ADAKAH PEMBERIAN KITA BERKENAN DI HATI TUHAN?

Lemah Putro, Minggu, 5 Januari 2020
Pdt. Paulus Budiono


Shalom,

Tuhan telah mencurahkan berkat-Nya (keselamatan, napas kehidupan, kesehatan, kekuatan menghadapi tantangan hidup dll.) sepanjang tahun 2019. Apa yang sudah kita berikan kepada-Nya sebagai ucapan syukur atas pengayoman dan pemeliharaan-Nya? Apakah kita melewatkan banyak kesempatan dengan tidak memberi persembahan syukur kepada-Nya? Atau kita bangga sudah berkurban banyak serta aktif dalam pelayanan?

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain tetapi saling membutuhkan dan berinteraksi yang ditandai dengan “take and give”. Ada banyak cara untuk memberi dan diterima dengan perasaan beda-beda tergantung dekat/tidaknya relasi si pemberi terhadap si penerima.

Bagaimana respons Rasul Paulus terhadap pemberian dari jemaat Filipi? Surat Filipi 4:18 menuliskan, “Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.”

Sebelum memberi sesuatu kepada seseorang, terlebih dahulu kita memperhitungkan benda apa (besar, kecil, mahal, murah, bermanfaat, hiburan dst.) dan kepada siapa (tua-muda, pria-wanita, kaya-miskin, teman-pejabat dst.) kita akan memberi. Pemberian apa yang diterima oleh Rasul Paulus sehingga dia menilai pemberian mereka harum, disukai dan diperkenan Allah? Bagaimana mungkin Rasul Paulus yakin pemberian jemaat yang dikonsumsi dan dipakai olehnya diperkenan Tuhan? Apa yang menjadi tolok ukur Tuhan sehingga pemberian kita berkenan bagi-Nya?

Seberapa jauh kita mengenal Allah sehingga kita begitu yakin persembahan kita menyukakan hati-Nya? Ilustrasi: bila kita mengenal seseorang dengan baik, kita tidak akan memberi sesuatu dengan asal-asalan tetapi sesuatu yang menjadi kesukaannya. Kita harus tahu pemberian apa yang menyukakan hati Tuhan tanpa perlu membanding-bandingkan yang dapat menimbulkan perasaan superior (lebih unggul) atau inferior (lebih rendah) satu sama lain.

Siapa Allah yang patut kita kenal? Ia adalah Pencipta langit dan bumi (Kej. 1:1). Sebenarnya Ia tidak memerlukan pemberian kita sebab apa pun yang kita persembahkan kepada-Nya berasal dari Dia. Perjanjian Baru tepatnya Yohanes 1:1,14 mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah....Firman itu telah menjadi manusia (sarx: flesh = daging) dan diam di antara kita…”

Ia datang ke dalam dunia gelap ini untuk memberikan terang (ay. 9). Sudahkah kita menyambut Dia dan hati kita diterangi oleh-Nya setiap kali membaca Alkitab? Tahukah kita bahwa semakin kita tekun membaca Alkitab, semakin kita mengenal Pribadi Yesus dan dekat dengan-Nya?

Mengapa kita harus mempersembahkan kurban yang diperkenan Tuhan? Apakah persepuluhan itu untuk Tuhan atau untuk pendeta atau untuk gereja yang dipakai untuk maintenance dan kegiatan gereja? Hendaknya kita mempunyai pikiran seperti pikiran Kristus (Flp. 2:5) agar tindakan kita memperkenan hati-Nya sehingga gereja Tuhan di akhir zaman ini tidak makin renggang dan jauh satu sama lain (gembala-penatua, majelis-jemaat, paduan suara-musik dst.) yang hanya bergabung pada events tertentu.

Apa yang diberikan oleh manusia pertama kali kepada Allah? Adam-Hawa sudah diusir dari Taman Eden oleh sebab jatuh dalam dosa. Anak mereka, Kain dan Habel mempersembahkan kurban hasil kerja mereka. Allah menerima persembahan Habel bukan karena bentuk/macam pemberiannya (anak sulung kambing domba) tetapi mempersembahkan dengan iman (Ibr. 11:4). Ternyata persembahan pertama di luar Taman Eden sudah ditandai dengan perbedaan.

Pembelajaran: suami-isteri yang hidup nikahnya kacau dan sembrono akan berdampak pada anak-anaknya yang tidak dapat menikmati suasana nikah di Taman Eden. Tuhan tidak melihat besar dan mahalnya pemberian tetapi hati yang beriman. Itu sebabnya Allah mengingatkan Kain jika ia berbuat baik hatinya tidak akan panas dan mukanya tidak muram (Kej. 4:6-7).

Pemberian persembahan harus dimulai dengan hati penuh sukacita kepada Allah, Pemberi hidup kita. Hendaknya anak-anak yang keluar dari lingkungan keluarga nikah orang tua untuk membentuk keluarga mandiri tetap menjaga kerukunan dan memberikan persembahan sama kepada satu Pribadi itulah Allah Sang pencipta.

Tuhan tahu ketika muka tertawa tetapi hati penuh dengan kepahitan; Ia juga tahu ketika seorang bermuka sedih (karena babak belur) tetapi hati penuh sukacita seperti dialami Rasul Paulus karena dia mengenal Dia.

Aplikasi: hendaknya gembala-penatua makin mengenal jemaat yang digembalakan dan meningkatkan pelayanan agar tidak salah/hilang sasaran yang dapat memunculkan perbedaan persepsi sebab tidak mengutamakan/fokus kepada satu Pribadi itulah Tuhan.

Kesalahan fatal apa yang diperbuat oleh Raja Saul sehingga Allah menolak dia dan mencomot kedudukannya sebagai raja? Melalui Samuel, Allah memerintahkan Saul untuk menumpas seluruh orang Amalek dan binatang ternak tanpa menyisakan satu pun sebab orang Amalek telah menghalang-halangi orang Israel keluar dari Mesir (1 Sam. 15:2-3). Namun apa yang dilakukan oleh Saul? Dia menumpas orang Amalek tetapi menangkap (membiarkan hidup) Agag, raja orang Amalek, dan tidak membunuh kambing, domba, lembu terbaik dengan alasan mau dipersembahkan kepada Tuhan (ay. 14-15).

Sungguhkah Tuhan menginginkan pemberian yang bagus, tambun, mahal seperti manusia yang umumnya suka pemberian yang bagus dan mahal? Apakah gereja juga suka orang-orang yang hebat dan pintar kemudian menyingkirkan mereka yang lemah karena dianggap merepotkan lalu timbul persaingan karena masing-masing ingin menampilkan kehebatan ide, ketrampilan, suara merdu dll.?

Apa kata Firman Tuhan? “Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah (be quiet = diamlah)! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah." Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?......Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (ay. 16-17, 22-23)

Ada kalanya manusia perlu dikagetkan dengan suara Firman Tuhan bernada keras untuk membiarkan Ia berbicara. Saul tampak rendah hati (menganggap diri kecil) dan Tuhan memilih dia serta mengangkatnya menjadi kepala/raja. Kondisi berubah setelah Saul menjadi raja; hatinya penuh dengan ketamakan terbukti dia lebih memilih lemak domba-domba jantan ketimbang mendengarkan perintah Tuhan. Jelas, Saul tidak hidup dekat dengan Tuhan.

Introspeksi: apakah kita tetap kecil (rendah hati) setelah dipilih dan diangkat Tuhan dalam pelayanan? Kita tidak perlu pergi ke dukun, menyimpan jimat dll. tetapi apakah hati kita penuh dengan ketamakan seperti Raja Saul? Waspada, walau sudah rendah hati tetapi kalau kita tidak dekat dengan Tuhan, kesombongan akan muncul. Tuhan tidak melihat apa yang telah kita kerjakan tetapi motivasi apa yang ada dalam hati kita.

Bagaimana dengan kondisi gereja mula-mula? Mereka hidup sehati, sejiwa dan menganggap segala sesuatu adalah kepunyaan bersama sehingga tidak ada seorang pun hidup berkekurangan (Kis. 4:32,34-35). Jauh berbeda dengan kondisi gereja masa kini, masing-masing sibuk dengan keperluan sendiri sehingga ada jemaat yang menghadapi kesulitan dalam keseharian hidup. Apa penyebabnya? Karena tidak satu hati dan seia sekata. Marilah kita kembali kepada pusat Pemberi dan mengenal Dia lebih baik agar amal bakti kita tidak sia-sia.

Mengapa Tuhan tidak mau menilai secara materi? Karena Dia adalah Pemilik dari jemaat yang kaya raya maupun yang berkekurangan, jemaat yang berhikmat luar biasa maupun yang sederhana, jemaat di perkotaan maupun di pedesaan, jemaat yang kuat maupun yang lemah dst. Tuhan tidak mau kita membeda-bedakan dengan memandang rendah mereka yang lemah kemudian menyanjung yang kuat.

Bagaimanapun juga ada perkecualian dalam jemaat pada gereja mula-mula. Bila Barnabas menjual ladang miliknya kemudian membawa uang hasil penjualan kepada rasul-rasul untuk dibagi bersama (Kis. 4:36-37), Ananias dan Safira juga menjual tanah tetapi mereka berdua satu hati mendustai Roh Kudus dengan menahan sebagian dari hasil penjualan. Bukankah sebenarnya uang yang diterima tetap milik mereka, mengapa mereka harus berbohong? Akibatnya sangat mengerikan, mereka berdua mati tanpa pernah menikmati uang hasil penjualan tanahnya.

Kita harus hati-hati berkaitan dengan uang, kalau mau berkurban uang, berikan dengan jujur tanpa mengurangi jumlah yang telah ditetapkan dari awal. Bukankah Tuhan tidak pernah mengurangi keselamatan bagi kita?

Yesus sangat menghargai persembahan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu (Yoh. 12:3) dan mencurahkan minyak itu ke kepala-Nya (Mrk. 14:3). Yesus tidak menilai mahalnya minyak tersebut tetapi melihat hati Maria yang dikaitkan dengan kematian-Nya. Bagi kita sekarang, seberapa harum kesaksian hidup kita “tercium” oleh orang-orang di sekitar kita?

Paulus juga sangat menghargai persembahan jemaat Filipi yang dianggapnya berbau harum, suatu kurban yang disukai dan berkenan kepada Allah. Mengapa dia mengatakan demikian? Bukankah dia dipenjara dan tidak memerlukan banyak kebutuhan (makanan dan pakaian) serta dana? Jemaat Filipi tetap memberikan persembahan melalui Epafroditus (Flp. 4:14-18) untuk kemajuan pengabaran Injil. Jemaat Filipi mempunyai pandangan rohani yang bagus. Rasul Paulus dengan jujur mengatakan menerima persembahan berlimpah namun berkat itu tidak dimanfaatkan untuk diri sendiri tetapi disalurkan kepada rekan-rekan sepelayanan seperti Titus, Timotius dll. untuk penyebaran Injil Kristus.

Kita membutuhkan hamba Tuhan yang jujur dan jemaat yang rela berkurban demi perkembangan dan kemajuan Injil. Jangan menilai penampilan luar seorang pendeta yang telah diberkati Tuhan kemudian mengalihkan berkat kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Demikian pula dengan persepuluhan. Kita wajib memberikan persepuluhan karena ini milik Tuhan. Jangan sombong dapat memberi persepuluhan sekalipun dalam jumlah besar karena sesungguhnya kita belum memberi persembahan apa pun kepada Tuhan. Juga jangan coba-coba mengungkit persepuluhan dipakai oleh siapa dan untuk apa! Ingat, karena iman, Habel memberikan persembahan kepada Allah. Kalau persembahan kita diperuntukkan hanya bagi Tuhan, iman kita akan bertumbuh. Jangan memberi persembahan karena melihat gereja dan pendeta!

Lebih lanjut Mazmur 40:5-9 menuliskan, Berbahagialah orang yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! Banyaklah yang telah Kaulakukan ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-MU untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung. Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: Sungguh aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Juga “Dengarlah hai umatKu, Aku hendak berfirman hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah. Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu sebab punya-Kulah segala binatang hutan….Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya. Daging lembu jantankah Aku makan atau darah kambing jantankah Aku minum? Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku.....Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku: siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya. (Mzm. 50:7-10, 12-15, 23)

Sangat jelas Tuhan lebih mengutamakan kita menaati Firman-Nya ketimbang persembahan kurban. Ia melihat hati bukan nilai materi yang kita berikan kepada-Nya sebab Ia Pemilik segalanya. Hendaknya kita berpikiran seperti Dia sehingga persembahan syukur kita tepat sasaran. Kita tidak perlu bersikap sombong karena merasa mampu memberi. Ingat, Yesus memberikan persembahan terbesar itulah tubuh-Nya sendiri yang tidak dapat dinilai dan dibandingkan oleh apa pun. Ia datang untuk menggenapi rencana Allah dengan rela mati demi keselamatan kita yang berdosa sebab dalam diri kita mengalir darah pemberontak yang diturunkan oleh Adam-Hawa. Kedatangan-Nya sebagai Juru Selamat merupakan awal keselamatan sebagai kegenapan janji Allah. Berbahagialah kita yang menerima hadiah terbesar dari-Nya dan hanya Dia yang mampu mengubah hati serta karakter buruk kita. Dengan demikian iman kita makin bertumbuh, hidup kita disucikan dari hari ke hari hingga mencapai kesempurnaan sama seperti Bapa di Surga adalah sempurna dan kasih-Nya yang sempurna ada dalam kita. Amin.

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - Adakah Pemberian Kita Berkenan di Hati Tuhan? - Pdt. Paulus Budiono.