MAMPU MEMILIH YANG BAIK
Filipi 1:9-11

Johor, Minggu, 25 Agustus 2019
Pdm. Kasieli Zebua

Shalom,

Kita selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan di sepanjang hidup dan kita memiliki kemampuan untuk memilih apa yang baik menurut kita. Kita selalu berusaha memilih yang terbaik, misal: Kita memilih ke gereja untuk beribadah meskipun ada banyak janji dan kegiatan di luar gereja; kita memilih pakaian yang hendak kita kenakan dicocokkan dengan warna pakaian istri dan anak yang bernuansa biru dst. Anak muda selalu berusaha mencari pasangan yang cocok dan baik menurutnya namun kadangkala pilihan tersebut tidak sesuai harapan. Jelas, ada banyak pilihan dalam hidup ini dan kita harus mampu memilih yang baik. Harus diakui, terkadang untuk memilih yang baik pun kita tidak mampu.

Apa nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Filipi (juga kita) berkaitan dengan pilihan? Filipi 1:9-11 menyatakan, “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian sehingga kamu dapat memilih apa yang baik supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.”

Ayat-ayat di atas menimbulkan tiga pertanyaan, yaitu:
A. Bagaimana kita mampu memilih yang baik?

  • Melalui topangan doa orang-orang kudus (ay. 9a).
    Rasul Paulus berdoa untuk jemaat Filipi (juga kita) karena dia percaya mereka perlu topangan doa agar dapat memilih yang baik. Sungguh, kita memerlukan dukungan doa dari orang-orang di sekitar kita dan Paulus menyadari pentingnya doa itu.

Setiap dari kita – anak, pemuda/i, orang tua – membutuhkan doa untuk dapat memilih yang baik. Ada orang berdoa untuk kita dan kita juga berdoa bagi mereka walau kita mungkin tidak mengenal mereka secara pribadi. Di Surabaya ada menara doa yang mendoakan kota Surabaya dan orang-orang kudus. Rasul Paulus mendoakan jemaat di Efesus tetapi dia juga minta didoakan oleh mereka (Ef. 6:18-19). Dengan kata lain, kita harus saling mendoakan supaya kita dapat memilih yang baik dalam hidup kita. Contoh: seorang hamba Tuhan terus menerus mendoakan anaknya yang sangat nakal agar berubah dan jawabannya dikabulkan (walau makan waktu), anaknya sekarang menjadi hamba Tuhan. Terbukti Roh Kudus menolong kita untuk mewujudkan sesuatu yang sulit dan mustahil terjadi. Kita patut bersyukur adanya topangan doa dari orang-orang kudus di tengah-tengah kegalauan dan tantangan yang kita hadapi.

  • Memiliki kasih dalam pengetahuan dan pengertian (ay. 9b).
    Untuk mampu memilih yang baik, kita harus memiliki kasih dalam pengetahuan dan pengertian. Sesungguhnya moto “cinta itu buta” sama sekali tidak benar sebab diperlukan pengetahuan dan pengertian untuk dapat memilih yang baik. Contoh: anak muda berkenalan di FB kemudian pacaran dan setelah sekian tahun berpacaran di FB mereka memutuskan untuk bertemu dan menikah. Di FB tampak si pria ganteng dan si wanita cantik rupawan. Ketika ketemu, masing-masing kecewa karena tidak sesuai dengan kenyataan padahal mereka sudah menyewa tempat untuk menikah.

Memang kita tidak melihat Tuhan kasatmata tetapi 2000 tahun lalu Ia pernah hadir dengan wujud sepenuhnya manusia di Palestina. Setelah mati dan bangkit, Ia naik ke Surga dan kita tidak melihat Dia tetapi kita percaya dan mengasihi-Nya. Semakin kita mengerti dan memahami Tuhan, pengetahuan kita semakin bertambah karena kita dididik oleh Firman-Nya dan pengenalan yang sejati dan benar membuat kita makin mencintai Dia.

Kita mudah menerima hal yang baik menurut kita, tetapi sulit menerima pilihan Tuhan yang kadang tidak sesuai dengan kehendak kita. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan pengertian – kalau kita
mencintai Tuhan dan mengerti kemauan-Nya walau tidak sesuai dengan kemauan kita, kita akan mengikuti maunya Tuhan dan menerima apa yang sudah ditetapkan-Nya di dalam kehidupan kita. Dengan demikian kasih-Nya makin melimpah dalam kita. Semakin kita mengenal Firman Tuhan, seharusnya semakin kita mencintai-Nya. Faktanya, banyak orang „belajar‟ Firman Tuhan tetapi bukannya makin mencintai Dia; sebaliknya, mereka malah merendahkan dan tidak memercayai-Nya. Mereka membalikkan kebenaran dan mengandalkan pengetahuan yang mereka dapatkan; akibatnya, mereka malah jauh dari kasih kepada Tuhan.

Apa pun bentuk pengalaman yang kita peroleh dalam pengenalan akan Tuhan – pengalaman indah maupun tidak mengenakkan – justru di sana Tuhan mau memperkenalkan diri-Nya kepada kita supaya kita mengenal Dia dengan baik dan makin cinta kepada-Nya.

Rasul Paulus berdoa agar kasih jemaat Filipi makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian (perception, discernment = pola pikir, persepsi, cara pandang yang tajam).

Untuk dapat memilih yang baik, kita harus mempunyai cara pandang yang baik dan ini hanya diperoleh di dalam kebenaran Firman Tuhan sebab pikiran kita dipengaruhi oleh banyak hal. Oleh sebab itu kita harus mempunyai pikiran Kristus dan cara pandang kita harus seturut dengan pola pikir Kristus untuk diubah makin serupa dengan pikiran-Nya sehingga kita dapat memilih yang baik, berani dan mampu memilih yang baik dan tetap kukuh terhadap apa yang baik.

B. Mengapa kita harus memilih yang baik?

  • Supaya hidup kudus dan tak bercacat menjelang hari Kristus (ay. 10b).
    Kita tidak akan mampu memilih apa yang baik kalau kita tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuhan, tidak mengetahui apa maunya Tuhan, tidak memiliki pemikiran tajam yang sudah diubahkan sehingga dapat memilah mana yang baik dan mana yang jahat (bnd. Ibr. 5:14) bukan pikiran tumpul karena pengaruh ilah zaman ini (2 Kor. 3:14).

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk mengalami pembaruan budi (mind = pikiran) supaya dapat membedakan mana kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm. 12:2).

Agar kita suci dan tidak bercacat, pilihan-pilihan kita harus benar karena pilihan akan memengaruhi kehidupan kita. Contoh: kalau kita salah memilih (ukuran dan warna) baju, akibatnya tidak pas di badan dan tidak sedap dipandang mata; kalau memilih pekerjaan yang tampak menjanjikan tetapi menjauhkan kita dari Tuhan, pertimbangkan lagi baik-baik. Kalau kita salah memilih pasangan hidup (yang tidak membawa kita dekat kepada Tuhan), kita akan menyesal seumur hidup karena tidak ada pilihan kedua sesuai dengan perintah Tuhan. Lebih lanjut, kalau kita salah memilih Tuhan, penyesalan akan berlangsung selama-lamanya alias kekal. Jadi jelas bahwa pilihan kita sangat mempengaruhi kehidupan kita, itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan agar kita memilih yang baik supaya kita suci dan tidak bercacat menjelang kedatangan Tuhan.

  • Supaya penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus (ay. 11).
    Selalin kehidupan suci, tujuan kita memilih hal yang baik ialah supaya kita makin dipenuhi dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Jelas, kebenaran dalam hidup kita sesungguhnya bukan dari kita tetapi Kristuslah yang mengerjakannya. Bila hati kita penuh dengan kebenaran, yang keluar juga buah-buah kebenaran. Jujur kita sering berpikiran negatif, perkataan kita menyakitkan dan melemahkan orang, sikap dan perbuatan kita menjadi sandungan orang banyak. Bukankah dari hati timbul segala pikiran jahat dan najis (Mat. 15:19-20)? Oleh sebab itu Yesus mengatakan kepada orang Farisi bahwa dari buahnya pohon itu dikenal (Mat. 12:33-35).

Kehidupan kita harus dipenuhi dengan buah kebenaran yang diperoleh bila kita tetap dalam pilihan yang baik. Kita beroleh buah Roh Kudus yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Gal. 5:22-23) dan buah kasih yang dikerjakan oleh Kristus.

Bila ada buah kebenaran dalam kehidupan kita, kita menghadapi masalah dengan sukacita dan syukur bukan dengan kata-kata kotor dan kasar penuh umpatan. Biasakan mengeluarkan tutur kata benar, yang membangun dan memberikan semangat kepada orang lain!

C. Hal baik apa yang harus kita pilih dan apa konsekuensinya?

  • Berita Injil Kristus (ay. 5).
    Tuhan tidak bersikap otoriter terhadap kita. Ia memberikan kita kebebasan untuk memilih beserta konsekuensi dari pilihan kita.

Allah memberikan Adam dan Hawa kebebasan untuk makan buah dari semua pohon di Taman Eden kecuali buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:16-17). Mereka bebas memilih dan mereka ironisnya memilih melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang; konsekuensinya, mereka mati.

Kita harus memilih berita Injil Kristus dengan konsekuensi meskipun menghadapi kesulitan, aniaya, bahkan penjara seperti dialami oleh Rasul Paulus.

  • Bersedia menanggung konsekuensi (ay. 13-15, 20-21, 27-30).
    Sekali Rasul Paulus memilih Kristus, ia tidak pernah mundur dari pilihannya. Dengan memilih Injil yang benar dan demi Kristus, ia rela dipenjara. Heran, justru melalui pemenjaraannya, Injil makin tersebar bahkan sampai ke istana.

Perhatikan, setiap pilihan (baik) pasti ada konsekuensinya; ada hal yang harus kita bayar – lepaskan atau batasi dalam hidup kita. Contoh: selama masa pembelajaran di STTIA, siswa dibatasi menggunakan HP, tidak boleh pacaran dll.

Rasul Paulus membuktikan bahwa pilihannya benar dan dia tetap pada pilihan itu serta tidak malu akan pilihannya (ay. 20). Ia begitu konsisten dengan pilihannya dan berkomitmen hidupnya hanya untuk Kristus baik hidup maupun mati.

Rasul Paulus menegaskan supaya kita berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil (ay. 27). Sudahkah kita rutin membaca Alkitab? Jujur, diperlukan perjuangan untuk membaca Alkitab setiap hari.

Waspada terhadap "ajaran tidak benar‟ yang mengatakan kalau sudah percaya Kristus kita tidak perlu lagi menderita tetapi pasti kaya dan makmur. Firman Allah menegaskan kita dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus melainkan juga menderita untuk Dia (ay. 29).

Ketika kita sudah menentukan pilihan, kita harus siap bergumul dengan pilihan yang sudah kita putuskan. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat. 16:24)

Jadi, kalau kita mau menjadi murid Kristus, kita harus berani menyangkal diri dan memikul salib. Kita harus hidup berpadanan dengan Injil artinya hidup kita harus sesuai dengan Injil yang kita percayai dan sepadan dengan Kristus bukan sepadan dengan dunia.

Hidup berpadanan dengan Injil Kristus membuat jemaat Filipi (juga kita) teguh berdiri dalam satu roh, sehati sejiwa berjuang untuk iman (ay. 30). Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu berjuang mempertahankan iman agar tetap teguh seperti telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh iman di dalam Alkitab (Ibr. 11).

Marilah kita menentukan pilihan yang baik dan berjalan dengan pilihan kita. Jangan mundur dan gentar melainkan berjuang untuk iman yang teguh apa pun konsekuensinya! Dengan hidup kudus, kita berbuahkan kebenaran juga bersedia menanggung derita demi Kristus hingga kesudahannya kita menerima keselamatan penuh saat Ia datang kembali. Amin.