MULIAKAN KRISTUS DI DALAM HIDUPMU!
 
Lemah Putro, Minggu, 8 September 2019
Pdt. Paulus Budiono
 
Shalom, 
 
Kita begitu menikmati ketika menyanyikan lagu demi lagu yang menggugah dan meneguhkan iman, antara lain ada lirik yang mengatakan “ku mau setia sampai akhir hidupku”. Kita menyatakan kebesaran Bapa Surgawi yang penuh kasih dan merindukan-Nya tetapi ketika kita menengok ke belakang hingga detik ini, sudahkah kita setia kepada-Nya dan menerapkan Firman-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita?
 
Bagaimana Rasul Paulus memuliakan Kristus di dalam hidupnya? Apa yang ditulis dalam suratnya kepada jemaat Filipi juga kepada kita yang saat ini membacanya? Filipi 1:18-21 menuliskan, “Tetapi tidak mengapa sebab bagaimanapun juga Kristus diberitakan baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu melainkan seperti sediakala (masa lalu – Red.), demikian pula sekarang Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
 
Rasul Paulus tidak terpengaruh ketika orang mencibir dan mengkritik Injil yang diberitakannya; yang penting dan terutama ialah ia tetap mempermuliakan Kristus di dalam tubuhnya (selama hidupnya setelah bertobat) maupun oleh kematiannya. Bila umumnya pengkhotbah mempermuliakan Tuhan pada event besar di gedung mewah, Paulus mempermuliakan Kristus justru saat dia dalam kondisi tidak nyaman terbelenggu di penjara. Dia ahli membuat tenda/kemah (Kis. 18:3) namun di dalam keterbatasan tidak dapat bergerak bebas mencari nafkah dia tidak mengeluh tetapi tetap memuliakan Kristus. Lebih lanjut dia mengatakan, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.” (2 Kor. 4:5) Ia memosisikan diri sebagai hamba; itu sebabnya dia rela menderita demi Yesus Kristus walau dipenjara sekalipun.
 
Bagaimana dengan kita yang hidup di alam bebas penuh dengan kenyamanan, sudahkah kita (menggunakan tubuh kita) memberitakan Injil? Dan mampukah kita mempermuliakan Kristus di kala kita susah dan bisnis seret/macet? Juga siapa yang kita beritakan? Jangan menyanjung pendeta besar manapun kecuali Kristus yang harus diberitakan! Jangan bersikap seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang munafik sehingga dikecam Yesus, kata-Nya, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Yes. 29:13; Mat. 15:8-9) juga Yehezkiel 33:31 mengingatkan, “…mereka mendengar apa yang kauucapkan tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.”
 
Kita semua tahu penginjil internasional terkenal bernama Benny Hinn yang memberitakan Injil Kemakmuran. Benny Hinn (66 tahun) pernah meminta pengikutnya berkurban 2½ juta dollar untuk menutupi utangnya karena gaya hidupnya yang mewah. Akhirnya Benny Hinn “mengakui” bahwa ajarannya di masa lalu telah mendukakan Roh Kudus dan mau memperbaiki teologinya. Beliau melihat Alkitab berbeda dari apa yang dilakukannya 20 tahun lalu. Hinn menyatakan, “Adalah pelanggaran bagi Roh Kudus untuk memberi harga pada Injil. Injil tidak untuk dijual, berkat Tuhan tidak untuk dijual, mukjizat tidak untuk dijual dan kemakmuran tidak untuk dijual." Beliau mengambil langkah “menjauhkan diri” dari injil kemakmuran namun beberapa pengkritiknya tetap skeptis termasuk keponakannya sendiri, Costi Hinn, yang masih meragukan pertobatannya. Costi Hinn menulis buku yang mengisahkan bagaimana keluarganya mengeksploitasi jutaan orang di seluruh dunia dengan Injil kemakmuran dan sering berdagang dengan apa yang disebut “mukjizat” demi uang.
 
Beberapa komentar dari para penginjil antara lain Ev. Justin Peters menyerukan, “Jangan tertipu, ini bukan pertobatan. Untuk bertobat, Benny Hinn perlu mengosongkan pundi-pundi, memberikan setiap sen yang dia miliki untuk pelayanan yang baik, menutup pelayanannya, mengakui kebohongannya dan ramalan palsu, bergabung dengan gereja yang sehat dan tidak pernah berkhotbah lagi. " Brandon Kimber memaparkan pengajaran palsu tentang teologi kemakmuran. Di Facebook-nya, Kimber menunjukkan bahwa Benny di TV masih meminta pemirsanya untuk "menabur benih" dan mengirimkannya ke alamat yang tertera di layar. Dia bahkan menentukan jumlah $ 120 karena nomor 120 adalah jumlah pembebasan dan kebebasan. Apakah ini pertobatan?
 
Waspada, semua orang termasuk Hamba Tuhan tidak imun terhadap keuangan dan dapat terpengaruh oleh kemakmuran. Hendaknya mimbar tidak berbicara soal keuangan dengan menjanjikan kemakmuran yang sekarang lagi digandrungi di seluruh dunia. Ingat, Alkitab hanya menyebutkan Injil salib Kristus atau injil-injil yang lain.
 
Rasul Paulus tidak terpengaruh dengan kondisi bebas atau terbelenggu, nyaman atau tidak nyaman tetapi dengan penuh keyakinan ia tahu masa depannya. Ia mengatakan kepada Timotius muda, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. …Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. (2 Tim. 4:6-8) Terbukti Tuhan telah menyediakan mahkota kebenaran tidak hanya kepada Rasul Paulus tetapi kepada kita asal kita memuliakan Kristus dengan tubuh kita hingga ajal menjemput.
 
Heran, Rasul Paulus yang dipenjara tidak minta doa dibebaskan dari tembok yang membatasi gerak geriknya tetapi minta didoakan supaya Yesus Kristus nyata di dalam tubuhnya selama hidup hingga kematiannya. Kita patut mencontoh komitmen pengikutannya meskipun tidak sempurna karena hanya ada satu teladan sempurna itulah Yesus Kristus yang memanggil Paulus dan kita.
 
Yesus telah menjadi teladan sempurna dalam memuliakan Bapa-Nya. Apa yang dilakukan-Nya? Yohanes 17:4 menuliskan, “Aku (= Yesus – Red.) telah mempermuliakan Engkau (= Bapa – Red.) di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” Yesus memuliakan Bapa melalui tubuh-Nya, Ia rela mati demi manusia berdosa.
 
Rasul Paulus juga mengatakan, “Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.” (Gal. 1:11-12)
 
Implikasi: khotbah pendeta fokus pada Yesus Kristus bukan pada teologi buatan manusia yang masih ditandai dengan kelemahan dan kekurangan. Dan semua berasal dari hati yang dapat menjadi sumber kebaikan tetapi juga sumber kejahatan (Mat. 15:19). Contoh: siapa dapat menyelesaikan masalah pergolakan yang terjadi di mana-mana? Bukan gereja maupun pendeta tetapi Roh Kudus yang ada di dalam hati.
 
Introspeksi: bagaimana kita mempergunakan tubuh terkait dengan pancaindra, akal budi, gerak gerik dan tutur kata kita? Apakah semua ini terkontrol dan terarah kepada Firman Tuhan dan dipakai untuk memuliakan Dia?
 
Selain Rasul Paulus, siapa lagi yang mempermuliakan Yesus? Sangat menyedihkan, orang-orang yang menahan Yesus mengolok-olok Dia dan memukuli-Nya (Luk. 22:63) bahkan para murid meninggalkan Dia. Sebelum mati, Yesus mengatakan, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk. 23:46)
 
Setelah berkata demikian, Ia menyerahkan nyawa-Nya. Melihat hal ini, kepala pasukan memuliakan Allah, katanya, “Sungguh, orang ini adalah orang benar.” (ay. 47) sementara seluruh orang banyak datang berkerumun untuk tontonan melihat apa yang terjadi di bukit Tengkorak kemudian pulang sambil memukul-mukul diri (ay. 48).
 
Aplikasi: jangan hanya menonton pendeta dan mukjizat karena Anda pulang dari gereja tidak membawa apa-apa tetapi temukan Yesus yang diagungkan.
 
Rasul Paulus mempunyai pengalaman berkaitan dengan kematian-kebangkitan Kristus. Di surat lain dia menuliskan, “Dan Kristus telah mati untuk semua orang supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri tetapi untuk Dia yang telah mati dan dibangkitkan untuk mereka.” (2 Kor. 5:15)
 
Pertanyaan: yakinkah kita bahwa Yesus telah mati untuk menghapuskan segala dosa kejahatan dan kenajisan kita? Ia mati bagi seluruh aspek tubuh, jiwa dan roh kita supaya kita tidak masuk neraka tetapi berpengharapan tinggal di Yerusalem Baru bersama Dia selamanya karena nama kita tercantum di dalam buku kehidupan Anak Domba (Why. 21:27) dengan tanda darah-Nya.
 
Bila Kristus telah mati dan bangkit bagi kita, kita tidak boleh hidup untuk diri sendiri (egois) tetapi hidup untuk Tuhan dan mati pun untuk Dia (Rm. 14:8). Dengan kata lain, baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan. Jangan menunggu setelah kepentingan dan kebutuhan kita tercukupi baru kita memikirkan kebutuhan orang lain. Contoh: akan diadakan KKR di Timika bulan depan (Oktober), kalau tidak dapat ikut pelayanan ke sana, kita dapat berkurban dana maupun doa; jangan malah mengomel harus berkurban lagi.
 
Ternyata kesaksian iman Rasul Paulus di Roma (belum dipenjara) dan di Filipi (dalam penjara) hingga dieksekusi mati tetap sama; dengan lantang dia menyerukan hidup dan matinya untuk Kristus sebab Ia mati dan hidup kembali menjadi Tuhan atas orang mati dan orang hidup (Rm. 14:9). Sudahkah kita meyakini ayat ini? Jangan kita mengimani ayat ini hanya di dalam gereja tetapi di luar gereja kita diliputi keraguan oleh sebab banyaknya masalah yang dihadapi. Tuhan sanggup memberikan damai saat kita menyelesaikan masalah serumit apa pun!
 
Rasul Paulus menginginkan supaya semua pihak – tua-muda, wanita-pria, pekerja dst. memuliakan Tuhan. Buktinya? Paulus tua menasihati Titus muda, “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya agar firman Allah jangan dihujat orang. Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat kepunyaan-Nya sendiri yang rajin berbuat baik. Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.” (Tit. 2:1-15)
 
Apa pun status dan posisi kita, kita harus berani memuliakan Allah dengan mempraktikkan kebaikan dan kejujuran di dalam kebenaran Firman Tuhan – meninggalkan kefasikan, keinginan duniawi, hidup bijak dan adil, menguasai diri dll. – walau untuk itu kita harus menderita ejekan dan hinaan sebagai pengikut Kristus. Kita memuliakan Dia melalui tutur kata, sikap dan tindakan di mana pun kita berada.
 
Kita harus hidup bagi Tuhan dimulai dari permulaan pertobatan kita hingga Yesus Kristus datang kedua kalinya. Ia telah mati bagi kita dan Roh Kudus menolong memampukan kita untuk hidup bagi-Nya serta menjamin kita untuk bertemu Allah Tritunggal di dalam kemuliaan. Jangan malas bersaksi dan menunda-nunda melayani Dia! Bukankah keselamatan telah mengubah hidup kita?
 
Tentu Rasul Paulus tidak sembarang mengutus Titus muda untuk berbicara kepada orang-orang Kreta yang adalah pembohong, binatang buas dan pelahap yang malas jika dia tidak mempunyai pengalaman dengan Yesus. Ia yakin Roh Kudus juga menolong Titus. Roh Kudus yang sama juga menolong kita memuliakan Allah dengan tubuh dan roh kita (glorify God in your body and in your spirit) sebab kita telah lunas dibeli (dengan darah Yesus) dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Kor. 6:19-20). Jangan kita menyia-nyiakan waktu dan kesempatan selama kita masih diberi napas untuk hidup, muliakan Kristus dengan tubuh dan roh kita maka upah mahkota telah menanti kita. Amin.