencari hamba Tuhan lain yang dianggap mampu memberikan ayat yang lebih ‘ampuh’ dst. Tindakan semacam ini membuat iman kita kacau.

Yesus menegur sikap pegawai istana (ayah yang lagi mengkhawatirkan kondisi anaknya) yang sama seperti sikap orang banyak yang tidak percaya jika tidak melihat mukjizat. Ini berarti banyak orang mengikut Yesus karena mau melihat mukjizat (fisik) yang dilakukan-Nya seperti melihat penumpangan tangan-Nya dan kesembuhan terjadi, melihat roh jahat keluar dari orang yang kerasukan setan dll. Yesus menilai iman seperti ini sangat rapuh dan menyamakan-Nya seperti orang yang praktik perdukunan.

Mengapa Rasul Yohanes menulis kisah ini merupakan mukjizat kedua kali yang dilakukan Yesus? Untuk menekankan adanya kemajuan/peningkatan. Ilustrasi: ketika mempelajari materi pelajaran di sekolah, kita memulai dari bab satu dilanjutkan bab dua dengan materi lebih berbobot untuk menunjukkan adanya progress/kemajuan tanpa melupakan bab sebelumnya yang sudah kita kuasai.

Bila kita memerhatikan lebih cermat, tanda/mukjizat pertama dan kedua ada kemiripannya. Pada perjamuan kawin di Kana, Yesus tidak langsung mengadakan mukjizat tetapi bersabda, “Saat-Ku belum tiba.” (Yoh. 2:4) Namun Maria memercayai perkataan-Nya lalu menyuruh para pelayan untuk melakukan apa yang dikatakan Yesus. Mereka mempraktikkan perintah Yesus berakhir dengan sukacita penuh.

Bagaimana kita merespons janji Firman Tuhan yang belum terwujudkan? Masihkah kita percaya kepada-Nya? Kalau mengikut Tuhan dan menuntut mukjizat, kita salah arah. Ingat, Firman Tuhan itu “ya” dan “amin” dan Ia tidak pernah lalai menepati janji-Nya (2 Ptr. 3:9a).

Yesus menegur pegawai istana yang meminta Dia datang ke rumahnya untuk mengadakan mukjizat kesembuhan. Tindakan pegawai istana ini dapat dimengerti karena ini merupakan awal pengenalannya dengan Yesus tetapi sebenarnya dia sudah mempunyai benih iman. Apakah kita yang sudah mengalami mukjizat pertama (pemulihan nikah) tidak memercayai perkataan Firman-nya tetapi masih menuntut mukjizat (fisik) untuk pemulihan keluarga?

Perlu diketahui peningkatan iman dapat terjadi pada siapa saja – orang sederhana, orang berkedudukan tinggi; orang kaya, orang miskin; orang dewasa, anak kecil dst. Pegawai istana ini tidak tersinggung dengan teguran Yesus walau dia memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan. Yesus ingin mengubah pandangan dan niat pegawai istana ini agar tidak fokus hanya pada mukjizat. Terbukti pegawai ini percaya akan perkataan-Nya walau awalnya diliputi rasa cemas, dia menurut pulang dan percaya anaknya pasti ditolong oleh-Nya. Jika sebelumnya pegawai ini hanya mendengar sepak terjang Yesus dari orang banyak, kini dia sendiri mengalami perjumpaan dengan Yesus dan terjadilah peningkatan iman.

Introspeksi: apa motivasi kita datang kepada Yesus? Kalau meminta mukjizat kesembuhan, pemulihan masalah nikah, rumah tangga, pekerjaan dll., kita tidak akan fokus pada Firman-Nya. Sebaliknya, bila kita mengalami pemulihan dalam segala macam masalah oleh sebab Firman, kita akan makin mencintai Firman-nya. Masalahnya, apakah kita (orang tua, kepala rumah tangga) setelah mendengar perintah Firman Tuhan bersedia melakukannya atau menunda bahkan mengabaikannya?

Bukankah orang tua sering cemas menghadapi penyakit “demam” – kondisi pikiran dan emosi yang masih labil – yang diderita oleh anaknya? Jelas, mereka masih membutuhkan bimbingan orang tua untuk dapat mengendalikan emosi yang meluap-luap. Bagaimana orang tua menangani masalah ini? Apakah mencampuradukkan Firman Tuhan dengan budaya dan sifat otoriter orang tua yang malah membuat si anak tambah “demam”?

Pegawai istana ini masih di tengah jalan ketika melihat para hambanya datang menyambut dia penuh sukacita dan melaporkan bahwa anaknya telah sembuh. Mirip dengan mukjizat pertama di Kana yang mana Yesus memakai para pelayan, di sini para hamba yang peduli dengan kondisi tuannya juga menyaksikan mukjizat. Kondisi rumah tangga yang sehat membuat orang-orang di rumah juga merasakan sukacita. Kemudian pegawai istana ini bertanya kapan anaknya sembuh, ternyata tepat saat Yesus mengatakan, “Pergilah, anakmu hidup!” Terbukti pemulihan terjadi persis saat pegawai istana ini percaya akan perkataan Yesus dan pulang walau untuk mengetahui kebenarannya dia harus menunggu waktu satu hari setelah ketemu para hambanya.

Introspeksi: masihkah kita ingat akan Firman Tuhan dan melakukannya saat iman kita sedang diuji? Atau kita lupa karena lebih kepikiran dengan masalah yang sedang dihadapi? Umumnya, orang dapat melakukan Firman karena ada tanda kerendahan hati pada orang tersebut dan Tuhan mengenal hati manusia (Yoh. 1:25). Jujur, kita sering lupa akan Firman Tuhan tetapi adanya Alkitab sangat membantu kita untuk mengingat kembali ayat-ayat yang menguatkan iman kita. Jangan bergantung sepenuhnya pada penjabaran dari gembala dan penatua terutama seizin Tuhan saat-saat ini kita hanya beribadah via live streaming karena maraknya penyebaran COVID-19. Gereja mula-mula bertekun dalam pengajaran rasul-rasul di rumah dan imannya tumbuh.

Ayah bertanggung jawab terhadap kehidupan rohani anaknya dengan peduli dan merawatnya. Ketika seizin Tuhan si anak sakit, ayah segera datang kepada-Nya dan percaya akan Firman-Nya maka saat itu pula pemulihan terjadi, Tuhan memberikan kekuatan dan menyediakan pengharapan. Dukungan orang dalam (rumah) sangat diperlukan agar iman kita makin meningkat. Ada kalanya kisah di Alkitab menonjolkan peran seorang ibu, seorang ayah, seorang anak dst. tetapi semuanya itu bertujuan sama yaitu meningkatkan iman.

Iman yang meningkat akan melebar berdampak kepada orang lain. Tentu pegawai ini tidak diam dengan mukjizat kesembuhan anaknya tetapi bersaksi kepada orang-orang di istana; anaknya juga merasakan kepedulian ayahnya dan para hambanya hormat kepadanya karena mereka dipercaya olehnya.

Pegawai istana ini dan seluruh keluarganya percaya. Kisah ini terjadi sebelum Rasul Petrus dan Rasul Paulus memberitakan Injil membuat orang dan seisi keluarganya percaya (Kis. 2:37-39,41; 16:33-34). Jelas, iman yang bertumbuh tidak berpusat pada keselamatan diri sendiri. Iman pegawai istana itu makin diteguhkan ketika mendengar kesaksian para hambanya yang melihat kesembuhan anaknya.

Marilah kita meningkatkan iman dengan cepat merespons Firman Tuhan dan melakukannya tanpa harus menunggu terjadi mukjizat lebih dahulu baru memercayainya sebab begitu kita percaya dan melakukan Firman, saat itu pula mukjizat terjadi. Ingat, Tuhan tidak dibatasi dengan waktu, misal: begitu Ia berfirman, “Jadilah terang” seketika itu pula terciptalah terang. Pastikan iman kita tidak bertumbuh sendirian tetapi berdampak pada keluarga dan teman-teman di sekitar juga ikut percaya Tuhan melalui kesaksian hidup kita. Amin.

 

Video selengkapnya dapat disimak di Ibadah Minggu Raya - 5 April 2020 - Pdt. Paulus Budiono.