BERSUKACITALAH DALAM TUHAN!

Lemah Putro, Minggu 27 Oktober 2019

Pdm. Budy Avianto

Shalom,

Tentu setiap dari kita menginginkan hati senantiasa diliputi sukacita tetapi dari mana dan bagaimana beroleh sukacita sejati? Dan tahukah sukacita dari Surga jauh berbeda dari sukacita yang kita dapatkan di dunia ini?

Bagaimana dengan suasana hati penulis Surat Filipi, Rasul Paulus, yang sedang dipenjara? Paulus menulis Surat Filipi sepanjang empat pasal dan herannya dia selalu mengungkapkan sukacita di setiap pasal sehingga dapat dikatakan membaca surat Filipi sama dengan membaca surat sukacita. Contoh: Surat Filipi 3:1a menuliskan,” Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan.”

Surat Filipi dalam pola Tabernakel terkena pada Kandil Emas yang dibuat dari 1 talenta (± 57 kg) emas murni padat. Emas murni lebih mudah dibentuk ketika ditempa/dipukul. Emas (murni) padat ini ditempa menjadi satu bentuk indah terdiri dari satu pokok dan tiga cabang di sisi kiri dan tiga cabang di sisi kanan kemudian di atasnya ditaruh tujuh lampu yang menyala (Kel. 25:31-37). Kandil emas ini tidak hanya indah tetapi merupakan satu- satunya alat yang menerangi Tempat Kudus beserta alat-alat lain di dalamnya.

Yesus bagaikan pokok dari Kandil Emas yang ditempa begitu hebat untuk menerangi dunia yang gelap pekat ini. Sejauh mana Yesus ditempa? Firman adalah Pribadi Allah yang turun dari tempat mahatinggi ke bumi menjadi manusia (Yesus) dan diam di antara kita (Yoh. 1;1,14). Di dalam Dia ada kehidupan dan terang bagi manusia (ay. 4-5). Jelas, Ia penuh dengan kemuliaan, terang dan mengasihi kita yang dahulu mati karena hidup dalam kegelapan dosa.

Yesus turun dari tempat begitu indah di Surga ke dunia gelap penuh dosa untuk menderita sengsara. Apakah Ia diterima dengan sukacita? Ternyata tidak semua orang mau menerima-Nya (Yoh. 1:11).

Apa alasan Yesus bersedia turun ke bumi? Karena Allah mengasihi manusia berdosa supaya mereka tidak binasa tetapi yang mau percaya kepada Putra Tunggal-Nya beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16).

Yesus tidak berhenti hanya pada karya keselamatan tetapi bertujuan agar orang-orang percaya menjadi mempelai perempuan-Nya (Yoh. 3:29). Yohanes Pembaptis bukan Mesias (ay. 28) tetapi utusan dan sahabat mempelai laki-laki yang ikut bersukacita serta menegaskan bahwa Yesus harus makin besar sementara dia makin kecil (ay. 30). Artinya, Firman harus dibesarkan/ditinggikan tetapi pengkhotbah/pendeta tidak boleh dibesarkan melebihi Firman. Pendeta diutus Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya dan diurapi oleh Roh Kudus untuk menolongnya.

Dalam mempersiapkan diri menjadi Mempelai Perempuan Anak Domba, kita harus bersedia ditempa untuk mencapai kemuliaan – perbuatan benar orang kudus – (Why. 19:6-8) sama seperti Dia ditempa sengsara hingga mati disalib tetapi bangkit, naik ke Surga dan akan datang kembali menjemput pengantin-Nya. Untuk itu jangan kita mempertahankan beban dosa tetapi serahkan semua kepada-Nya yang mati menanggung dosa kesalahan kita, bangkit untuk membenarkan kita dan naik ke Surga untuk menguduskan kehidupan kita terus-menerus sampai memiliki jubah putih yang dibasuh oleh darah Anak domba (Why. 7:14). Kita juga harus menaruh pikiran dan perasaan seperti yang terdapat pada Kristus Yesus (Flp. 2:5). Ingat, keselamatan itu bersifat pribadi dan perorangan, kita tidak dapat ‘membonceng’ orang lain (suami/istri, anak/orang tua dst.) walau mereka rajin mendoakan kita.

Yesus memberi teladan dan Ia sendiri mengalami proses penempaan yaitu Ia tidak mempertahankan kesetaraan- Nya dengan Allah tetapi mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Flp. 2:6-7).

Yesus adalah Allah tetapi dalam posisi sebagai Allah tidak mungkin menderita sengsara karena Allah itu Roh. Itu sebabnya Ia – Sang Pencipta – mengosongkan diri dan turun ke dunia menjadi Manusia tak berdosa. Awalnya kita diciptakan mulia seperti Dia karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal. Namun dosa membuat kita kehilangan kemuliaan dan terpisah dari-Nya. Meskipun begitu, Dia tetap mengasihi kita. Dalam keadaan sebagai Manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib.

Kitab Yesaya 53:2-8 menjelaskan lebih terperinci tempaan yang dialami oleh Yesus. Ia dihina, dihindari orang sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, bagi kita (yang sudah diselamatkan) pun dia tidak masuk hitungan padahal semua itu dilakukan untuk menanggung penyakit dan sengsara kita. Ia diremukkan karena kejahatan dan pemberontakan kita agar kita beroleh keselamatan dan oleh bilurnya kita sembuh. Ia sama sekali tidak membuka mulut bagaikan anak domba dibawa ke pembantaian.

Jangan salah persepsi, karena Yesus ‘ditempa’ habis-habisan dan sudah menderita bagi kita kemudian kita beranggapan tidak perlu menderita lagi karena derita sengsara kita telah ditanggung-Nya. Bukankah pokok maupun carang-carang Kandil Emas ditempa untuk menghasilkan bentuk yang indah?

Apa hasil dari tempaan yang dialami Yesus? Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama supaya dalam nama-Nya segala yang ada di langit, di atas bumi dan di bawah bumi bertekuk lutut dan segala lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:9-11).

Lebih lanjut Yesaya 53:10-12 menuliskan apabila Yesus menyerahkan diri-Nya sebagai kurban penebus salah, Ia akan melihat keturunan-Nya berlanjut, melihat terang dan menjadi puas. Jelas, satu orang merelakan diri ditempa sampai mati, banyak orang mengalami sukacita.

Apakah ada sukacita di luar Tuhan dan siapa yang mengalaminya? Orang-orang yang menolak Tuhan bersukacita untuk daging. Sayang, tidak semua dari 12 murid Yesus mau ditempa, contoh: Yudas Iskariot lebih memilih sukacita untuk daging sehingga dia menjual Gurunya – Yesus, Anak Allah yang suci – yang darah-Nya mahal bagaikan darah anak domba tak bercela hanya dengan harga 30 keping perak. Sungguhkah dia mengalami sukacita? Yudas Iskariot mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri (Kis. 1:18). Saat Yesus ditangkap, para murid utama lainnya yang sudah mengikut Yesus selama ± 3½ tahun, meninggalkan Dia karena ketakutan (Mat. 26:58). Ternyata mereka lebih memilih kesukaan daging ketimbang ikut ‘ditempa’ sengsara bersama Guru mereka. Ketika Yesus di hadapan mahkamah agama, murid senior, Petrus, menyangkal dengan mengatakan tidak mengenal Yesus sebanyak tiga kali (ay. 69-75). Para murid ketakutan setelah Yesus mati dan bersembunyi di suatu tempat dengan pintu terkunci. Yesus yang sudah bangkit mencari mereka dan memberikan damai sejahtera bagi mereka (Yoh. 20:19).

Bagaimana dengan manusia pertama? Adam-Hawa tidak menaati perintah Allah dan memilih sukacita untuk daging berakibat mereka dihalau dari Taman Eden. Mereka baru menyadari tidak ada sukacita di luar Tuhan; bahkan untuk mencari makan pun Adam harus bekerja keras. Perkembangan manusia makin jahat karena kecenderungan hatinya hanya membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5) hingga Allah menghukum dengan air bah di zaman Nuh.

Bagaimana dengan Paulus? Awalnya dia juga bersukacita untuk daging. Dia adalah orang Farisi yang pendiriannya ketat terhadap hukum Taurat dan pengejar, penganiaya dan pembunuh pengikut-pengikut Yesus (Gal. 1:5-6). Parahnya, tindakan Paulus ini didukung oleh imam besar dan mahkamah agama. Semua ini dilakukannya sebab dia tidak percaya bahwa Yesus itu Mesias. Namun kasih karunia Allah berlaku baginya, Yesus yang dianiaya mencari Paulus dan akhirnya dia bertobat, dibaptis, dipenuhi Roh Kudus lalu menjadi pemberita Injil salib Kristus.

Ketika para murid Yesus dan Paulus dipenuhi Roh Kudus, mereka memberitakan Injil dengan berani dan penuh sukacita bahkan rela ‘ditempa’ hingga mati syahid. Mereka berpikiran dan berperasaan seperti yang ada di dalam Yesus sehingga rela ditempa tanpa keluhan bahkan bersukacita.

Pengalaman Paulus, di bawah pimpinan Roh Kudus dia menyeberang ke Makedonia dan kota pertama yang dikunjungi adalah Filipi (Kis. 16:7-12). Di sini dia juga ditempa tetapi karena sudah mempunyai pikiran dan perasaan Yesus, dia menjalaninya dengan sukacita sebab dia tahu pasti sasaran akhir ialah menjadi Mempelai Perempuan-Nya. Di penjara pun dia tetap bersukacita dan menjadi terang dengan bertobatnya kepala penjara beserta seluruh keluarganya (ay. 25-34).

Aplikasi: hendaknya kita menjadi terang dalam kehidupan nikah, rumah tangga, keluarga dan masyarakat walau daging sakit sebab sasaran akhir kita ialah sukacita abadi bersama Yesus Kristus, Mempelai Pria Surga.

Apa yang terjadi ketika Rasul Paulus dipenjara di Filipi? Jemaat Filipi di Makedonia mengirim Epafroditus membawakan persembahan kepadanya (Flp. 4:18) padahal kondisi mereka sendiri miskin tetapi mereka bersukacita karena kaya dalam kemurahan sehingga memberikan melampaui kemampuan mereka (2 Kor. 8:1-5). Jemaat ini bersedia ditempa oleh sebab mereka berpikiran dan berperasaan seperti Kristus.

Siapa Epafroditus yang diutus kepada Paulus? Arti nama Epafroditus adalah cantik, mempesona. Epafroditus menempuh jarak ± 1.200 km (dari Makedonia ke Filipi) untuk menemui Rasul Paulus di penjara. Rata-rata sehari orang menempuh perjalanan ± 30-40 km. Dapat dibayangkan perjalanan jauh di bawah teriknya matahari juga kondisi jalan tidak sebaik sekarang! Epafroditus melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan sukacita walau dia jatuh sakit dan nyaris mati (Flp. 2:27-30). Dia ditempa hingga dagingnya serasa hancur.

Sebenarnya Rasul Paulus sangat terbantu dengan adanya Epafroditus yang menolong dia dalam kondisi sulit dipenjara (Flp. 2:25). Namun Paulus juga mau ditempa dan mengirim kembali Epafroditus kepada jemaat Filipi dan meminta mereka untuk menyambut dia dengan baik dan menghormatinya. Paulus rela sengsara agar jemaat Filipi bersukacita.

Aplikasi: ketika kita dalam keadaan sulit, Roh Kudus menghibur dan menguatkan kita sehingga kita tidak seperti orang yang tak berpengharapan. Kita tidak perlu minta dihormati atau mencari hormat (karena kita orang kaya, berkedudukan tinggi dll.), bila orang melihat kita ada keubahan hidup yang lebih baik, mereka dengan sendirinya akan menghormati dan menghargai kita.

Yang perlu diperhatikan, sukacita di dalam Tuhan tidak berhenti hanya pada kehidupan yang dibenarkan tetapi terus menerus ditempa dengan ‘api siksaan’ sebagai ujian (1 Ptr. 4:12) agar kita muncul menjadi bentuk yang indah dari Kandil Emas. Hajaran Tuhan bukan membuat kita hancur tetapi bagaikan ujian agar kita lulus dan naik kelas. Bila kita mempunyai pikiran dan perasaan seperti Yesus, kita akan menghadapi sengsara bagi daging dengan sukacita sebab mendapat bagian dalam penderitaan Kristus untuk dimuliakan oleh-Nya (ay. 13). Kita akan berbahagia dinista karena Nama Kristus sebab Roh Kudus ada bersama kita (ay. 14). Penghakiman dimulai dari rumah Allah dan kita tidak perlu malu menderita sebagai orang Kristen (ay. 16-17). Lebih baik dihakimi sekarang oleh Firman Tuhan demi kebaikan kita daripada nanti penghakiman bersama orang fasik dan orang berdosa (ay. 18-19).

Mana yang kita pilih? Sukacita di dalam Tuhan atau di luar Dia? Bila kita ingin bersukacita di dalam Tuhan, serahkan segala beban dosa kita kepada-Nya dan bersedialah ‘ditempa’ melalui ujian. Miliki perasaan dan pikiran Kristus yang membuat kita rendah hati untuk dapat menerima tempaan Firman Tuhan yang mengoreksi kesalahan kita agar hidup kita terus menerus disucikan hingga tidak bercacat di hadapan-Nya dan siap menjadi mempelai perempuan-Nya untuk mengalami kebahagiaan abadi bersama Dia. Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - "Bersukacitalah dalam Tuhan" - Pdm. Budy Avianto